Happy Reading~
•• : pembatas antara bagian satu dengan yang lain, masih satu waktu.
== : beda hari.
••
Bel pulang baru saja berbunyi. Membuat semua siswa menegakkan tubuh yang kaku. Rasanya, beban yang ditanggung selama belajar tadi terlepas ditiup angin.
Pasha memasukkan buku dan alat tulisnya ke dalam tasnya asal. Ia akan berdiri namun tak jadi karena melihat teman bangkunya sibuk menjelajahi mimpinya. Karena tidak tega buat ninggalin, ya udah pria itu menepuk bahu Kara.
Sebelum itu...
"Eh, mau ngapain lo? Mau macem-macemin Kara, ya? Mentang-mentang Kara lagi molor lo seenaknya pegang-pegang dia gitu?" tuduh Daryna sedikit teriak, membuat beberapa pasang mata memandang keheranan, dan kembali melakukan aktivitas yang tertunda. Sudah biasa melihat pemandangan ini.
"Enak aja mulut lo kalau ngomong. Gue mau bangunin dia, niat gue baik. Macem-macemin Kara? Senggol dia aja gue nggak berani apalagi macem-macemin dia. Ya udah deh, gue mau balik jangan lupa tuh dibangunin temen lo. Molor mulu kerjaannya." Pria itu berjalan keluar kelas dengan menenteng tas di bahu kirinya.
Pandangannya teralihkan memandang gadis itu lekat. Bisa-bisanya gadis itu tidur nyenyak tanpa terusik walaupun teman kelas heboh.
Daryna memikirkan bagaimana caranya membangunkan Kara dari 'molor mati'-nya. Menyiram? Berteriak ada api? Itu terlalu mainstream. Ia ingin membuat suatu hal yang baru agar cepat direspon oleh Kara. Mata Daryna menjelajahi seisi kelas, melihat perempuan berkacamata sedang menyusun dan memasukkan buku ke dalam tas, merasa diperhatikan gadis itu menoleh. Daryna menyuruhnya mendekat lewat jarinya.
"Bantuin gue bangunin Kara, ya?" Kirana mengangguk.
"Lo nanti tarik tangannya bikin berdiri," titah Daryna, dengan cepat Daryna dan Kirana menarik lengan kanan-kiri Kara dengan cepat membuat Kara terbangun dengan kondisi yang mengenaskan-wajah bantal, mata yang memerah.
Sebelum Kara mengamuk, Daryna menyuruh Kirana keluar cepat dan menyisakan mereka berdua di dalam kelas. "Ih apaan sih narik-narik!?" Daryna mencari alasan untuk memindahkan topik pembicaraan alih-alih ingin menjauhi diri dari amukan sobat seperjuangannya.
"Ih, lo lagi buat pulau apa? Pantesan asik banget, ya? Sampe-sampe suara grasak-grusuk kelas aja nggak kedengeran?"
Kara mengelap kedua ujung bibir. Tak ada air yang menghinggapi ujung bibirnya, apa gadis itu berbohong padanya?
"Enak aja. Lo kira gue kek Nurdin?" Nurdin, teman sekelas mereka. Pria itu memiliki gigi tonggos dan memakai kacamata bulat. Sekalinya tidur, satu pulau sudah terbentang luas di kertas maupun dia berada.
"Yuk pulang, emang lo mau tidur sendirian di sini?"
Daryna menarik lengan atas Kara membuat Kara tertarik dan membawanya ke parkiran.
"Gimana kalau sekarang kita ke mall? Atau jalan-jalan gitu? Gue bosen di rumah. Bokap nyokap lagi temenin abang gue wisuda."
Mereka berdua masih dalam perjalanan menuju parkiran mobil siswa. Kara tampak berpikir sejenak. Ia mals hanya untuk menemani sahabat satunya ini belanja apalagi kalau sudah di mall. Gadis itu seakan lupa diri dan tentunya lupa akan kehadiran Kara membuat Kara ingin menggeleng cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARA |Serendipity|
Teen FictionTentang Kara dan semua orang di dekatnya. Bukan hanya kisah cinta antara gadis dan pria, tetapi juga tentang kisah cinta keluarga dan teman. · • Dua insan yang saling membutuhkan, dipertemukan oleh kejadian yang tak terduga. Benih-benih cinta pun ha...