Lebih baik.
•••
From : Mahesa Gevariel
Mau makan siang apa? Biar gue beliin.Secara refleks Sasa tersenyum melihat pesan singkat yang baru saja diterima. Jarinya langsung menyentuh foto profil akun Mahesa dan memandangnya penuh lekat. Hanya sebuah perhatian singkat, tetapi sukses membuat hati Sasa melambung tinggi. Sekali lagi Sasa beri tahu, Ivan tidak pernah bersikap seperti ini padanya.
"Liatin apa, Sa?" Alin melirik layar ponsel sahabatnya.
Dengan cepat Sasa mematikan layar ponsel dan menyimpan benda pilih itu ke saku roknya. "Enggak, kok, bukan apa-apa. Cuma chat dari mama, foto adek gue lagi di pantai gitu," dusta Sasa. "Ya udah, langsung ke kantin aja, yuk. Gue udah laper banget ini."
Alin menuruti kemauan Sasa untuk segera beranjak dari meja mereka. Namun, dia terus memperhatikan gerak-gerik sahabatnya yang mencurigakan. "Itu chat dari Mahesa, ' kan?" tanyanya dengan penuh percaya diri. "Ya elah, Sa, pakai bohong segala sama gue. Itu sama aja lo mempermalukan diri sendiri. Lagian, kenapa juga pakai disembunyiin gitu chat dari dia? Kan, gue pendukung asmara kalian berdua."
Langkah Sasa terhenti seketika saat mereka di ambang pintu. Dia menatap Alin penuh tanya. "Kalau gue sama Mahesa jadi temen deket, gak apa-apa, 'kan? Maksud gue ...." Sasa menarik napas dalam-dalam. Ia sedang berusaha menyusun kalimat yang tepat terlebih dahulu. "Kan, Ivan sama Mahesa itu temenan, mereka sama-sama anak Ligoni. Terus, jabatan Ivan juga lebih tinggi daripada Mahesa. Kalau gue deket sama Mahesa, gak apa-apa, 'kan? Selama itu cuma temen?"
Senyum penuh arti langsung terbit di wajah ayu Alin. "Cie! Udah mulai khawatir sama Mahesa," godanya sambil mencolek dagu Sasa.
"Lin, gue serius!"
"Gak apa-apa, lah. Cuma temen atau lebih juga gak apa-apa." Alin merangkul bahu Sasa dan kembali melanjutkan langkah mereka. "Kalau emang lo nyaman buat bergaul sama Mahesa, kenapa harus ragu? Kan, dia juga enggak ajarin lo maksiat, malah bikin lo bahagia. Lo sama Ivan itu baru pacaran, dia enggak punya hak buat membatasi pertemanan lo. Lagian, dia juga enggak bisa memperlakukan lo dengan baik selama ini. Jadi, nikmati aja kebersamaan lo sama Mahesa."
"Gue tahu. Ivan enggak ada hak buat atur pertemanan gue. Tapi, pasti ada aturan tertentu di Ligoni."
Sasa tidak akan menepis, ia memang sedang memikirkan Mahesa. Khususnya keselamatan laki-laki itu. Layaknya dalam novel dan film, yang motor memiliki aturan tertentu yang tidak boleh dilanggar anggotanya. Tidak boleh terlibat narkoba, mengganggu warga sipil, dan mengkhianati sesama anggota.
"Contohnya perkara cewek, deh, Sa. Kita semua sepakat buat enggak rebut pasangan temen kita. Kalau sama-sama suka sama satu cewek gak apa-apa. Bersaing secara sehat juga boleh banget. Tapi, kalau udah resmi jadi pacar, gak boleh diusik. Kalau ada yang sampai yang langgar, siap-siap aja sama risikonya."
Perkataan Guntur saat menjawab pertanyaan Sasa mengenai aturan tidak tertulis dalam Ligoni terus terngiang-ngiang sejak semalam. Senyum miring yang tercetak di wajah Guntur saat mengatakan kalimat terakhir juga terus membayangi Sasa. Senyum itu seakan mempertegas bahwa risiko yang harus ditanggung si 'pelanggar' tidaklah enteng.
Namun, hanya dengan melihat senyum tipis Mahesa dari kejauhan, mendadak semua rasa khawatir Sasa menguap entah ke mana.
"Sekarang udah mulai berani terus terang, nih?" tanya Zidan sambil menyikut lengan Mahesa. "Kalau begini ceritanya, gue sama Alin enggak perlu kompor-komporin kalian lagi, dong. Lo pasti bisa maju sendiri. Be gentle, Bro."
KAMU SEDANG MEMBACA
Flimflam [Tamat]
Teen FictionKhaesa Valeria hanya gadis biasa yang baru mengenal indahnya cinta di masa SMA. Meski sosok Ivano adalah pacar yang sedikit keras, tetapi Sasa tetap mencintai laki-laki yang 2 tahun lebih tua darinya. Dibentak, dimaki, sampai disakiti secara fisik j...