KS - 05

441 173 691
                                    

Happy Reading ~

••

Kara sedang bersiap-siap di kamarnya, tak lama dari itu, suara ketukan menghentikan gerakannya. Kara menolehkan kepala dan mendekati pintu masuk, memutar kenop dan sedikit menyembulkan kepalanya. Bi Ayu-pembantu di rumah Kara sedang berdiri di depannya.

"Kenapa, Bi?" tanya Kara.

"Non, ada temen non di depan," ucap Bi Ayu.

"Siapa, ya, Bi?" tanya Kara dengan dahi yang mengkerut.

"Cowok, non, namanya kalau gak salah ... Arga, ya, Arga non namanya," balas Bi Ayu. Membuat kerutan di dahi Kara semakin terlihat.

"Arga?" Kara sedikit ragu dengan jawaban Bi Ayu karena pembantunya pelupa, padahal baru bertemu dan diberi tahu. Ingatannya sedikit terganggu.

"Ya udah, deh, Bi. Makasih udah kasih tahu Kara," ucap Kara diangguki oleh Bi Ayu, Kara pun masuk kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap. Dia bertanya-tanya siapa pria itu?

Kara dengan cepat berjalan menuju balkon kamarnya, membuka pintu kaca itu-menatap siluet pria kekar yang sedang asyik duduk di jok motornya. Pria itu menatap Kara dari bawah, membuat Kara melotot. Arsa.

Kara segera bersiap-siap, menyelipkan tali tas di pundaknya, memakai sepatunya saat dia berjalan menuju dapur. Galuh, Intan, dan Zoya terlihat duduk tenang sambil menikmati sarapan pagi. Roti selai kacang diambilnya dan dimakan dengan tergesa-gesa membuat anggota keluarganya terkejut. Kara mencium punggung tangan semua anggota keluarganya tanpa sepatah kata pun karena mulutnya penuh dengan roti dan kembali meminum segelas susu tanpa sisa.

"Kara, makannya pelan-pelan nanti keselek, lho," ucap Intan memperingati.

Tanpa menggubris perkataan ibunya Kara berjalan menuju pintu masuk.

"Kara! Berangkatnya gak bareng papa aja?" ucap Galuh dari meja makan.

Kara menoleh sebentar. "Enggak, Pah, Kara mau berangkat sendiri." Kara memutar kenop pintu dan berjalan menghampiri Arsa.

"Ngapain, sih, lo udah nangkring ke rumah gue pagi-pagi gini? Masih waras, kan?" ucap Kara sedikit terengah-engah, mendekati Arsa yang sedang asyik merapikan rambutnya melalui kaca spion. "Kalau sampai papa gue tau lo ada di sini, habis lo ditanya-tanya! Bokap nyokap gue cerewet kalau gue bawa laki ke rumah."

"Ya, terserah gue." Ucapan Arsa membuat Kara spontan melotot tak percaya.

"Dih nggak jelas. Jawab aja pertanyaan gue, kenapa lo ke sini? Mau nyari masalah?"

"Ya suka-suka gue lah!"

"Nggak nyambung lo, Sa, sumpah dah."

"Lo mau ke sekolah, kan? Bareng gue aja. Mumpung gue di sini nih."

"Dih ngebet bener lo! Suka lo sama gue?"

"Mau nggak?"

"Arsa, gue bingung sama sifat lo tau nggak! Daripada kita ributin hal sepele gini, lebih baik gue berangkat ke sekolah. Ngomong sama orang nggak jelas kayak lo buang-buang waktu berharga gue tau nggak," sarkas Kara, ia ingin berjalan kembali ke dalam rumah.

KARA |Serendipity|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang