KS - 22

193 80 209
                                    

Give me vomment, please!
···
🌹Happy Reading 🌹

"Sahabat itu bukan diukur dari seberapa lama ia menetap. Tapi, seberapa hebat kita menjaga hubungannya. Dan, sahabat, ialah orang yang mampu memberikan kebahagiaan di saat kita bersedih tanpa pamrih, dilihat dari tindakan bukan hanya omong kosong belaka."

- Kara Vristhi Denallie -

••

Kara baru saja masuk ke kelas. "Karaa!" Daryna berteriak dari dalam kelas. Membuat perhatian beberapa teman yang masih di kelas memandang Daryna aneh.

"Apa?" jawab Kara terkesan biasa, tidak dapat terindentifikasi emosi apa yang sedang menaunginya.

Daryna mendekati Kara yang sedang berjalan ke arahnya. "Darimana aja lo?"

"Taman belakang. Kenapa?" Dua kali Kara berbohong pada Daryna. Semoga Daryna tidak mengamuk jika mengetahui dirinya dibohongi terus menerus oleh Kara, sahabatnya.

"Udah baikan, 'kan, pikiran lo? Udah jernih? Udah nggak panas lagi, 'kan, Kar? Kalau masih ada uneg-uneg di dalam hati lo, luapin aja ke gue. Gak papa, yang penting hati dan pikiran lo tenang." Kara mengangguk.

"Udah kok! Aman terkendali," ucap Kara dengan senyum yang melengkung sempurna, menampilkan deretan giginya.

"Maafin gue. Di saat seperti ini, di saat lo dipandang sebelah mata oleh orang lain, gue malah nggak ada di sisi lo, gue nggak ada membantu lo sedikitpun. Gue ... gue merasa gagal jadi sahabat lo, Kar. Gue kek teman yang datang di saat lo bahagia dan meninggalkan lo di saat lo butuh tempat curhat," ucap Daryna dengan tatapan menyedihkan memandang Kara dengan berlinang air mata.

Kara terharu dan merasakan apa yang dirasakan oleh sahabatnya, setelah itu Kara tersenyum. "Lo nggak perlu berpikir macem-macem. Walaupun begitu, lo satu-satunya teman yang dapat gue andelin. Sahabat gue hanya satu. Yaitu lo, Na. Jadi, lo jangan nggak enak-an karena lo merasa nggak becus jadi sahabat gue. Gue gak akan merusak bahkan memutuskan pertemanan sama lo cuma gara-gara gue gak suka di saat gue sedih, lo nggak ada di sisi gue," balas Kara dengan nada melunak.

"Makasih ya, Kar. Lo udah terima gue apa adanya. Walaupun lo tau, gue itu cuma manusia nyusahin dan nggak bisa apa-apa, kalau nggak ada lo di sisi gue."

Kara mengangguk. "Ana! Jangan bikin gue sedih, ya! Gue gak mau mewek sekarang. Inget! Daryna gue cuma satu. Itu lo! Jadi, kalau ngomong jangan mengada-ada, gue gorok juga leher lo nanti." Daryna terkekeh seiring ancaman yang diberikan oleh Kara padanya, sembari menyeka air mata yang menetes.

"Udah deh capek gue, lebih baik kita cuss aja langsung ke kantin. Laper nih," ucap Kara yang diangguki oleh Daryna.

Mereka berdua berjalan menuju kantin sesekali bercanda, sebagian orang di sana memandang Kara jijik seperti bangkai yang tidak pantas bersekolah disini.

Kara? Dia mencoba untuk menulikan pendengaran dan mulai menyibukkan dirinya agar tidak terpaku oleh hinaan mereka. Percuma melayani, mereka punya banyak mulut sedangkan Kara hanya punya dua tangan.

Kara duduk di kursi kosong, Daryna yang memesan makanan. Setiap hari seperti itu, Kara sangat malas memesan makanan, apalagi dia selalu dimanjakan oleh Daryna yang mendadak menjadi relawan memesankan makanan untuk Kara. Tak lama kemudian, Arsa dan Ahsan duduk menemani Kara dengan canda sesekali.

KARA |Serendipity|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang