Ada yang kangen Mahesa?
Keinginan kuat untuk menghindari seseorang atau sesuatu.
•••
Baru saja Sasa keluar dari kelas, siap berlari menuju lapangan, tetapi terhenti saat Nina sudah berdiri di koridor dan menatapnya dalam. Sasa celingak-celinguk, ingin memastikan bahwa Nina memang sedang melihat ke arahnya. Dan karena tidak ada orang lain lagi di sana, Sasa yakin dia tidak salah menebak. Perlahan, kakinya melangkah mendekati Nina.
"Ada yang mau lo omongin sama gue, ya, Nin? Kok, tumben banget lo datang ke kelas gue gini?" tanya Sasa sambil mengenakan topinya. Karena meski kelas mereka hanya terpisah satu kelas, Nina selalu membahas segala sesuatu di pertemuan ekskul. Jika terlalu mendesak, dia akan membalasnya di telepon. "Kenapa? Tentang baju anak-anak?"
Untuk beberapa saat, Nina hanya diam sambil memandang Sasa. Setelah dia sadar waktu yang mereka miliki tidaklah banyak, baru Nina mulai angkat suara. "Lo ... pacaran sama Mahesa?"
Kening Sasa mengernyit seketika. Ini pertanyaan sama yang sempat muncul di kepala Sasa Jumat lalu. "Ya ampun, Nin. Lo nunggu gue di sini cuma buat nanya itu?" Sasa geleng-geleng kepala. Nina ini tidak suka membuang waktu. Dia hanya ingin membicarakan hal penting. Namun, saat ini mereka sedang membahas Mahesa. "Gak penting banget pertanyaan lo, deh."
"Ini penting buat gue, Sa," cetus Nina seketika, berhasil membuat senyum Sasa luntur. "Lo tinggal jawab aja. Lo pacaran sama Mahesa atau enggak?"
Jelas Sasa kaget dengan sikap Nina yang terlihat sangat serius. Namun, dia tetap menjawab pertanyaan itu. "Enggak. Dia itu temen cowok gue. Lo tahu Ivano, 'kan? Kakak kelas kita dulu. Dia pacar gue. Kebetulan Ivan sama Mahesa temen deket, jadi gue sama dia juga temenan," jawab Sasa panjang lebar. Dia membasahi bibirnya terlebih dahulu, sebelum akhirnya melanjutkan, "cuma teman. Gak lebih."
Terdengar helaan napas lega dari Nina. Bahu yang sedari tegang kini terlihat lebih rileks. "Oh, cuma temen," Nina menganggukkan kepala. "Ya udah, kalau gitu. Ke lapangan sekarang, yuk? Bentar lagi mulai upacaranya."
Sasa mengangguk kecil dan ikut melangkah menuju lapangan. Sepanjang perjalanan, dia terus menatap Nina dari belakang. Meski dalam urusan pelajaran Sasa tidak terlalu pintar, tetapi untuk urusan asmara dia lumayan peka. Cara pandangannya Jumat lalu sangat dalam, wajahnya pagi ini terlalu serius, dan embusan napas lega saat mendengar jawaban Sasa membuat semuanya semakin jelas. Nina menyukai Mahesa.
Tapi, kenapa gue merasa terbebani mengetahui fakta ini?
"Sasa!" teriak Alin sambil melambaikan tangan. Dia tidak sendiri, ada Zidan dan Mahesa yang berdiri di dekatnya. "Sini!"
Nina berbalik. "Sa, gue ke barisan kelas gue dulu, ya. Makasih buat jawaban lo tadi," ucap Nina sambil berlalu menuju barisan 12 IPA 2.
Tanpa alasan yang jelas, Sasa menggigit bibir bawahnya. Kepalanya berteriak untuk tidak mendekati Alin, tetapi kakinya justru berkhianat. Bibir Sasa juga ditarik paksa, berusaha terlihat baik-baik saja di hadapan semua orang. "Bukannya pada baris, malah ngerumpi dulu," imbuh Sasa sambil menepuk bahu Alin. "Bahas apaan, sih? Harus banget bahas sebelum upacara, nih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Flimflam [Tamat]
Teen FictionKhaesa Valeria hanya gadis biasa yang baru mengenal indahnya cinta di masa SMA. Meski sosok Ivano adalah pacar yang sedikit keras, tetapi Sasa tetap mencintai laki-laki yang 2 tahun lebih tua darinya. Dibentak, dimaki, sampai disakiti secara fisik j...