09.38 AM
Minggu pagi yang cerah, suara kicauan burung yang merdu seakan membelai rongga telinga, membuat gadis yang sibuk meringkuk di selimut itu mengencangkan pelukannya pada guling yang selalu menemaninya saat tidur.
Usai sholat subuh jam 05.15, dia melanjutkan tidurnya lagi. Sepertinya dia ingin menikmati tiduran sepanjang hari minggu ini. Terlalu lelah untuk menggerakkan badannya kembali. Apalagi hari minggu adalah waktu yang tepat untuk bersantai tanpa ada halangan.
Di pintu masuk kamar Kara, Intan sedang berkacak pinggang memperhatikan kemalasan putrinya di ranjang. Intan segera membuka tirai agar matahari mengganggu ketenangan Kara di Minggu pagi yang cerah ini.
Gadis itu berguling-guling mencari posisi yang nyaman dan menjauhkan tubuhnya dari sinar matahari pagi yang menurutnya sangat mengganggu. Padahal dia bermimpi bertemu dengan pujaan hatinya. Namun, Dewi Fortuna sepertinya tidak ada di sisinya kali ini.
Dengan hati yang dongkol mematikan AC Kara agar gadis itu turun dari tempat tidur untuk membantunya membersihkan rumah, entah bagaimana dia mengira anak ini bukanlah anak kandungnya.
Kara melepas selimutnya, memandang kesal pada Berliana yang sedang berkacak pinggang, memandang Kara tak kalah tajam.
"Mama! Kara masih ngantuk tau, kenapa dimatiin ac-nya sih?" Kara protes dengan tindakan Intan yang terlalu kejam kepadanya, tak tahu saja anaknya baru selesai marathon drama Korea kesukaannya pada pukul tiga dini hari.
"Bangun! Anak perempuan kok bangunnya jam segini? Bantuin mama beres-beres rumah."
"Kan, ada bi' Ayu, kenapa Kara yang disuruh? Kara mau tidur ... jangan lupa ma hidupin ac-nya lagi," Kara menarik selimut menggulung tubuh dengan selimut dan kembali terpejam membuat Intan kesal setengah hidup.
Dengan tidak manusiawi selimut yang melekat sempurna di tubuh Kara terlepas dengan sekali tarikan dan menarik lengan Kara untuk berdiri dan berhenti bermalasan.
"Aduh mama, kenapa lagi sih? Kara tuh ngantuk ma, baru selesai nonton drakor tadi sampe jam tiga," beberapa detik Kara tersadar dengan apa yang ia ucapkan dengan segera menutup mulut dengan mata membulat sempurna.
"Kamu ini, udah mama bilang jangan begadang, diulangi lagi. Mau beneran disita kayaknya laptop kamu itu," balas Intan dengan raut kekesalan yang terlihat.
"Ehehe, nggak kok mah, padahal kemarin malam Kara udah janji sama diri Kara nggak bakal begadang. Tapi, karena ceritanya seru jadi kebablasan deh," Kara terkekeh meredam kemarahan Intan yang sudah di ujung tanduk, membuat Kara terdiam dan menunduk dalam.
"Maafin Kara, ya, ma. Kara janji deh nggak ngulangin lagi," seru Kara bersungguh-sungguh. Intan bersedekap memandang Kara tajam, membuat Kara tampak tak berkutik.
"Kamu janji tapi selalu aja melanggarnya. Jangan kamu kira mama gampang dikibuli kayak kakak kamu ya, Kara." Kara tiba-tiba menegang, ia takut saat dihadapkan dengan Intan yang marah karena kelakuan buruknya, Intan pernah geram karena Kara begadang-menonton drama Korea larut malam padahal keesokan harinya ia sekolah. Karena itu, Kara tertidur di kelas dan tak lama kemudian orang tuanya dipanggil menghadap wali kelas membuat Intan susah payah menutupi rasa malu karena ulah anaknya.
Intan memandang anaknya yang asik menunduk sambil bermain-main dengan kuku jarinya, membuat Intan tidak tega memarahi anaknya. Padahal hari ini adalah hari Minggu, hari dimana anaknya bebas lelah dengan pekerjaan sekolah yang menumpuk.
"Ma, maafin Kara, ya? Kara nggak bakal ngulanginnya lagi, suwer deh," ucap Kara mengacungkan jari tengah dan telunjuk ke atas.
"Apa jaminannya agar mama bisa maafin kesalahan kamu yang selalu melanggar janji kamu sendiri?" Kara tertohok dan meneguk air liurnya dengan susah payah. Jaminan inilah yang membuatnya ingin mengubur diri, padahal niat awal ingin bersantai seharian.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARA |Serendipity|
Teen FictionTentang Kara dan semua orang di dekatnya. Bukan hanya kisah cinta antara gadis dan pria, tetapi juga tentang kisah cinta keluarga dan teman. · • Dua insan yang saling membutuhkan, dipertemukan oleh kejadian yang tak terduga. Benih-benih cinta pun ha...