Sedikit Keajaiban

2.8K 430 436
                                    

"Saya kehilangan kendali, pekerjaan yang menumpuk, masalah pajak, penggelapan dana
dan kelakuan kamu menjadi pemicu amarah saya."

"Hm.." Siska menyahut, tak berminat mendengar alasan yang di kemukakan boss besar. Ia juga tau kasus di kantor baru baru ini yang membuat perusahaan merugi ratusan juta rupiah, karena kesalahan salah satu oknum tak bertanggung jawab.

"Saya minta maaf, okay..

"Whoah! jangan pegang pegang pak!" Siska refleks menjauh saat tangan Jackob ingin menyentuh tangannya. Huh, ngeri juga jika terus menerus berduaan seperti ini. Meskipun ada Khafi, tapi adiknya itu tidak bisa di andalkan, karena lebih memihak Jackob.

"Maaf, saya tidak tahan kamu terus terusan bersikap seperti ini kepada saya." Jackob menggaruk tengkuknya, ia mengalihkan pandangannya ke arah lain, asal jangan wajah cantik Siska.

"Bapak kira saya mau? Saya hanya menjaga jarak dengan bapak, layaknya seorang bawahan dan atasan." Sinis Siska, belajar dari mana ia taktik sarkas seperti ini? Sesuatu yang langka melihat boss besar kalah telak seperti sekarang ini, uhuk.... Jika kondisinya normal, beda urusan. Yang ada Siska akan menangis karena berani membantah boss besar.

"Sekarang mau kamu apa?"

Khas boss besar yang selalu to the point, tegas dan tangkas dalam urusan apapun.

"Apa maumu, sekarang atau tak selamanya... yuhuu... saya masih hidup guys." Khafi lagi lagi bernyanyi, memang tak ada pekerjaan adiknya itu. Bukannya memberi solusi malah menjadi penonton.

"Bapak maunya seperti apa?" Siska geram, kurang jelas apalagi ia harus menolak Jackob.

"Kamu menikah dengan saya, Minggu ini."

"Uhukk!!"
Dan Siska benar benar tersendak dengan tehnya. Harusnya ia tidak usah minum jika bertanya dengan Jackob, karena jawaban pria itu selalu membuat spot jantung.

"Bapak bercanda? Saya sudah menolak bapak. Tidak ada kesempatan lagi!" Siska menegaskan sekali lagi. Jika di tanya apakah ia menyukai Jackob? Ya, Siska menyukainya. Namun  tetap saja ia masih ingin suami yang taat. Tidak neko neko sebenarnya kriteria Siska, masalah tampang dan jabatan ada di urusan ke sekian. Yang penting agama dan akhlaknya baik, seperti rumahtangga normal lainnya. Suami memiliki pekerjaan tetap, dan istrinya diam di rumah, menjaga anak anaknya. Sesimpel itu gambaran rumah tangga yang Siska impikan.

"Saya harus bagaimana agar kamu mau menerima saya?" Jackob mulai putus asa membujuk Siska.

"Ceritakan bagaimana awalnya bapak bisa menyukai saya. Kok tiba tiba bapak mengajak saya menikah?" Siska bersedekap, berusaha menahan tawanya. Lucu juga pak boss jika putus harap seperti itu.

"Di grup mereka bilang kamu suka sama Rion, jadi sebelum dia melamar kamu saya harus melakukannya. Tapi
Saya tidak akan menceritakan awalnya. Karena untuk apa saya menceritakannya? Itu hanya akan menambah beban pikiran saya jika kamu tidak ingin menikah dengan saya."

Wow, meskipun sudah di desak. Pak boss tetap konsisten dengan pendiriannya. Padahal kan Siska masih penasaran tingkat akut. Kok bisa? Itu lho!

"Kakak sebenarnya suka pak Boss atau tidak?" Kali ini Khafi yang bertanya, ia merasa gemas karena obrolan kedua orang dewasa yang berputar putar seperti bianglala.

"Suka."
Siska menepuk bibirnya, lagi ia keceplosan. Huh, lihat saja pak boss yang sudah tersenyum lebar mendengar jawaban refleksnya.

"Terus kenapa di tolak?"
Khafi kembali bertanya.

"Menyukainya bukan alasan aku harus menikahinya. Kakak sudah membayangkan akan seperti apa dia dengan sikap sok sempurnanya. Ketika ada anak anak di antara pernikahan kami, kakak yakin bayi itu harus terus terusan belajar berjalan, agar bisa sesuai keinginan Mr unPerfect. Belajar berbicara juga begitu, aish... Membayangkan saja membuat kakak kesal!" Siska menghentikan pembicaraannya saat mendengar tawa merdu Jackob. Maasyaa Allah, meskipun tertawa dengan mulut terbuka, kok boss besar tetap ganteng ya?

Marrying Mr imPerfect (Spin off MMA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang