Yassika berjalan menunduk menatap lantai yang dipijak menuju kelasnya sembari menyeringai. Mengingat perkataannya tadi yang mampu membungkam dan membuat wajah Daryna memerah samar menahan emosi. Tak dapat berkutik dan terlihat termakan oleh omongannya.
Perkataan yang termasuk kasar itu hasil spontanitasnya saja. Dia kira Daryna akan mudah terprovokasi tapi ternyata dugaannya meleset. Butuh waktu cukup lama untuk meyakinkannya dan selama itu dia mencoba menahan emosi. Hasilnya lumayan, cukup memuaskan.
Yassika yang baru saja mendudukkan diri, dihampiri oleh dua gadis dengan raut khawatir.
"Astaga, Yassika! Lo kenapa sih datang hari ini? Kenapa nggak istirahat aja di rumah. Lo masih sakit tau!" papar gadis berambut sepinggang, sedikit ikal di bagian ujung. Bernama 'Karina'.
Yassika hanya terkekeh, menggantung tas di sisi meja, kemudian mendongak. "Gue udah nggak papa kok guys. Lukanya juga nggak separah yang kalian kira. Minum obat terus istirahat semalaman udah agak mendingan kok. Tenang aja."
"Tapi gue khawatir sama keadaan lo. Apalagi lukanya belum sembuh total. Kalau terjadi apa-apa gimana coba? Pasti repot! Iya, kan?" Karina melirik gadis di sampingnya yang mengangguk menyahuti.
"Tau tuh!" sahut gadis itu dengan nada kesal.
Yassika hanya tersenyum manis, membuat kedua gadis di depannya terpana. Secara fisik, Yassika termasuk perempuan termanis di kala dia tersenyum. Memiliki wajah yang enak dipandang membuat apapun yang dia lakukan akan tampak menarik untuk disaksikan.
"Makasih banget udah khawatir-in gue. Tapi gue cuma nggak mau ketinggalan kelas. Lagi pula, hari ini, kan, ada ulangan mtk. Dan banyak materi yang harus dicatat untuk ulangan mapel lainnya."
"Rasanya rugi kalau gue lebih milih nggak datang hari ini dan berakhir ulangan susulan, padahal kondisi gue juga nggak parah-parah amat. Tenang aja cuma luka kecil. Daya tahan tubuh gue juga bagus. Nggak ada yang perlu dikhawatirkan," sambungnya.
Ritha menarik napas kaget. "Oh my—, Yas! Apa yang salah dengan ulangan susulan sih? Lo juga pintar, dan lo nggak perlu cari contekan kayak kami berdua. Tolonglah, jangan egois," ucap Ritha terdengar geram. Yassika terdiam lalu menunduk.
Karina menganggukkan kepalanya. "Yas, benar apa kata Ritha. Jangan karena nilai, lo maksain buat datang hari ini. Sesekali khawatirkan diri lo sendiri, Yas. Gue mohon."
"Kami marah sekarang bukan berarti kami nggak sayang sama lo. Tapi kami khawatir dengan keadaan lo. Karena kalau lo terus memaksakan diri kayak gini buat kita merasa gagal jadi teman lo tau nggak?" ucap Karina mencoba menjelaskan. Yassika merenung.
Atau jangan-jangan kami nggak dianggap teman lo selama ini makanya saran kami nggak lo terapkan?
Gue ngerti sekarang kenapa Yassika nggak mau susulan." Ritha menatapnya penasaran.
"Karena lo takut kan, nilai lo nggak sebanding dengan orang yang ulangan sekarang? Padahal gue jamin seratus persen, nilai lo nggak akan terpengaruh dengan lo susulan atau nggak. Karena semua guru juga tau lo pintar, Yas," kata Karina, terdengar ketus. Yassika tersentak mendengarnya.
"Serius karena itu? Apa lo nggak mikir, tindakan lo sekarang terlalu egois ke diri lo sendiri? Lagian nih, lo izin sekali pas ada jadwal ulangan hari itu pasti guru bakal maklum. Karena lo beneran sakit bukan bolos," tutur Ritha blak-blakan dengan raut wajah sungkan bercampur emosi.
"Kalau lo sakit tapi masih maksa buat datang karena takut nilai lo rendah, bisa-bisa lo dibilang 'caper' sama yang lain. Mau emang?" cicitnya melanjutkan. Terdengar sarkastik.
Yassika tersenyum kecut. Omongan keduanya sangat menusuk tepat ulu hatinya. Yassika hanya bisa menunduk memainkan jemari di bawah meja.
Karina dan Ritha tersadar bahwa perkataan yang terlontar cukup menyakiti perasaan Yassika saat ini. Keduanya menghela napas bersamaan. Karina duduk di kursi yang bersebelahan dengan milik Yassika. Ritha hanya bisa menyandarkan diri pada meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARA |Serendipity|
Teen FictionTentang Kara dan semua orang di dekatnya. Bukan hanya kisah cinta antara gadis dan pria, tetapi juga tentang kisah cinta keluarga dan teman. · • Dua insan yang saling membutuhkan, dipertemukan oleh kejadian yang tak terduga. Benih-benih cinta pun ha...