Mengerti atau menyadari sesuatu.
•••
"Sasa," panggil Nina—ketua ekskul matematika. Dia melambaikan tangan, meminta Sasa untuk mendekati mejanya. "Sini, ada yang mau gue bicarain dulu."
Sambil membuang napas kasar, Sasa berjalan mendekati Nina. Baru saja dia mau melewati pintu, jalan pulangnya harus tertahan terlebih dahulu. "Kenapa?"
"Uang kas kita banyak, 'kan? Semua anggota bayarnya rutin juga, 'kan?" Nina menutup buku dan memusatkan perhatiannya pada Sasa. "Gue tahu, emang masih lama banget pergantian jabatan. Tapi, gue merasa perlu aja ngomong dari sekarang. Anak-anak yang lain udah tahu, tinggal lo doang yang belum." Nina menjeda untuk bangkit dari duduknya dan berdiri bersama Sasa, menghadap teras kelas. "Gue mau kita bikin kaus gitu, buat kenang-kenangan aja. Kebetulan, temen mama gue juga punya usaha konveksi. Kualitasnya bagus, tapi harganya terjangkau."
"Gue setuju, tuh. Supaya pas pengenalan ekskul di masa MOPD nanti anak-anak juga punya baju seragam gitu. Jangan cuma anak basket, cheersleader, atau marching band doang yang punya." Sasa mengangguk sambil tersenyum, mengakui bahwa ide Nina ini sangat cemerlang. "Uang yang ada di gue juga lumayan. Tapi nanti mungkin setengah harga kita bebankan ke anggota. Supaya sisanya bisa kita kasih ke pengurus selanjutnya."
"Syukur kalau lo setuju. Emang masih 3 bulan lagi, sih. Tapi gue pengin ngomong dari sekarang aja. Biar minta uang ke anggota yang lain juga bisa dari sekarang. Kasihan kalau mendadak, pasti sebagian keberatan." Nina tersenyum dan mulai melangkah ke luar. "Yuk, pulang. Capek banget gue hari ini."
Sasa hanya menanggapinya dengan kekehan kecil. Dia sangat tidak sabar untuk pulang, karena akan bertemu dengan Ivan nanti malam. Sasa akan dandan yang cantik, tidak ingin membuat Ivan melirik wanita lain untuk kedua kalinya. Namun, saat di ambang pintu, Sasa tidak sengaja menabrak tubuh Nina yang berhenti tiba-tiba. Dia mengikuti arah pandang gadis itu. Ternyata, di tempat duduk depan kelas 12 IPA 3, Mahesa sedang anteng dengan kamera di tangannya.
Lho, mereka pacaran, ya?
Sontak saja Sasa melirik Mahesa dan Nina secara bergantian, tidak menyangka Mahesa yang pendiam bisa menaklukan Nina yang selama ini menjadi salah satu independent woman di SMA Garuda. Memang bertolak belakang, tetapi mereka bisa saling melengkapi.
"Gue duluan, ya, Nin." Sasa memutuskan untuk mendahului Nina karena gadis itu tak kunjung bergerak. "Sampai ketemu minggu depan."
Kaki jenjang Sasa terus melangkah menelusuri koridor. Dan saat matanya tak sengaja bertemu dengan sepasang netra milik Mahesa, Sasa lurus saja. Karena merasa mereka tidak ada urusan apa-apa lagi. Namun, saat Sasa lewat tepat di belakang Mahesa, laki-laki itu langsung berbalik dan berdiri tepat di samping Sasa. Kelakuannya itu berhasil membuat Sasa sangat terkejut.
"Astaga!" Sasa beringsut mundur. "Lo apa-apaan, sih? Pake ngagetin gue segala."
Untuk berapa saat, Mahesa hanya terdiam. Lalu dia menyimpan kamera kesayangannya ke dalam tas. "Oma lo minta gue antar lo pulang. Sekalian gue mampir buat bikin kue juga."
Kening Sasa berkerut, masih kurang paham dengan ucapan Mahesa. Kemudian, dia memejamkan mata. Benar, Sasa yang memberikan nomor Mahesa ke omanya, supaya dia tidak perlu lagi berhubungan dengan Mahesa. Rupanya, itu adalah tindakan yang salah.
"Lo duduk di sini bukan karena nunggu Nina?" Sasa berbalik, mendapati Nina sedang memperhatikan mereka berdua. "Lo sama Nina cuma teman sekelas, atau ... pacaran?"
Secara refleks Mahesa juga ikut berbalik. Dia hanya mengangguk kecil pada Nina yang masih mematung di tempatnya. "Cuma temen, gak pacaran," jawab Mahesa pada akhirnya. Kemudian, dia menoleh menatap Sasa. Jarak wajah mereka sangat dekat. Mahesa juga sempat melihat mata Sasa membola untuk beberapa saat. "Gue duduk di sini dari tadi emang niat nungguin lo, bukan orang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Flimflam [Tamat]
Teen FictionKhaesa Valeria hanya gadis biasa yang baru mengenal indahnya cinta di masa SMA. Meski sosok Ivano adalah pacar yang sedikit keras, tetapi Sasa tetap mencintai laki-laki yang 2 tahun lebih tua darinya. Dibentak, dimaki, sampai disakiti secara fisik j...