KS - 27

174 77 178
                                    

Jangan lupa vote ya teman-teman~! 🥰

Selamat membaca ..

••

Arsa baru saja keluar dari kamar Eleena setelah memastikan gadis itu kembali tenang dan tidur. Rasa bersalah masih menutupi sebagian hatinya.

Dan berjalan menuju pintu masuk dan berencana meninggalkan rumah sakit.

Namun, langkah kakinya terpaksa berhenti saat tatapannya melihat siluet pria yang dikenalnya. Chandra.

Arsa segera menghampiri kakaknya yang melangkahkan kakinya ke ruang pemeriksaan jiwa, psikiater.

Arsa mendekati pintu dan melihat situasi di dalam. Terlihat Chandra tengah berbincang serius dengan Pak Roni Irawan sp.KJ, psikiater handal di rumah sakit tersebut. Arsa masih memperhatikan keadaan di dalam, ia bertanya-tanya mengapa kakaknya mengunjungi rumah sakit tepat di ruangan psikiater? Apakah kakaknya mengalami gangguan mental?

Arsa masih bergelut dengan pikirannya dengan tatapan yang rumit. Dia sangat khawatir melihat kakaknya bertingkah aneh akhir-akhir ini, selalu meminum berbagai macam obat dan menelan semuanya sekaligus.

Tanpa sadar pintu di sampingnya terbuka, Chandra memandang Arsa dengan tatapan kaget. "Arsa?" Lamunannya hancur, menatap Chandra yang tak kalah terkejutnya. Mengontrol cepat ekspresi wajahnya menjadi datar dengan berdehem.

"Nga-ngapain kamu di sini, Arsa?" tanya Chandra dengan nada gugup.

"Gue mau ke manapun, ya, bukan urusan lo. Emangnya ada larangan buat gue lalu-lalang di dalam rumah sakit?" ketus Arsa.

"Ya ... kakak cuma penasaran kenapa kamu ada di sini?" balas Chandra dengan nada canggung.

"Lo juga, ngapain di rumah sakit dan ke ruangan ini?" tanya Arsa menunjukkan pintu ruangan tersebut dengan mengangkat kan sebelah alis, seketika raut wajah Chandra berubah gelisah.

"Kakak nggak papa kok," balas Chandra tak nyambung.

"Gue nggak nanya keadaan lo, tapi, gue tanya kenapa lo ada di sini?" tanya Arsa dengan nada menuntut, keduanya masih berdiri di sekitar pintu ruangan tersebut.

"Kakak ... kakak nggak ngapa-nga-"

"Alah, nggak usah ngeles lo bang! Jawab gue, lo ngapain di sini?!" katanya, "Atau gue tanya langsung sama tuh dokter alasan kenapa lo ada di sini?" ancam Arsa. Ia terlalu malas mendengar perkataan Chandra yang selalu mengelak dan tidak mau terbuka.

Chandra tampak ragu dan tidak membalas kata-katanya, membuat Arsa berang. "Lo jujur sama gue lo ngapain di sini atau gue bakalan bilang sama bunda kalau lo ke rumah sakit biar bunda khawatir sama keadaan lo?" ancam Arsa dengan nada menuntut.

Chandra terkesiap memandang Arsa dengan tatapan ragu. "Oke kalau lo mau opsi ke dua terwujudkan ... sampe jumpa di rumah dengan kekhawatiran bunda ke lo, bang," kata Arsa, "Gue cabut," lanjutnya.

Arsa berbalik ingin berjalan menuju pintu masuk, terhenti saat suara Chandra memanggilnya. "Tunggu dek!" Arsa menoleh memandang Chandra tanpa ekspresi.

Chandra terdiam cukup lama membuat Arsa geram. "Ngomong, jangan diem aja. Bisu lo?" ucap Arsa sarkasme.

Chandra menarik lengan Arsa menuju tempat duduk yang tersedia, mendudukkan dirinya dan Arsa. "Kakak cuma nggak mau kamu khawatir sama apa yang kakak alami," jeda Chandra sembari menghela napas berat.

KARA |Serendipity|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang