Arsa berjalan lebih tepatnya berlari kecil menuju kantin. Ia sama sekali tidak menggubris perkataan guru-guru yang menegur kelakuannya, apalagi ia melewati beberapa kelas dengan terang-terangan.
"Bu, minta roti Jepang yang ada sayapnya satu," pinta Arsa setelah menginjakkan kaki di lantai kantin.
"Buat siapa? Buat pacar kamu, ya?" goda Bu Dini, penjaga kantin dalam dengan tertawa kecil.
"Buat temen Bu! Ibu tau sendiri, kan, Arsa baru aja putus kemarin?"
Bu Dini mengelus dagunya sembari mengangguk. "Bener juga sih. Tapi cowok ganteng kayak kamu, emang bisa nganggur, nggak ada yang deketin lagi gitu? Buat gantiin si Eneng Syakira?"
Arsa menyugar rambutnya. "Oh jelas! Arsa emang ganteng Bu, dari lahir malah. Tapi buat nyari pengganti, ntar aja Bu. Ribet."
"Oalah, gitu toh. Yang sabar ya, ibu tau rasanya ditikung sodara sendiri." Bu Dini menatap Arsa prihatin, Arsa menarik napas kaget, tak terima. "semoga cepat dapat yang baru, tentunya yang lebih baik lagi."
"Bukan ditikung cuma tersalip dikit. Iya bu semoga secepatnya bisa dapet. Udah bening, akhlaknya bagus lagi. Demen Arsa yang begitu." Arsa terkekeh. Terlalu berhalusinasi sedangkan akhlaknya masih belum bagus.
"Kalau emang mau tipe begitu, lebih baik kamu memperbaiki diri terlebih dahulu. Percaya dan yakin, setelah proses berat yang kamu lalui selama memperbaiki diri pasti ada yang datang ke kamu secepatnya. Karena jodoh, kan cerminan diri." Arsa mengangguk pelan. Kemudian terkekeh.
"Iya, Bu. Arsa aminin deh biar doa baik dari ibu nyampe ke Arsa." Arsa tersenyum membuat matanya melengkung sempurna. Bu Dini mengangguk-anggukkan kepala seraya tersenyum.
Di tengah keasikan berbincang, ponsel Arsa yang berada di saku celana bergetar, pertanda ada pesan yang masuk.
|Kok lama banget sih? Jgn bilang lo lupa?
08.55|Woi Arsa, cepetan!
08.55"Astagfirullah!" pekik Arsa sembari menepuk jidat. Dia hampir lupa untuk segera membeli titipan Kara kemudian membawanya ke toilet.
|Kok lama banget sih? Jgn bilang lo lupa?
Hampir|
08.56 ✓✓|Buruan woi! Gue sumpek di sini!
08.56Sabar|
08.56 ✓✓Arsa memasukkan ponselnya ke saku setelah mematikannya. Kemudian mendongak menatap ibu kantin. "Keasikan ngobrol sampe lupa sama temen yang lagi membutuhkan itu secepatnya. Jadi mana bu roti-nya?" Bu Dini menepuk jidatnya. Hampir lupa dia dengan apa yang diinginkan Arsa padanya.
Bu Dini memberi pembalut sembari menatap Arsa jenaka. "Temen apa demen? Spesial banget kayaknya. Sampai harus kamu yang beli?"
"Temen, lah, Bu! Arsa, mah, ogah sama si Kara!" seru Arsa membuat Bu Dini tergelak.
"Neng Kara yang doyan ke kantin pas pelajaran berlangsung itu? Kamu sama dia tahun ini nggak sekelas, kan? Wah baik banget kamu Arsa!" puji Bu Dini pada kebaikan Arsa yang mau disuruh-suruh membeli pembalut yang bisa membuat harga dirinya terluka sewaktu-waktu bila banyak yang melihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARA |Serendipity|
Teen FictionTentang Kara dan semua orang di dekatnya. Bukan hanya kisah cinta antara gadis dan pria, tetapi juga tentang kisah cinta keluarga dan teman. · • Dua insan yang saling membutuhkan, dipertemukan oleh kejadian yang tak terduga. Benih-benih cinta pun ha...