Sejak pagi ini Kara tidak enak badan. Kepalanya pusing dan perutnya juga sakit. Dia ingin istirahat sejenak untuk menghilangkan rasa sakitnya, dengan cepat Kara berjalan ke kursi di sudut.
"Fa, tukeran tempat duduk." Tanpa bertanya Rafa pun mulai berjalan kearah tempat duduk Kara dan sebaliknya Kara duduk di belakang dekat pojokan kiri kelas. Tempat duduk Kara di deretan kedua dari kiri di barisan ke dua dari belakang.
"Good morning everyone!" Guru itu datang dengan menenteng tas dan buku yang ia peluk.
"Good morning too ma'am!"
"Sebelum belajar kita berdoa dulu. Ketua kelas help me, please!"
"Yes ma'am, attention please! Before learning let us pray first. Pray start!"
Semuanya hening untuk beberapa saat.
"Finish, greeting!"
"Assalamualaikum ma'am!"
"Waalaikumsalam. Siapa yang tidak datang? Ketua kelas," ucap Bu Susan menoleh kearah Bagas.
"Hadir semua, Ma'am," seru Bagas dari tempat duduknya.
"Baiklah kita lanjutkan dengan materi ...."
Namanya Ma'am Susan, berjalan berkeliling sambil menjelaskan pelajaran yang dia ajarkan sebelum memberikan tugas kepada siswa kelas ini. Namun, ada sesuatu yang menarik perhatiannya.
Gadis dengan wajah yang tertutup rambut itu sedang menyimpan kepalanya di lipatan tangan. Ia juga tidak bergeming.
"Itu yang di belakang, kamu gak mau belajar pelajaran saya? Atau ngantuk? Masa iya masih pagi udah ngantuk. Semangat dong!" seru Ma'am Susan dengan lantang dari depan kelas.
kara sama sekali tidak menghiraukan teguran dari guru bahasa Inggris itu. sekarang, yang dia lakukan hanyalah memijat pelipisnya yang berdenyut. ia sangat pusing, bahkan ingin memuntahkan isi perutnya. nyatanya, kara belum mengisi perutnya sejak pagi.
Ma'am Susan berjalan kearah Kara.
"Kara bangun! Kamu ini ke sekolah buat apa? Numpang tidur?" Ma'am Susan menepuk buku yang dipegang kearah meja yang Kara tempati beberapa kali.
Kara bergerak dengan gelisah, terganggu, setelah mengangkat kepalanya. Wajah Kara pucat pasi dengan mata yang terlihat lelah, pelipisnya mulai berkeringat.
"Kamu sakit? Lebih baik ke uks sekarang," seru guru tersebut dengan nada khawatir. Jarang gadis pembuat onar ini menjadi sakit pada jam-jam yang diajarkannya.
Kara menggeleng.
"Iya, Kar. Daripada tambah parah," celetuk Pasha, teman sebangkunya.
"Siapa dari kelas ini yang mau anter Kara ke uks?"
Kara menggeleng pelan. "Gak perlu ma'am, Kara bisa sendiri kok."
"Yakin kamu bisa jalan sendiri ke uks?" Ma'am Susan sepertinya tidak yakin Kara bisa pergi ke uks yang jaraknya cukup jauh dengan kondisi seperti ini, apalagi tubuh Kara terasa hangat saat Bu Susan memeriksa kondisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARA |Serendipity|
Teen FictionTentang Kara dan semua orang di dekatnya. Bukan hanya kisah cinta antara gadis dan pria, tetapi juga tentang kisah cinta keluarga dan teman. · • Dua insan yang saling membutuhkan, dipertemukan oleh kejadian yang tak terduga. Benih-benih cinta pun ha...