Berniat Resign

3.1K 448 249
                                    

Siska tidak bisa berkata-kata, sulit baginya mengetahui fakta bahwa boss besar adalah dalang dari karir sekertarisnya. Haruskah ia berterima kasih atau kesal karena fakta bahwa ia bisa menjadi sekertaris karena koneksi orang atas? Jadi selama ini gosip itu bukan isapan jempol belaka, melainkan fakta yang tidak ia ketahui.

"Ba...bapak kok suka sama saya? Saya padahal tidak pernah merasa mengenal bapak." Siska masih tetap tidak percaya. Aghh..... Pokoknya ia tidak akan mudah percaya. Tau sendiri kan kalau playboy itu mainnya halus. Dari kata turun ke kemaluan.... Astagfirullah, mengerikan sekali.

"Saya tidak akan mengungkit kapan pertama kali saya bertemu kamu. Karena itu tidak terlalu penting untuk di bahas."

"Saya kan ingin tau pak. Bapak gimana sih, harusnya cerita dulu awal mulanya bapak menyukai saya." Siska sudah menghentikan tangisnya, kini fokusnya hanya pada Jackob yang sedang meminum kopinya sambil membaca koran.

"Saham Greenland sedang naik. Ini bagus untuk kerjasama kita." Ujar Jackob, tidak berniat menjawab pertanyaan Siska.

"Pak, kan saya nanya pak."
Siska mulai kesal karena pertanyaan nya tidak di tanggapi.

"Perasaan saya tidak penting untuk kamu. Jadi lebih baik kamu fikirkan bagaimana cara menghadapi gosip di kantor hari ini." Jackob melipat korannya kemudian membawa kopinya menuju kamarnya, ia perlu sedikit olahraga kemudian mandi dan pergi ke kantor.

"Bapak tidak bantu saya konfirmasi?" Siska sedikit berteriak melihat seluit tegap Jackob yang akan hilang tertelan pintu.

"Bukan urusan saya."
Jawab Jackob acuh.

Siska berdecak kesal mendengar jawaban Jackob yang benar benar tidak perduli dengannya.
"Cinta cinta, Ndasmu!"
Omel Siska sembari merapikan barang barangnya. Ia perlu kembali ke apartemen guna mempersiapkan dirinya agar bisa sampai di kantor lebih awal dari pak boss.

Saat gosip menerpa harusnya boss besar membantu nya untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya, bukan malah membiarkan mulut jahat di luaran sana bebas berkomentar. Semoga saja hari ini Allah mudahkan. Do'a Siska saat meninggalkan penthouse Jackob.

.

.

"Udah gue duga sih dari awal. Dulu  katanya dia sama genknya nakal. Jadi bukan berarti ngga mungkin dia jadi simpanan boss. Pantes magangnya bentaran, ganti profesi jadi ngakang... Ha ha ha!"

"Ha ha ha! padahal selalu mengenakan jilbab syar'i. Sok alim banget emang, nyatanya lon*e."

"Masih mending gue sih. Meskipun Sexy gini. Masih suci cyin."

"Ho'oh. Jaman sekarang emang jilbab itu bukan patokan. Yang cadaran aja banyak yang jual diri."

Siska meremas ujung pasminanya. Ini hari keempat gosip tentang dirinya tak kunjung mereda, malah semakin memanas. Siska enggan mendongak saat mulut mulut jahat mengomentarinya seolah olah ia tidak ada di dalam lift. Percuma saja di memberitahu mereka fakta sebenarnya, semakin di jelaskan maka mereka akan semakin mencari cari kesalahannya. Seperti perkataan Ali bin Abi Thalib Rodiallahu Anhuma, "Jangan menjelaskan dirimu kepada siapapun. Karena yang menyukaimu tidak butuh itu, dan yang membencimu tidak percaya itu."

"Eh ada mbak Siska."
Seorang yang Siska kenal bernama Gea menyapanya seolah-olah baru melihatnya.

"Mumpung ada di sini, mau tanya dulu mbak, boleh ya." Gea kembali bersuara, di angguki ketiga tekan kerjanya yang lain.

"Pak Jackob betah sampai berapa kali di ranjang? Katanya nih, makin tua makin hot lho." Ujar Gea heboh, dan di sambut tawa ke-tiga rekannya.

"Maksudnya apa?" Siska benar benar tidak mengerti apa faedah dari pembicaraan nyeleneh Gea.

Marrying Mr imPerfect (Spin off MMA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang