KS - 11

320 129 427
                                    

"Kara, lo darimana aja? Kata Pasha lo tadi ke uks, gue ke uks lonya nggak ada. Lo ke mana aja, sih? Udah tau sakit, malah keluyuran untung nggak pingsan, lo, ya." Baru saja memasuki kelas, Daryna datang memandangnya khawatir, membuat Kara mengembuskan napas berat.

"Gue tadi di ... rooftop. Bosen di uks sendirian," alibinya. Untung, Daryna mudah percaya dengan perkataannya.

"Lo beneran nggak papa, kan? Soalnya, kata Pasha muka lo tadi pucet banget udah kek mayat hidup," ucap Daryna dengan wajah khawatir yang tidak terkontrol baik.

"Gue gak pa-pa kali. Sakit dateng bulan aja."

"Oalah, gue kirain apa ... gue khawatir lho."

"Cie yang khawatir."

"Ih seriusan, nggak lagi bercanda gue."

"Iya deh, gue percaya."

Daryna tersenyum tipis dan begitu pula Kara. Tanpa sengaja, mata Daryna melirik seragam yang dikenakan Kara. Terlihat baru dan juga terlihat aneh saat seragam sekolah oversized menempel di tubuh gadis tersebut. Karena Kara identik dengan baju yang sengaja dia jahit lebih pendek dari yang ditentukan sekolah.

"Cie yang baju baru, injek dikit dulu sini." Daryna menaikkan kakinya ingin menginjak baju baru Kara, Kara memundurkan langkah menghindari injak-injak apapun yang baru yang ia kenakan sembari menahan nyeri di bagian perut.

"Eh, sirik lo, ya?"

Daryna mencibir. "Btw, bokap nyokap lo nggak marah lo beli baju sekolah dalam sebulan ini?"

"Bukan ortu gue yang beli. Tapi, si Arsa. Gue kesel deh, baru tadi pagi dikasihin sama nyokap bajunya. Kalau malam, kan, bisa numpang jahit di mang Jaya. Terpaksa juga gue pake, nih, baju." Kara memandang jengkel ke arah baju yang dikenakannya.

Dia sama sekali tidak menyukai pakaian sekolah ini. Bajunya tebal dan bikin Kara kegerahan. Iya, walaupun Kara kedapatan kipas angin tapi gimana caranya, sudah tradisi dari SMP dulu. Jadi tidak-tepatnya belum bisa dihilangkan.

"Arsa? Emang lo ada nyari masalah sama dia?" tanya Daryna penasaran.

"Gue merasa nggak ada, tuh, nyari masalah sama dia kecuali di kantin waktu itu. Untungnya beneran dibeli. Kalau nggak, gue jamin hari ini gue bolos sekolah."

"Ya udah sih, ntar pulang sekolah mampir aja di mang Jaya. Yuk lah ke kantin, gue tau lo pasti belum makan, kan? Kebiasaan jarang sarapan pantesan sering pusing kepala lo."

"Lo aja, gue males," tolak Kara halus.

"Beneran? Atau lo mau nitip? Ntar lo makin pusing lagi kalau enggak sempat makan."

"Nggak usah, lo aja gue di kelas. Mager gue tuh, Ryn."

"Ya ampun, kalau udah datang bulan ini nih. Magernya berkali-kali lipat. Ya udah deh, gue ke kantin dulu, bye."

Begitulah Daryna. Selebay-lebaynya gadis itu, tapi rasa kemanusiaannya patut diacungi jempol. Gadis itu menurut Kara patut diberi predikat sebagai gadis 'banyak omong'. Karena rewelnya ketika tau Kara sakit, walaupun luka sedikit. Oleh sebab itu, persahabatan keduanya awet sampai sekarang. Saling peduli terhadap sesama dan lingkungan serta tidak menjunjung tinggi asas kecintaan kepada lawan jenis adalah salah satu prinsip keduanya.

KARA |Serendipity|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang