Happy Reading semuanya~! 🤗
••
Kara menyendok nasi goreng yang dia pesan di kantin ke dalam mulutnya. Dia lebih memilih sarapan di kantin daripada di rumah. Mungkin, dia merindukan nasi goreng yang dimasak oleh Bu Nani-juru masak utama di kantin SMA Pamungkas.
Mulutnya yang asyik mengunyah dengan tatapan sibuk mengamati seluruh kantin. Dirinya sendiri saat ini. Daryna belum juga datang karena gadis itu datang tepat lima menit setelah bel berbunyi, tidak jauh berbeda dengan Kara, kecuali hari ini.
Ada sebuah kejadian yang membuat rasa penasaran Kara meluap-luap. Tidak jauh dari tempatnya berada, seorang gadis berambut sepunggung dengan wajah yang familier, sedang sibuk membersihkan pakaiannya yang telah basah akibat air minum milik gadis di depannya. Terlihat Yassika berbicara singkat kepada gadis itu kemudian meninggalkan Yassika dengan mulut yang sibuk mengumpat dan ekspresi kesal.
Bukan itu yang membuat Kara tertarik. Tapi, dari kejauhan Yassika, yang duduk bersamanya kemarin, menggunakan penjepit rambut yang terasa familier bagi Kara.
Matanya menatap kosong ke meja di depannya dan mulai mengingat di mana terakhir kali dia melihat penjepit rambut unik dengan warna merah jambu yang mendominasi itu?
"Tania, udah cukup. Kasian dia." Bela gadis berambut panjang sepunggung, gadis itu tampak manis dengan jepitan rambut yang ada di dahinya. (Bab 21)
Sebuah kilatan ingatan memenuhi pikirannya. Saat itulah dunia Kara terguncang terjadi. Saat dia dikritik oleh sekelompok gadis. Namun, saat dikritik, Yassika berusaha menenangkan gadis lain. Benar! Dia tidak salah menebak, memang gadis yang memakai jepitan itu memang dirinya.
Dahinya berkerut dan melihat kembali ke arah Yassika, sayangnya hilang dari sana. Kara berdiri dan pergi, rasa ingin tahu mendorongnya untuk mencari tahu siapa dia sebenarnya.
"Kalau baju gue kotor, gue bakal pergi ke mana?" dia bertanya pada dirinya sendiri. Setelah itu dia menjentikkan jarinya dengan senyum tipis.
Dia berjalan dengan langkah lebar mengikuti kata hatinya. Diam di depan pintu yang bertuliskan 'toilet wanita'. Dia ragu-ragu, namun, mulai memasukkan tubuhnya ke toilet. Banyaknya bilik kamar mandi adalah hal yang pertama dilihat. Matanya melirik punggung Yassika yang sedang asyik mengumpat di depan wastafel. Agar tidak dicurigai sebagai penguntit, Kara menghampiri salah satu wastafel di samping gadis itu.
Kara melirik Yassika yang sedang menunduk, membersihkan noda di bajunya dengan sumpah serapah. Merasa diperhatikan, gadis itu menoleh, melihat Kara yang sedang asyik melihat bayangannya dan memercikkan air ke wajahnya dengan alis menukik ke atas.
"Ngapain lo merhatiin gue?" kata gadis itu yang memulai percakapan. Membuat Kara melihat sekeliling dan melihat kembali gadis di depannya dengan menunjuk dirinya.
"Gue?" ujar Kara yang mendadak menjadi orang linglung yang tidak mengerti apapun.
"Iya, lo, lah. Siapa lagi selain kita berdua?" Yassika menatap wajah Kara yang menahan tawa pada seragamnya yang terkena noda air minum berwarna milik gadis yang menabraknya beberapa menit yang lalu.
"Kalau lo ke sini pengin ngetawain gue, lebih baik lo pergi, deh, dari sini," lanjut gadis itu dengan penuh kejengkelan.
Kara kembali memandang refleksi dari kaca. "Ngapain juga gue merhatiin lo, nggak penting."
Gadis itu memandangi Kara dari samping dengan cermat. "Lo ... bukannya lo cewek yang dirumorkan berbuat mesum di sekolah, 'kan?"
Kara menolehkan kepalanya, memandangi gadis itu dengan senyum tipis. "Inget juga lo. Gue kira, gue gampang dilupakan," desah Kara.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARA |Serendipity|
Teen FictionTentang Kara dan semua orang di dekatnya. Bukan hanya kisah cinta antara gadis dan pria, tetapi juga tentang kisah cinta keluarga dan teman. · • Dua insan yang saling membutuhkan, dipertemukan oleh kejadian yang tak terduga. Benih-benih cinta pun ha...