Sebuah ciuman di tangan.
•••
"Wih, bawa gandengan, Van?" tanya teman Ivan yang menggunakan jaket bomber. Dia tersenyum penuh arti, lalu melirik Sasa. "Bukan anak Widyatama, ya?"
"Bukan, dia masih SMA, anak Garuda. Cuma nanti pasti masuk kampus kita." Ivan menggandeng bahu Sasa, memperlihatkan hak kepemilikannya pada gadis itu. "Namanya Khaesa, cewek gue. Cantik, 'kan?" Ivan tersenyum penuh bangga, tidak mempedulikan sorakan teman-temannya yang sangat heboh.
Berbanding terbalik, Sasa justru merasa tidak nyaman dengan tatapan nakal teman-teman Ivan itu. Namun, dia tetap memperkenalkan diri penuh sopan. "Salam kenal, Kak. Nama gue Khaesa, bisa dipanggil Sasa aja."
"Kok, mau-maunya jadi pacar Ivan, sih? Kan, dia buaya darat. Udah banyak banget anak kampus yang jadi korban dia!" goda laki-laki berambut gondrong.
"Enak aja! Jangan fitnah lo!" tukas Ivan sambil memukul bahu temannya. Lalu, dia melirik Sasa yang masih di gandengannya. "Jangan percaya, mereka semua bohong. Aku setia sama kamu, kok."
Lagi, Sasa hanya bisa tersenyum kecut, berpura-pura menikmati suasana ramai yang sedang mengelilinginya.
Malam ini, dengan sangat terpaksa, Sasa harus menemani Ivan datang ke acara pesta ulang tahun temannya yang dilaksanakan di salah satu bar. Bukan hanya sekali ini dia harus mengikuti kemauan Ivan untuk ditemani, sudah lumayan sering. Terhitung 10 kali Sasa harus memperkenalkan diri dengan teman-teman Ivan-yang jumlahnya tak terhitung-selama sebulan ini. Bahkan, Ivan juga pernah minta ditemani untuk mengerjakan tugas kelompok.
Sasa yakin, bukan tanpa alasan Ivan bersikap seperti ini. Semenjak mendengar suara tawa lepas Sasa di Instastory Mahesa, Ivan menjadi sangat posesif. Ivan sengaja membawa Sasa ke sana kemari untuk mempertegas kepemilikannya terhadap Sasa.
"Aku lagi di rumah Alin. Kebetulan Mahesa itu sahabat pacarnya Alin. Dia ikut dateng karena baru pulang latihan basket di deket sini." Itu adalah kebohongan pertama yang Sasa lakukan untuk menyembunyikan kedekatannya dengan Mahesa.
"Buset, lo ikut juga ke acara ini, Sa? Gue kira Ivan enggak ajak lo. Secara, kan, acaranya di klub malam," celetuk Guntur. Dia menyodorkan minuman ke hadapan Sasa. "Tenang aja, ini orange juice, kok."
Sambil membuang napas panjang, Sasa menerima minuman itu. "Makasih, Kak."
Guntur hanya mengangguk dan mendaratkan bokongnya di samping Sasa. "Si Ivan gimana, sih? Ajak lo ke sini malah dianggurin. Dia malah sibuk sama temen-temennya."
"Gue juga enggak ngerti," balas Sasa sambil mengangkat bahunya acuh. Pandangannya tertuju pada Ivan yang sedang tertawa dengan teman-temannya. Suara musik jedak-jeduk sudah cukup membuatnya pusing, Sasa tidak punya kekuatan untuk protes pada Ivan. "Lo datang sendiri, Kak?"
"Tadi gue bareng Noah. Tapi, dia ketemu sama yang punya acara dulu." Guntur menyimpan brandy miliknya ke atas meja. Ia merenggangkan tangan sambil menatap gadis di hadapannya. "Lo enggak ada apa-apa sama Mahesa, 'kan?"
Saat itu juga, Sasa tersedak orange juice yang diberikan Guntur. Cepat-cepat dia mengambil tisu dan menyeka bibirnya. "Maksud lo?"
"Apa hubungan lo sama Mahesa cuma temen? Atau lebih? Ada sesuatu yang yang spesial di antara kalian?" Guntur mempertegas pertanyaannya.
Tanpa sadar, Sasa menggigit bibir bagian bawahnya. Dia menunduk, mencoba menghindari tatapan dalam Guntur. Sasa tidak tahu harus menjawab seperti apa. Tidak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya, tetapi Ivan dan Guntur semakin curiga pada hubungan Sasa dan Mahesa selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flimflam [Tamat]
Teen FictionKhaesa Valeria hanya gadis biasa yang baru mengenal indahnya cinta di masa SMA. Meski sosok Ivano adalah pacar yang sedikit keras, tetapi Sasa tetap mencintai laki-laki yang 2 tahun lebih tua darinya. Dibentak, dimaki, sampai disakiti secara fisik j...