"Sayang mau apa?"
"Pulang." Siska berbisik, menundukkan kepalanya saat Jackob memandangnya dengan iris tajamnya.
Satu pekan sudah Siska berada di rumah sakit kenamaan di Jakarta. Setelah dua hari berada di rumah sakit di Bandung, Jackob memutuskan memboyongnya kembali ke Jakarta, tentunya setelah menyelesaikan perkara hutang piutangnya dengan Rosa.
Siska memilin jemarinya, ia bosan terus terusan berada di rumah sakit. Sementara pihak rumah sakit belum mengizinkannya untuk pulang. Dan saat ini Jackob sedang memarahinya karena menolak melanjutkan infus.
Bukan tanpa alasan Siska menolaknya. Satu minggu di infus membuat tubuhnya bengkak, dan berbaring seharian membuat punggungnya terluka. Siska berfikir mungkin saat ia di rumah nanti, ia bisa berjalan jalan di taman. Atau sedikit mengerjakan pekerjaan rumah, agar tubuhnya tidak kaku lagi.
"Bayi kita lemah, dan kamu masih memikirkan kenyamanan kamu sendiri." Lagi, Jackob berujar dingin. Ia tidak tau harus bagaimana lagi menasehati istrinya yang keukeh meminta pulang. Menurut keterangan dokter, janin yang berada di rahim istrinya masih sangat rentan. Sehingga dokter menyarankan agar istrinya di rawat secara intensif di rumah sakit.
"Pokoknya mau pulang." Siska menangis, memunggungi Jackob yang masih berdiri di sisi kiri ranjangnya.
"Kamu tidak menyayangi bayi kita?! Baiklah, terserah kamu!" Jackob kemudian meninggalkan Siska yang menangis sesugukan karena perkataan menyakitkan yang di keluarkan Jackob.
Siska menyayangi bayinya, tentu saja. Tapi ia tidak bisa terus terusan berada di rumah sakit, ia ingin pulang dan di rawat di rumah. Tidak bisakah dokter mengerti kesakitan yang di alaminya? Setiap hari ia memuntahkan makanannya, pusing dan sakit kepala terus menerus menyerangnya saat membuka mata, Siska berfikir itu karena ia berada di rumah sakit. Meskipun ia di rawat di ruangan kelas satu, tapi tetap saja ia bosan.
Bukankah ibu hamil tidak boleh stres? Faktanya Siska sudah stress karena ia tidak bisa melakukan apapun selain berbaring di kamar inapnya seharian. Untuk shalat pun ia bersusah payah mengerjakannya. Jackob terlalu berlebihan dalam menjaganya, dan Siska tidak suka itu!
"Adek, jangan buat mama mual terus menerus ya." Pinta Siska sambil mengelus perutnya, seolah olah berbicara dengan janinnya. Dan yang terjadi selanjutnya adalah Siska di landa mual hebat, dengan tergesa-gesa Siska berjalan menuju kamar mandi, berusaha menguasai pusing yang menyerangnya.
"Huekk!!....
Siska memuntahkan isi perutnya, hingga tersisa rasa pahit di tenggorokannya. Siska bersandar di dinding kamar mandi, mengelus perutnya yang sedikit membuncit.
"Adek marah ya? Maafin mama ya." Siska berujar di tengah rintik air matanya yang mengalir deras.
Ia bingung mengendalikan dirinya, hormon kehamilan terkadang membuatnya seperti bocah yang hobi menangis."Sayang!!"
Jackob panik saat menemukan istrinya duduk di samping closed dengan tangisnya yang menyayat hati. Jackob akui, kata katanya memang keterlaluan, harusnya ia membujuk istrinya, bukan menambah beban dengan mengatakan hal menyakitkan."Pergi... nggak mau di pegang!" Siska meninju lengan Jackob lemah, wanita itu masih terisak isak saat suaminya menggendongnya kembali menuju ranjang, ia kemudian terlelap setelah lelah menangis di pelukan hangat Jackob.
"Maafkan papa." Jackob berbisik, membelai lembut perut istrinya.
Dokter sudah memperingatkannya jauh jauh hari, bahwa hormon wanita hamil cenderung labil. Terkadang manja, senang, menangis, marah, dan beberapa perubahan emosi lainnya yang sukses menguji kesabaran Jackob.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying Mr imPerfect (Spin off MMA)
RomantizmSiska Hardinata, anggota grup ex Sexy Yeoja yang memilih bekerja di salah satu perusahaan multinasional setelah menamatkan studinya. Nasibnya tak semulus karirnya , saat pimpinan perusahaan mengangkatnya menjadi sekertaris kedua. Siska pikir hidup...