Sudah dua hari lamanya Kara belum bisa berbincang akrab lagi dengan Arsa. Tak menyapa selama dua hari, berpapasan pun sekedar melirik kembali acuh tak acuh. Kara merasa ada yang aneh dengan Arsa. Dingin dan tak tersentuh, terlihat dari wajah datar yang membentengi isi hatinya selama dua hari itu. Dan sekarang Kara benar-benar merasa kehilangan.
Kara melihat keluar kelas melalui jendela dengan tatapan kosong. Saat kursi Rafa masih menganggur dan pemiliknya belum datang, ia duduk dan melamun.
Dia rindu sosok Arsa sekarang!
"Dipikir-pikir lagi untuk apa sih gue mikirin dia terus. Gara-gara diacuhkan? Lah emang dari awal nggak dekat, kan? Masa gue rindu dia sih? Wah bukan gue, nih, pasti," ucapnya bergidik ngeri.
Kara datang ke sekolah lebih awal. Dia ingin sendiri, walaupun keadaan kelas mulai ramai. Lagi pula, dia tidur lebih awal malam itu.
Karena tidak tahu mau berbuat apa lagi, Kara berancang-ancang untuk menidurkan kepala di lipatan tangan sebagai bantalan.
Tring ..
Ponselnya berdering. Artinya ada pesan yang baru saja masuk.
Dia terdiam sebentar kemudian merogoh saku roknya dan mengambil benda datar itu. Buka kunci layar, dan buka aplikasi obrolan.
|P
|Gue hari ini sekolah 07.01
Waalaikumsalam ya ahli kubur|
Ok|
07.02 ✓✓
|Hehe lupa, assalamualaikum ukhti
|Gitu aja responnya btw.
|Gak kangen lo sm gue? 07.02
Cepetan dtg|
Jgn main hp mulu lo|
Ngarep bgt di kangenin cecan kyk gue|
07.03 ✓✓|Iya-iya lo tunggu ya 07.03
KAMU SEDANG MEMBACA
KARA |Serendipity|
Teen FictionTentang Kara dan semua orang di dekatnya. Bukan hanya kisah cinta antara gadis dan pria, tetapi juga tentang kisah cinta keluarga dan teman. · • Dua insan yang saling membutuhkan, dipertemukan oleh kejadian yang tak terduga. Benih-benih cinta pun ha...