KS - 24

198 88 183
                                    

'hayo, di vote dulu. Caranya? Ya tinggal klik icon bintang di bawah pojok kiri dan setelah itu, komen sebanyak mungkin. Mudah kok, gratis lagi. Jangan jadi SIDER atuh! Terimakasih ya ^^'

••

Arsa yang ada di atas sepeda motor itu memandang Kara dari balik helm full face miliknya. Kara, yang sedang merapikan rambutnya setelah melepas helmnya, menemui tatapan Arsa dengan senyuman tipis.

"Makasih traktiran lo." Arsa mengangguk.

"Gue nggak bisa mampir, kasih salam aja sama orang rumah." Kara mengangguk, dan berdada ria sembari berjalan masuk ke rumah miliknya.

Arsa pun mulai menyalakan dan menjalankan motor menuju rumah sakit, ia ingin mengunjungi seseorang-dengan kecepatan sedang membelah keramaian kota.

Sesampainya di rumah sakit, ia turun dari motor membuka helm dan menenteng sebungkus nasi.

Arsa menuju ke lantai dua, ruangan 111, tempat seseorang yang ingin ditemui.

Membuka secara perlahan gagang pintu besi itu melirik ke dalam. Terlihat gadis berambut panjang sepunggung sedang memandang langit malam tanpa suara, tidak ada selain gadis itu di dalam sana.

"Hai Eleena," seru Arsa dari pintu membuat gadis yang sedang melamun di jendela menoleh dan tersenyum tipis.

Ia menghampiri Arsa yang sedang berdiri di dekat ranjang. "Hai, kamu kesini Arsa? Aku kangen banget sama kamu." Arsa tersenyum, tubuhnya terhuyung ke belakang karena pelukan gadis di depannya secara mendadak.

"Aku kira kamu bakal lupain aku." Arsa menggeleng. Matanya memandang makanan yang disediakan oleh rumah sakit yang berada di atas nakas dalam keadaan masih utuh tak tersentuh.

"Kenapa nggak dimakan makanannya? Nanti kamu tambah sakit." Gadis di depannya memasang wajah yang cemberut.

"Aku nggak selera sama makanan rumah sakit, hambar tau nggak? Aku pengin makan yang lain, aku bosan di sini, Arsa!" Arsa tersenyum maklum, ia menarik lengan kurus gadis itu dengan lembut menuju sofa yang ada, mendudukinya.

Arsa mengambil piring yang tersedia, membuka sebungkus nasi itu dan memberikannya kepada Eleena. Gadis tersebut tampak menggeleng.

"Makan," titah Arsa sambil menyodorkan piring itu.

"Nggak, aku nggak mau makan," tolaknya dengan cepat.

"Eleena, makan sekarang, katanya kepengin sembuh kok makan aja nggak mau?"

Gadis bernama lengkap Eleena Feshikha itu memanyunkan bibir. "Suapin tapi ...." Arsa menghela napas panjang, kemudian ia mengambil sendok dan menyuapkan Eleena dengan sabar.

Seusai makan, mereka berdua tampak terdiam dengan pikiran masing-masing.

Eleena memandang Arsa keseluruhan dengan heran. "Kamu baru pulang sekolah?" Arsa mengangguk.

"Aku jadi kangen sekolah, kenapa, sih, penyakit sialan ini bikin aku tersiksa? Aku pengin sekolah, pengin ketemu sama temen-temen yang lainnya, kenapa nasib aku kayak gini Arsa?" Eleena menitihkan air mata sendu, ia sangat terpukul dengan takdir yang sangat menyedihkan. Ia sangat iri dengan teman-teman yang bisa kesana kemari tanpa ada beban.

"Kenapa tuhan bikin aku kayak gini, kenapa tubuh aku lemah banget? Kalau aku ditakdirkan hanya untuk berbaring di tempat tidur, kenapa aku hidup? Kenapa?!" Eleena menggila, ia berteriak histeris, kenangan demi kenangan yang selalu terlintas ketika melihat Arsa.

Arsa dengan cekatan memeluk gadis itu agar sedikit tenang. "Udah, jangan sedih. Gue akan selalu ada buat lo. Jangan beranggapan kalau lo sendiri." Aksi berontak dari Eleena mereda setelah mendengar perkataan Arsa, ia juga lelah memberontak namun tidak ada hasilnya.

KARA |Serendipity|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang