Jgn lupa vomment, karena itu gratis. Membahagiakan orang lain, membuat hari kita menyenangkan kedepannya. Saya harap kalian tidak menjadi 'pembaca gelap'🤣. Terimakasih~!
••
Kara dan Daryna asyik tiduran dengan mata yang kini menatap layar laptop Kara. Sesekali memberikan komentar beragam terhadap film yang diputar di laptop Kara.
Jangan lupakan kondisi Kara yang belum mandi dan terlihat kusut seperti benang layangan. Daryna memakluminya, karena acap kali berinteraksi dengan kondisi Kara seperti itu. Kara termasuk tipikal orang yang jarang mandi tapi masih tetap segar.
"Ryn, camilan gue habis nih, beliin sono." Kara mendorong tubuh Daryna menggunakan dua jarinya hingga Daryna merasa muak.
"Seharusnya lo yang beli Kara, lo, 'kan, yang punya rumah. Masa tamu lo jadikan pembokat? Edan."
"Sesekali lah, Ryn. Lo, 'kan, udah gue anggap sodara juga."
"Enggak ah, capek gue."
"Gue lebih capek dari lo ya, Daryna."
"Gue bukan pembokat lo, mohon maaf aja."
"Pergi lo dari sini! Nggak guna lo di sini tau gak?!" Daryna terkejut dengan teriakan yang Kara berikan padanya. Setelah itu, dia menetralkan wajahnya dan melihat laptop itu kembali.
Merasa diabaikan oleh Daryna, Kara menendang Daryna hingga gadis itu berguling ke lantai.
"Masya Allah, Kara. Kalau pinggang gue patah gimana. Lo mah nggak berprikemanusiaan, ya, heran gue." Daryna asyik menggosok pinggang yang terbentur lantai dengan kondisi mengenaskan.
Kara tidak peduli dengan Daryna yang terpana dengan keadaannya. Itu akibatnya jika dia tidak mengikuti apa yang Kara perintahkan.
karena lelah, mood-nya tidak stabil dan berakhir tak mampu mengontrol emosi ketika apa yang ia minta tidak digubris sama sekali.
Karena dirasa percuma membujuk Daryna membeli camilan di minimarket dekat perumahan. Kara berjalan menuju lemari pakaiannya sambil membawa kaos oblong dan celana olahraga menuju kamar mandi. Setelah mengganti baju, Kara keluar mengikat rambut dengan asal dan memakai cardigan hitam untuk menutupi lengan putihnya.
Daryna memandang Kara dengan heran dari tempat tidur. "Mau kemana?"
"Minimarket," balas Kara singkat membuat Daryna tidak nyaman. Kalau sudah seperti ini gadis itu pasti sangat marah padanya. Daryna cepat menyusul Kara yang sudah menuju tangga.
"Kara tungguin gue!" teriak Daryna tanpa rasa malu. Kara mengabaikannya, terus berjalan dengan santai menuju pintu masuk.
Keduanya berjalan diam, tidak ada yang buka suara. Untuk beberapa saat Kara dan Daryna bungkam, karena tidak ada topik yang perlu dibicarakan.
Mata Daryna tanpa sengaja menatap sosok Ahsan yang duduk di taman bersama seorang gadis yang terlihat seumuran Ahsan. Refleks, Daryna menarik lengan cardigan Kara, membuat Kara terhuyung mundur sedikit-memandang Daryna kesal.
"Kenapa, sih, lo? Narik-narik aja." Daryna kini menatap tak santai ke arah Ahsan yang tengah asyik bercanda dengan gadis tersebut.
Pandangannya beralih, memandang Kara. "Itu lo liat nggak?" Daryna menunjuk Ahsan yang sibuk berbincang dengan gadis rambut sepunggung.
"Ahsan?" Kara mengernyitkan dahi tak mengerti. Lalu, kenapa?
"Yuk, deketin mereka berdua." Daryna menarik lengan Kara, membuat Kara menghempaskan tangan Daryna dari lengannya. Daryna menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARA |Serendipity|
Teen FictionTentang Kara dan semua orang di dekatnya. Bukan hanya kisah cinta antara gadis dan pria, tetapi juga tentang kisah cinta keluarga dan teman. · • Dua insan yang saling membutuhkan, dipertemukan oleh kejadian yang tak terduga. Benih-benih cinta pun ha...