KS - 37

114 25 257
                                    

Selamat membaca .. 🤗

••

"Arsa pulang," serunya menaruh sepasang sepatu di rak. Tak ada sahutan, namun aroma makanan yang enak membawanya menuju dapur dan duduk di salah satu kursi makan.

Berliana menoleh ke arah Arsa. "Hebat ya, baru pulang magrib gini. Kenapa kok pulangnya telat?"

"Maaf Bun. Tadi sebelum pulang, Arsa nganter teman dulu. Dia nebeng di Arsa soalnya," balas Arsa memberikan alasan. Berliana bergumam membelakangi Arsa, sibuk memasak dengan bi Tati, pembantunya.

Arsa berdiri membawa tas, ingin ke kamar. Sudah cukup hidungnya dimanjakan oleh aroma makanan yang dibuat Berliana dan bi Tati saat ini. "Arsa ke atas dulu ya, Bun!"

Berliana berbalik, sebelum itu menyuruh bi Tati melanjutkan memasak makan malam. Berliana menghampiri Arsa, duduk di kursi sebelah Arsa dengan tatapan tajam.

"Eits! Duduk lagi di sini, cepat!" suruh Berliana Arsa menghela napas. Namun, ia menuruti kemauan Berliana, menatap wajah Berliana dengan raut lelah.

"Kenapa lagi sih, Bun? Arsa mau ke kamar. Kalau di sini terus, Arsa jadi makin lapar, Bun," protes Arsa.

"Arsa, bunda denger kamu pergi gitu aja pas pelajaran pak Samsul terus gak balik lagi ke kelas. Kamu kenapa nyelonong gitu aja tadi? Mau bikin bunda malu?" tanya Berliana penuh tekanan. Arsa menelan air liur susah payah.

"Ah, itu, Bun. Arsa cuma ... males belajar aja tadi," ucap Arsa sedikit gugup. Berliana melotot.

"Ya ampun, Arsa. Kalau papa kamu tau kamu bolos seperti ini, apa kamu nggak takut dimarahi?" beber Berliana. Arsa hanya diam saja, mendengarnya. "katanya nggak suka dikasari papa, tapi kamu sendiri yang berulah. Arsa, Arsa. Kamu anak siapa sih?"

"Iya, Bun, Arsa salah," akunya. Berliana hanya bisa menghela napas, tatapannya melunak, memandang Arsa dari samping.

"Cukup kali ini aja kamu bolos satu harian penuh, jangan sampe terulang lagi. Bunda nggak mau kamu dimarahi papa kamu terus Arsa! Ngerti ya?" Arsa mengangguk mendengarnya.

Berliana berdiri. "Ya udah, gih ke kamar. Jangan lupa mandi. Kamu bau banget," suruh Berliana. Reflek Arsa mencium baju bagian ketiak. Bau keringat bercampur bau parfum yang ia pakai.

"Nggak papa bau, yang penting Arsa ganteng," ucapnya dengan percaya diri. Berliana menertawakan itu. Bi Tati yang tidak sengaja menguping, diam-diam tergelak mendengar perkataan anak majikannya yang begitu percaya diri sambil mengaduk makanan di wajan.

"Udah-udah sana. Bunda sama Bi Tati mau lanjut masak lagi." Berliana pergi mendekati bi Tati, memperhatikannya. Arsa berjalan menuju tangga.

Setelah beberes diri, Arsa sholat dan mengaji. Meletakkan Al-Qur'an di atas rak yang tersedia, melipat dan meletakkan sarung dan peci di tempatnya.

"ARSA! AYO KE BAWAH, KITA MAKAN MALAM!" teriak Berliana dari bawah. "OH IYA, SEBELUM TURUN, JANGAN LUPA BANGUNIN KAKAK KAMU."

"Iya, Bun!" serunya di kamar. Berjalan menuju pintu, menutup kembali. Dan melangkah ke arah kamar Chandra.

Mengetuk beberapa kali. "Bang, ayok turun. Makan malam." Tak ada sahutan, membuat Arsa penasaran, kenapa kakaknya diam saja.

"Bang?" Arsa memutar knop dan menjulurkan kepalanya. Memasuki tubuh ke dalam ruangan, melihat sekeliling.

Kasurnya rapi, banyak buku di rak di kamar kakaknya. Arsa berjalan menuju meja belajar yang terlihat berantakan. Buku terbuka dan lampu belajar masih menyala. Diikuti dengan suara air berjatuhan di kamar mandi. Sepertinya Chandra sedang beberes diri.

KARA |Serendipity|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang