Give me vote, please!
···
🌹Happy Reading 🌹"Pada kodratnya, manusia, hanya mempercayai apa yang mereka lihat, berkomentar sesuka hati seolah mereka paling benar. Tanpa ingin mengulik kebenaran nya. Klise, namun memang adanya. "
- Kara Vristhi Denallie-
••
Kara baru saja turun dari mobilnya. Sesekali bersenandung kecil dengan langkah kaki yang mengikuti ritme. Headset putih miliknya sedari pagi bertengger rapih di kedua telinganya.
Ia datang disambut dengan tatapan-tatapan yang kurang mengenakkan. Tapi, dia masih berfikir jernih. Mungkin ketika mereka hendak bergosip, bola mata mereka menangkap sosok Kara yang kebetulan lewat.
Kara memang seperti itu, berfikir jernih dan tidak mudah berprasangka buruk kepada siapapun. Membuat dirinya terkesan cuek terhadap sekitar.
Kara berjalan namun, kakinya dicekal ketika ia hendak melewati segerombolan murid perempuan. Kara tersungkur dan tak lama kemudian berdiri. Telinganya mulai dimasuki suara kebisingan sumbang dari gelak tawa mereka.
Kara berbalik memandang salah satu dari siswi yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kecil yang mengakibatkan urat malunya seakan ingin putus. Mereka sepertinya mencari masalah dengannya.
"Dengan alasan mendasar apa, lo menghalangi jalan gue pake kaki lo? Mau gue injek?" ucap Kara datar sambil bersedekap dan pandangan datar, auranya sedikit menghitam. Kara sedang mode senggol? Bacok. Ia merasa hidupnya akan tentram tidak ada hambatan tapi, sepertinya realita lewat dari perkiraan.
"Hahaha, lo pantes tau diginiin. Jauh-jauh dikit, nanti gue malah tertular sifat genit lo, lagi," ucap gadis berambut coklat kemerahan dengan suara tertawa yang terdengar nyaring.
"Maksud lo apa?"
"Nggak paham juga? Apa lo belum cek berita panas di akun gosip sekolah? Kudet lo. Oiya gue lupa, 'kan, yang ada dipikiran lo cuma 'cowok mana yang bakal gue pepet lagi'. Bener nggak jablay? Hahaha." Kerutan di keningnya semakin terlihat, ia sama sekali tidak paham dengan maksud yang mereka katakan. Apa tadi, gosip? Apa ada gosip yang menyangkut dirinya?
"Gue bukan kudet. Gue orangnya nggak kek lo, yang kurang kerjaan liatin gosip murahan kek gitu."
"Yakin lo? Kalau kudet ya kudet aja jangan ngeles. Gue emang udah tau sih akal licik lo. Palingan cowok aja yang lo pikirin. Emang apa sih yang buat lo jadi jablay begini?"
"... hmm ... maksud gue, apa ada 'alasan lain' yang bikin cowok-cowok pada betah dipepet sama lo? atau lo ... pelet mungkin?"
"Tania, udah cukup. Kasian dia," ucap gadis berambut panjang sepunggung, dengan jepitan di dahinya berusaha melerai. Kara melirik sebentar ke arah gadis itu, terlihat manis jepitan yang ada di dahinya.
Kara mengalihkan pandang ke arah gadis bernama Tania itu. "Jangan asal ngomong lo. Pelet? Megang botol alkohol aja gue nggak pernah."
"Dan, gue capek sih ngeladenin orang kek lo. Kerjaannya nyinyir melulu. Udah biasa juga gue ngehadapin ini. Jadi, jangan harap gue bakalan takut sama lo. Oh, satu lagi, lebih baik lo ngaca! Pantes gak nyinyirin orang padahal lo berprilaku sama dengan yang lo nyinyirin? Entar malah 'senjata makan tuan', lagi," ucap Kara terkesan meremehkan.
"Ya udah deh, nggak ada kata 'omong kosong' dari lo lagi, 'kan? Gue mau ke kelas nih, lo tau lah, kalau gue orang sibuk, dah," lanjut Kara. Ia melambaikan tangan dan berlalu meninggalkan beberapa wanita di sana. Gadis bernama Tania itu geram. Kara melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda dan kembali memasang headset dengan volume yang tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARA |Serendipity|
Teen FictionTentang Kara dan semua orang di dekatnya. Bukan hanya kisah cinta antara gadis dan pria, tetapi juga tentang kisah cinta keluarga dan teman. · • Dua insan yang saling membutuhkan, dipertemukan oleh kejadian yang tak terduga. Benih-benih cinta pun ha...