CHAPTER 15 KEBERSAMAAN DI PACK BLUE MOON

418 67 27
                                    

CHAPTER 15

KEBERSAMAAN DI PACK BLUE MOON

.

.

.

Ketika menatap wajah Ibunya seperti saat ini, rasa-rasanya Mark merasa tertipu. Ibunya menyembunyikan segalanya dengan sangat rapat. Lihatlah saat mengobrol dengan orang-orang terdekat, terasa begitu hangat dan senyum yang mengembang selalu membuat setiap orang tertular untuk tersenyum.

Mark sadar ketika mereka berkumpul seperti ini, ada pancaran mata berbeda yang ditujukan Ayahnya pada sang Ibu. Juga Ibunya terkadang memperlihatkan riak mukanya yang tampak murung –sekilas.

Sejak menemukan secarik kertas saat itu, Mark jadi mempelajari perubahan wajah Ibunya sekecil apapun. Setelah Ayahnya bicara berdua dengannya, rasanya beban Mark yang selalu merasa tidak disukai oleh Ayahnya berkurang. Mark mulai memahami jika Ibunya adalah sosok yang amat sangat berharga untuk Ayahnya.

Mark berpikir cukup banyak tentang kedua orangtuanya. Hari-hari yang terkadang harus dia lewati di pack terasa menyiksanya terutama ketika beberapa prajurit Ayahnya membicarakannya didepannya. Mark sudah terbiasa. Awalnya memang sakit, tapi lama kelamaan rasanya Mark tidak merasakan apa-apa. Hal itu menjadikannya semakin keras berlatih. Dia kejam pada dirinya sendiri, bersikukuh menjadi sosok yang pantas orangtuanya banggakan dimanapun. Dengan itu, Mark mempelajari banyak hal, menghabiskan waktunya untuk belajar dan memahami apapun hingga melupakan sosok lain yang selalu memperhatikannya dalam diam.

'Jangan menatap Ibumu sedalam itu!' Suara Kengkla membuyarkan pemikirannya yang terlalu dalam.

Mark terdiam.

Kengkla pasti menyadarinya, karena Kengkla juga ada didalam tubuhnya. Serigalanya itu pasti merasakannya juga.

"Kla...." Panggilnya pelan, "Ayah terlihat sangat bahagia bersama Ibu." Gumamannya hanya didengar oleh dirinya sendiri.

'Memang selalu begitu, kan?' Tanyanya, suaranya sedikit menukik. 'Ayahmu menjadi sangat hangat.'

"Mark.... kemarilah." Ibunya memanggilnya dengan suara yang sangat Mark sukai.

Tanpa menjawabnya, Mark segera menghampiri kedua orangtuanya dan beberapa tetua termasuk kakeknya yang sedang menikmati moment manis keluarga diatas tikar yang sudah disiapkan. Mark sedari tadi memang hanya melihat dari jarak sekitar 5 meter tepat di sisi bangunan –rumah tinggal Alpha.

Ibunya mengambil mangkok dan menyiapkan makanan untuk sang putra. Mark mengenalinya sebagai sup daging sapi. Baunya sangat harum dan rasanya enak, hanya Ibunya yang bisa memasak dengan bau yang sangat menggungah selera seperti ini. Ketika Ibunya memberikannya pada Mark, pemuda itu menerimanya dengan binar bahagia hingga senyuman lebar terlukis di pipinya.

"Pelan-pelan...." Plan memperingatkannya.

Mark hanya mengangguk sembari mengambil kuah dengan pelan, mendengarkan peringatan Ibunya.

"Rasanya selalu enak, Mark menyukainya." Katanya dengan antusias, Ibunya melukiskan senyuman dengan indah.

"Syukurlah..... Ini masih banyak, jadi pelan-pelan saja." Plan memberitahunya. Sengaja memasak banyak karena berkumpul dengan keluarganya.

Setelah beberapa waktu, mereka telah selesai makan. Mark tidak terlibat banyak pembicaraan dengan Ayahnya. Terlihat seperti biasa, Alpha yang tidak dekat dengan putranya dimata para Warrior.

HIDDEN PIECES  (The Next Story of ALPHA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang