Siska sampai di kantor tepat pada jam satu siang. Jangan tanyakan bagaimana cara ia menenangkan kekesalan hatinya. Untuk sampai di kantor pun ia sudah beristighfar sepanjang jalan, berdo'a agar emosinya tidak kembali naik saat melihat wajah datar suaminya.
Sesuai pesanan boss besar, hari ini menu makan siang mereka adalah tumis kangkung dengan sambal cumi pedas manis. Terdengar menggiurkan bukan? Entah bagaimana rasanya, Siska membuatnya dengan malas malasan. Yang penting jadi, begitu fikirnya karena terlalu kesal dengan boss besar.
"Selamat siang! Assalamualaykum!" Sebagai formalitas, Siska mengetuk pintu sambil mengucapkan salam. Tanpa mendengar jawaban Jackob, Siska memutar kenop pintu dan masuk begitu saja. Toh di jam makan siang seperti sekarang ini, tidak mungkin ada tamu yang datang.
"Oh..." Siska melongo, melihat beberapa pria sedang berbincang dengan Jackob. Sepertinya ia salah lagi, hu hu... Harusnya ia menelpon Jackob terlebih dahulu tadi.
"Istri saya." Jackob bangkit dari duduknya, merangkul Siska yang masih terpaku di depan pintu, ia kemudian menuntun istrinya agar duduk di sampingnya.
Jackob memperkenalkan Siska kepada teman temannya, setelah berbincang bincang selama beberapa menit, mereka kemudian pamit meninggalkan kantor Jackob.
Tersisa Siska yang masih dalam mode kesal. Wanita itu mempersiapkan makan siang dengan hati hati, menahan tangannya yang ingin membanting piring dan sendok.
"Jangan marah." Jackob berdehem, mengambil nasi yang sudah Siska siapkan untuknya.
"Nggak marah kok, cuma kesal. Pengen gigit pak boss!" Dumal Siska, kemudian mengambilkan lauk pauk untuk Jackob.
"Boleh, leher saya masih kuat menahan gigitan kamu." Jackob tersenyum menggoda, ia suka melihat bibir Siska yang mengerucut sebal.
Siska menghiraukan Jackob, wanita itu mulai menyendok nasi dan lauk pauk untuk dirinya sendiri, "Apa apaan! Mesum terus isi otaknya." Ucap Siska tidak terima.
"Wajar saya mesum sama istri sendiri. Bukan istri orang, lagipula bukan rahasia umum lagi bahw__
Siska menyendok kan nasi ke bibir Jackob, guna menghentikan pembicaraan suaminya yang mengarah ke hubungan suami-istri. Jackob memang blak blakan, kadang Siska malu sendiri melihat tingkah suaminya.
"Nggak usah di perjelas," Siska menelan makanannya paksa, kapan mereka bisa akur seperti pasangan lainnya?
"Baiklah, kita stop membicarakan masalah jimak, saya tidak bisa mengimbangi fikiran kamu yang kadang seperti perawan."
"Lho, saya kan emang perawan sebelum bapak memerawani saya!!"
Rasanya Siska ingin, Hiih! Menyebalkan sekali suaminya itu. Ia sudah mati matian menghindari topik berbau dewasa, tapi tetap suaminya itu tidak memiliki saringan dan urat malu. Katanya wajar karena usia Jackob yang sudah dewasa, ya tapi nggak gitu juga.
"Tau, makanya saya suka kamu."
Jackob menjawab santai, pria itu menambahkan satu sendok nasi ke piringnya tanpa memperdulikan wajah kesal istrinya.Kalau kondisinya sedang normal, pasti hati Siska akan berbunga-bunga mendengar kata-kata suaminya, tapi saat ini mereka sedang makan dan membicarakan hal dewasa, entah di mana Siska harus menaruh wajahnya karena sangat malu.
"Terserah, capek saya ngomong sama bapak!"
"Berhenti berbicara dan habiskan makanan kamu. Ada hal penting yang harus kita bicarakan." Jackob berubah menjadi serius. Siska yang pada dasarnya takut dengan mode serius Jackob menurut, menghabiskan makanannya tanpa banyak membantah.
.
.
"Jadi hutang sayang berapa?" Tanya Jackob sambil mengganti kemejanya dengan kaus polo. Kemudian Pria itu membantu Siska memakai hijabnya dengan teliti. Tidak membiarkan sehelai rambut pun mencuat di kening istrinya.
"Berasa cewek bayaran saya pak Boss sayang." Siska tertawa, mengalungkan tangannya di leher Jackob. Mode manjanya sedang on saat ini, jadi misinya masih panjang, selama Jackob bertingkah kaku, maka selama itu Siska akan menjalankan misinya.
Setelah makan siang tadi, entah siapa yang memulai adegan mesra, hingga keduanya berakhir dengan tercyduk ayah mertua. Siska sampai ingin bersembunyi di toilet lama lama saking malunya.
"Saat makan tadi saya bilang, ada yang ingin saya bicarakan. Jadi berhentilah berfikir yang tidak tidak." Jackob menyentil dahi Siska hingga wanita itu meringis kesakitan.
"Nggak usah deket deket, nanti tercyduk lagi. Saya malu." Siska mengeluh, mencoba menjauhi Jackob yang duduk di sampingnya.
"Malu tapi keterusan. Malu macam apa itu." Ucap Jackob, memeluk pinggang Siska. Ia tidak akan membiarkan istrinya menjauh.
"Bisa banget nyiyirnya."
Siska tertawa, menunju kecil dada Jackob. See, dia tidak bisa marah atau kesal lama lama dengan Jackob. Pria itu selalu punya cara untuk membujuknya hingga ia luluh dalam sekejap."Saya sudah mengatakan bahwa hutang kamu akan saya lunasi semuanya. Jadi sebutkan berapa nominalnya," Jackob mengelus pipi Siska, "Biar kamu tenang, dan anak kita segera hadir di sini," tangan Jackob mengelus perut datar istrinya, ia benar-benar berharap akan ada bayi mereka di perut Siska.
"Em, nanti ya saya kasih mutasi transfernya. Saya dan Rosa tidak memiliki perjanjian rumit tentang hutang ini, dia memberikan saya kelonggaran. Jadi sebisa saya aja setornya, kalau adanya lima juta saya transfer lima juta, dan seterusnya." Siska menjelaskan sembari menunjukkan catatan di ponselnya. Di sana tercatat jumlah piutang dan total yang sudah Siska bayar ke Rosa. Beruntungnya ia memiliki sahabat yang faham halal haramnya hukum Allah Azzawajalla, hingga Siska merasa terbantu dengan keberadaan Rosa.
"Papa dulu beneran korupsi atau cuma korban partai politik? Saya curiga, karena tidak mungkin uang sebesar itu di korupsi papa seorang." Jackob meraih ponsel Siska, meneliti sekali lagi nominal yang istrinya pinjam ke Rosa.
"Wallahu A'lam, saat pertemuan pertama kita, saat itu papa Rahimahullah di tangkap penyidik KPK, lalu perusahaan mendadak pailit, papa terkena serangan jantung lalu meninggal, mama berusaha menyelamatkan perusahaan tapi gagal," Siska menyusut air matanya, masa masa sulit itu berhasil ia lalui hingga berada di titik ini, menjadi isteri Jackob.
"Hasil penyelidikan bagaimana? Papa tetap terbukti korupsi?" Jackob mengusap air mata Siska, membawa istrinya menuju pelukannya.
"Terbukti, entahlah. Padahal selama papa hidup, beliau tidak pernah sekalipun menghamburkan uang. Papa juga selalu berhati-hati dalam menerima kontrak kerja di perusahaan. Mama aja sampai shock, karena papa yang kami kenal adalah seorang yang amanah, pokoknya papa itu pahlawan buat kami. Papa selalu mengajarkan kami untuk hidup sesuai porsi kami."
"Nanti saya selidiki lagi. Apakah papa punya hutang lain selain ini?" Jackob bertanya hati hati, takut menyinggung perasaan istrinya.
"Insyaallah hanya ini. Hutang hutang kecil sudah saya lunasi dari hasil menjual warisan papa. Yang kami punya hanya apartemen tempat saya tinggal dulu. Itu harta terakhir papa, yang beliau belikan untuk Khafi saat kuliah di sini."
"Saya janji akan membantu kamu menyelidiki lagi kasus korupsinya papa. Saya tidak meremehkan KPK, tidak sama sekali. Tapi sekarang banyak sekali partai politik yang menjadikan orang, tanda kutip tumbal untuk kepentingan partai." Jackob tentu tau sisi kelam dari partai politik. Ada banyak hal yang harus di korbankan oleh anggota mereka, salah satunya adalah siap di kambing hitamkan jika partai memiliki kasus yang lumayan berat.
"Terimakasih, sayang banget sama pak Boss sayang."
"Sayang kamu juga. Maaf membuat kamu teringat masa lalu kamu."
.
.
Hai Makk🤧 akhirnya up juga aku
Sibuk ya Mak, jadi telat up-nya.Duaratus komen next🤭 hayoo lagi satu part🤧

KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying Mr imPerfect (Spin off MMA)
RomanceSiska Hardinata, anggota grup ex Sexy Yeoja yang memilih bekerja di salah satu perusahaan multinasional setelah menamatkan studinya. Nasibnya tak semulus karirnya , saat pimpinan perusahaan mengangkatnya menjadi sekertaris kedua. Siska pikir hidup...