"Kara Vristhi Denallie!" ucap seorang guru yang berada di depan kelas, menatap dengan marah pada gadis yang sedang asyik menunduk di saat dirinya sedang menerangi pelajaran.
Yang dipanggil belum menyahut sibuk dengan aktivitasnya. Sesekali bergerak kecil.
"Kar, jangan main hp woi! Ibu manggil lo tu!" ucap Daryna, gadis yang duduk di depannya sambil mendorong meja dengan siku untuk menyadarkannya.
Kara yang merasa terusik, menatap gadis di depannya dengan raut bertanya. Suara musik yang masih mengalun lembut melalui earphone membuatnya hanya bisa menatap mulut yang bergerak.
"Jangan main hp dulu! Ibu Cendra lagi liatin lo!" Namun perkataan itu tak jelas di pandangannya.
"Ha?" Suaranya sedikit mengeras membuat ibu Cendra merasa kesal.
"Kamu ini nggak ada sopannya, ya, sama saya! Cepat ke sini. Kerjakan tugas yang ada di depan, sekarang!"
Pasha teman sebangkunya, mengecilkan volume suara melalui ponsel Kara. Ingin 'ngasih tahu' tapi tertahan karena suara gadis di depan mendahuluinya.
"Kar sebelum ibu makin marah sama lo, lebih baik lo pergi ke depan sekarang juga! Cepat!" desak Daryna. Membuat Kara semakin bingung.
"Ha? Ngapain?"
"Pergi aja ke depan cepat!" Kara yang ditarik untuk ke depan hanya bisa menunjukkan tampang linglung. Menatap Pasha dengan tatapan bertanya.
"Ke depan, disuruh ibu kerjakan soal di papan," ucapan Pasha membuat Kara mengangguk.
"Ooh, bilang kek!" Kara berjalan ke depan dengan rasa percaya diri yang tinggi. Menghadap guru lalu berusaha memecahkan soal fisika yang ada di papan.
"Duh, ini caranya gimana ya?" Kara melongok ke belakang, mencari bantuan. Kara menatap Daryna. Daryna nampak sibuk mengerjakan sesuatu di bukunya.
"Ish si Daryna kenapa malah sibuk sendiri sih? Dasar. Nggak setia kawan!" Sibuk merutuki Daryna yang tidak bersalah sambil menekan-nekan ujung spidol ke papan tulis sebagai bentuk rasa kesalnya. Tak lama suara familiar membuatnya menoleh ke belakang dengan enggan.
"Psst, Kar, hadap belakang buru!" suruh Daryna, dengan mengangkat buku sedikit tinggi. Mata Kara menyipit berusaha membaca tulisan di buku tersebut.
"Kerjakan sendiri, nggak boleh ada yang bantu," Sindiran Bu Cen tertuju pada Daryna. Daryna reflek menurunkan buku tersebut, membuat Kara kecewa.
Ibu Cendra melihat Kara yang terlihat kesusahan mencari jawaban. Tak berselang lama, Kara mencoba untuk menelaah soal yang ada. Lalu mulai memikirkan rumus mana yang sesuai dengan soal tersebut. Dan tak lama kemudian, dia mencoba kerjakan soal itu dengan hati yang lapang.
Bu Cendra yang menyaksikan mengangguk pelan, karena jawaban yang ditulis Kara sesuai dengan apa yang dipertanyakan.
"Oke cukup, jawaban kamu sudah tepat," kata bu Cen, "untuk kamu Kara saya ingatin lagi, jangan sampai kamu mengulangi perbuatan yang sama seperti saat ini. Ngerti, Kara?"
Diam-diam Kara menghela napas lega. "Iya, Bu'. Maaf, ya, Bu." Ibu Cendra mengangguk dan mempersilakan Kara untuk kembali ke tempat duduknya. Bu Cendra kembali menjelaskan apa yang ditulis Kara agar semua muridnya yang lain mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARA |Serendipity|
Teen FictionTentang Kara dan semua orang di dekatnya. Bukan hanya kisah cinta antara gadis dan pria, tetapi juga tentang kisah cinta keluarga dan teman. · • Dua insan yang saling membutuhkan, dipertemukan oleh kejadian yang tak terduga. Benih-benih cinta pun ha...