32. Curiga

1.6K 241 33
                                    

Siska memperhatikan Jackob yang sedang membuka kemejanya, terlihat biasa saja, namun noda kemerahan yang sejak tadi menjadi pusat perhatian Siska masih menempel di lengan kemeja suaminya.

"Sudah minum obat?"
Jackob bertanya dan hanya di jawab anggukan kepala oleh Siska.

"Besok saya akan ke Singapura."
Ucap Jackob sembari memasang piyamanya. Ia meregangkan tubuhnya kemudian duduk di samping Siska.

"Bertemu siapa hari ini?" Siska berbaring miring, menghadap ke arah Jackob yang sibuk membaca buku.

"Klien dari Prancis."

"Wanita?"
Siska bertanya kembali.

"Ya."

"Mantan pacar?"
Dan Siska tidak bisa menahan rasa curiga nya.

"Bukan."

"Ohh..."
Siska bergumam. Lalu bangkit dari ranjang dan meninggalkan jackob yang masih sibuk dengan ponselnya.

Kegamangan hati Siska membuatnya tersiksa, karena akhir akhir ini suaminya jarang berada di kantor, juga tidak pernah lagi meluangkan waktu untuk sekedar mengobrol bersama. Telepon yang selalu dalam genggaman suaminya membuat prasangka Siska semakin menjadi jadi. Dan noda di baju Jackob membuat kecurigaan Siska bertambah.

Fix, besok Siska berniat mengikuti Jackob ke Singapura, tentunya dengan cara diam diam atau sebut saja penguntit!

Wait?

Siska menatap cermin di depannya, ada apa dengannya?
Kenapa ia curiga dengan Jackob?
Padahal laki laki itu tidak pernah melepaskan pengawasannya, selalu memastikan bahwa ia baik baik saja meskipun sibuk bekerja.
Saat malam pun Siska sering mendengar Jackob yang berbicara dengan kepala pelayan, memastikan bahwa ia makan dan istirahat dengan cukup.

Tapi, tetap saja Siska curiga!

Dengan posisi Jackob yang bersinar, bukan mustahil pria itu masih menjadi incaran wanita lain. Karena banyak sekali berita miring akhir akhir ini tentang skandal perselingkuhan, yang membuatnya ketakutan, kalau Jackob meninggalkannya.

"Apa dia baik baik saja?" Jackob bertanya setelah Siska berbaring di sampingnya, mengelus lembut perut istrinya yang mulai membuncit.

"Baik, masih mual dan muntah seperti biasa." Jawab Siska, meraih tangan Jackob kemudian mengecupnya.

Siska tidak pernah menyangka, ternyata mencintai itu seperti ini, maksud Siska adalah ia yang egois, ingin seluruh hidup Jackob hanya berpusat kepadanya. Dan Siska cukup kesal pada dirinya sendiri, di mana Siska yang dulu polos dan naif soal cinta? Yang mendeklarasikan diri untuk tidak menjadi budak cinta?

"Maafkan saya, akhir akhir ini pekerjaan sangat banyak. Saya jarang memperhatikan kamu dan bayi kita." Ucap Jackob lembut, memeluk Siska hingga matanya terlelap di buai mimpi.

"Iya, nanti juga terbiasa." Jawaban Siska hanya berupa gumaman, karena tau suaminya sudah lebih dulu terlelap. Dalam senyap, ia sudah membulatkan tekadnya untuk mengikuti Jackob ke Singapura, bagaimana pun caranya.

.

.

Keesokan harinya, saat Jackob sedang menunggu jadwal keberangkatan pesawat, ia di kejutkan dengan telpon supirnya yang mengabarkan bahwa Siska mengalami pendarahan dan masih berada di ruang gawat darurat.

Terkejut? Tentu saja Jackob terkejut, karena beberapa jam yang lalu istrinya nampak baik baik saja, tidak ada tanda-tanda tidak sehat dan sebagainya. Melayaninya dengan baik, sarapan bersama, bahkan sempat mandi bersama, sebelum mengantarnya ke mobil dengan senyum cerianya.

Marrying Mr imPerfect (Spin off MMA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang