23. Baikan?

3.1K 403 102
                                    

"Saya tidak akan membujuk kamu." Kata kata itu terus terngiang di kepala Siska hingga ia selesai mandi. Tak luput rasa sedih merayap di relung hatinya. Ia merasa tidak berharga, karena Jackob mengabaikannya.

Siska menunggu Jackob sembari menyiapkan koper yang akan di bawanya ke hotel. Jatah cuti yang di ambil ia dan Jackob hanya seminggu, dan ia juga masih harus masuk ke kantor guna membimbing sekertaris baru yang akan menggantikannya.

Jackob benar benar tidak ingin  melihat Siska bekerja, karena Jackob sangat ingin memiliki istri yang full time untuk keluarga. Siksa tentunya tidak keberatan, karena itu adalah impiannya setelah hijrah. Seperti Rosa, yang waktunya full time untuk keluarga kecilnya. Rasanya pasti menyenangkan merawat dan membesarkan anak anak dengan tangan sendiri.

Tok, tok, tok!

Suara ketukan pintu membuat Siska waspada, dengan terburu buru ia meraih hijabnya, lalu membuka pintu dengan hati hati. Takutnya kalau ia bersikap bar bar, nanti yang datang malah mertuanya.

"Kakak ipar, big boss berpesan agar kakak menyusulnya ke hotel. Dia ada keperluan jadi berangkat terlebih dahulu. Oh iya, katanya jangan lupa sarapan baru berangkat. Sopir sudah standby di depan." Ucap Jackson dalam satu tarikan nafas. Lalu pria itu meninggalkan Siska yang masih mematung di depan pintu.

Abcdefg!!

Mengesalkan sekali boss besar!
Padahal Siska sudah lelah menunggunya di kamar, berharap ada sedikit empati pria itu untuk membawakan nya sarapan. Tapi lagi lagi expektasi nya terlalu jauh, alih alih membawakannya sarapan, pria yang berstatus suaminya itu malah meninggalkannya sendirian.

Siska mengusap air matanya yang entah turun sejak kapan, ia kembali masuk ke kamar untuk memoles wajahnya dengan sedikit bedak, agar wajahnya tidak terlalu pucat.

Siska
Bismillah, maaf saya tidak ingin ke hotel. Saya akan kembali ke apartemen saya. Terimakasih.

Siska mengirimkan pesan via Wattsap kepada Jackob. Ia tidak benar benar akan kembali ke apartemen, ia hanya ingin sedikit mengancam boss besar karena meninggalkannya begitu saja.

.

.

Percaya atau tidak, hal yang di lihat Siska_saat sampai di hotel tempatnya akan menginap membuat nya geram. Ia ingin menghajar wajah boss besar sampai babak belur, bila perlu koma sekalian!

Jackob sedang bersama Fatiha, tertawa seolah olah dunia milik mereka berdua. Mungkin bernostalgia mengingat kisah masa lalu mereka yang kata orang orang sangat indah. Ck, padahal maksiat, mana ada maksiat yang indah? Yang ada maksiat itu akan membawa pelakunya ke neraka.

Siska tidak menghampirinya, ia berlalu melewati cafe asri yang bersebelahan dengan lobi hotel, kemudian menuju resepsionis, menanyakan kamar yang sudah di pesannya.

Sabar Siska!
Sabar!

Siska berusaha meredam emosinya yang bergejolak, harusnya ia tidak kepo tadi, harusnya ia mengabaikan seluit Jackob dan langsung menuju hotel, tapi memang karena kadar keingin tahuannya cukup besar, jadi akibatnya sekarang ini. Ia kesal sendiri dan setan mulai menggerogoti hatinya untuk berfikiran buruk. Padahal bisa saja boss besar membicarakan masalah kerjasama dengan Fatiha.

Jackob mencintainya. Siska harus mempercayai suaminya. Nenek juga sempat berpesan kepadanya  saat ia sarapan tadi, agar berlapang dada menghadapi kekakuan boss besar yang melebihi kanebo kering.

Siska berusaha memakluminya, meskipun dadanya panas karena emosi.

Sabar, siapkan amunisi yang cukup untuk memeranginya!

Siska menatap lingerie di tangannya dengan mata berkilat tajam.

Pembalasan akan segera di mulai! Wait and see pak boss!
Siska membatin, merasa perasaannya agak membaik setelah mengingat misi balas dendam nya.

Pertama-tama, Siska memotret potongan lingerie dan mengirimkan gambar nya kepada Jackob, kemudian mengabari pria itu bahwa ia berubah fikiran dan sudah berada di hotel.

Well, tinggal menunggu beberapa menit, pak boss pasti takluk!!

Siska tertawa lagi saat melihat balasan Jackob berupa emoticon mata dengan love yang keluar.

Dua jam kemudian Siska tertidur setelah shalat Dzuhur, ia terlalu lelah menunggu Jackob yang tak kunjung memperlihatkan batang hidungnya.

"Bangun, tidurnya di ranjang."
Sayup sayup suara Jackob terdengar memasuki gendang telinga Siska. Wanita itu berusaha membuka matanya, melihat Jackob yang menunduk, menepuk pipinya pelan.

"Gendong," Siska merengek, mengalungkan lengannya di leher Jackob. Ada untungnya juga ia mengantuk, jadi misi genit nya terealisasi dengan baik, tanpa canggung dan gugup.

"Kamu sengaja tidur dengan pakaian setipis ini? Nanti saya serang kamu pingsan duluan." Jackob terkekeh, menepuk pucuk kepala Siska lembut.

"Sengaja, biar bapak kapok cuekin saya." Siska bergumam tidak jelas, mengeratkan pelukannya.

"Kapan saya cuekin kamu?" Jackob bertanya setelah membaringkan Siska di atas ranjang, menyelimuti istrinya agar tidak kedinginan.

"Kan tadi bapak marah, terus ketemu mantan. Ninggalin saya di rumah, padahal saya ngarepnya bapak tuh bawain saya sarapan ke kamar. Saya masih kesal sama bapak." Dengan mata setengah terpejam, Siska menjawab pertanyaan Jackob.

"Saya memang marah karena kamu memukul bibir saya. Saya ingin kamu merenungi lagi kesalahan kamu," Jackob menopang dagunya, memperhatikan wajah polos Siska yang tampak menawan di matanya, "kamu tidak mengatakan pada saya bahwa kamu ingin makan di kamar. Dan lagi saya dan Fatiha membahas kelangsungan kerjasama, ada vendor lain juga, bukan hanya kami berdua."  Jelas Jackob, ia baru menyadari bahwa istrinya bertingkah menggoda karena cemburu. Dan fakta itu membuat Jackob tersenyum semakin lebar, ia senang perasaannya terbalas.

"Ya, tapi tetap saja saya kesal! Bapak tuh nggak ada inisiatif sama sekali, bilang cinta kek, apa kek biar saya senang dan tidak gugup."
Rancau Siska, memukul dada Jackob kesal.

"Saya cinta sama kamu, makanya saya berjuang agar bisa mencapai type Ideal kamu. Saya melakukan nepotisme demi bisa melihat kamu  setiap hari. Saya marah marah sama kamu karena saya ingin kamu juga marah, dan berbicara dengan saya. Tapi kamu malah menangis, maaf ya."  Jackob mengecup pelipis Siska dengan lembut. Mengusap kedua mata istrinya yang terpejam rapat, dan sepertinya Siska sudah jatuh ke alam mimpi, terbukti dengan nafas beraturan wanita itu.

Katanya jatuh cinta membuat orang hilang kendali. Tapi itu tidak berlaku untuk Jackob, karena ia berhasil mengendalikan rasa cintanya dengan baik, merealisasikannya dengan melakukan hal hal yang tidak pernah di lakukan nya, seperti kajian, puasa dan shalat malam. Awalnya ia melakukan semua itu untuk mengukur rasa letih Siska yang setiap harinya ia marahi, tapi lama kelamaan ia mendapatkan ketenangan dari semua ibadah itu.

Jackob adalah seorang yang ambisius, hampir semua tujuannya tercapai dengan sempurna dan ia bisa mengendalikan targetnya dengan tepat. Andai grup chat berisi misi membalas dendam ke Alfa tidak ada, sudah pasti ia masih dalam mode mencari perhatian Siska dengan memarahi gadis itu. Tapi dengan sebab grup chat itu, hatinya terpukul telak. Bahwa Siska bisa saja berpaling ke orang lain jika ia terus-menerus melakukan pendekatan dengan cara yang salah.

Menurut Jackob, prestasi terbesar yang pernah di raihnya adalah mempersunting Siska menjadi istrinya. Umur mereka yang terpaut jauh tidak menyurutkan semangatnya sama sekali. Karena ia yakin, dengan do'a dan usaha, Insyaa Allah semua pintanya akan terwujud.

Jika tidak di dunia, maka di akhirat kelak pahala bergunung gunung akan menjadi miliknya. Dalam do'anya di sepertiga malam, Jackob berharap, ia dan Siska bisa sehidup sesyurga.

.

.

Dah baikan Mak🤭
Nggak kuat akutuh marahan sama pak boss. Nanti di pecat jadi penulis 😔

Jazakumullahu Khairan untuk voment nya.

Oh iya, yang nanya visual cast 🤗 moon maaf, aku tidak menggunakan visual cast.



Marrying Mr imPerfect (Spin off MMA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang