[18] Kejutan

840 155 119
                                        

yang udah vote terus unvote, i'll 👿

nggak papa sumpa nggak papa
demi alex nggak papa

ditagih up, ya up saja. wakaka.

happy reading 💃

XII IPA 7 dilanda perang dingin antara sesama perempuan. Para siswi saling melempar tatapan tidak suka secara terbuka. Kaum adam, hanya bisa geleng-geleng dan mengomentari mereka dalam hati. Soalnya kalau kejadiannya seperti ini, habis sudah. Contohnya..

"Lho hei kenapa kalian saling diam sih? Ada masalah apa woi? Apa nilai ulangan dapat jelek semua?" ceplos Fariz yang tak tahu seluk beluk permasalahan kemarin. Kaum adam memang bukan tipe penggosip, namun saat mereka mulai mengobrol tentang hal-hal khusus, jangan ditanyakan.

Julid dan cerewetnya melebihi kaum hawa.

"Kita diam? Nggak tuh biasa aja." ucap Carla dengan senyumannya yang terkesan sinis disuguhkan pada geng sebelah. Sungguh sangat kebetulan, tempat duduk mereka bersebrangan dan dipisahkan.

"Siapa yang lo bilang diam? Gue merasa biasa aja." ucap Stella memegang pensilnya dengan geram saat menerima kesinisan sebelah.

"Iyuh, lo dapat gosip darimana kalau kita saling diam?" sahut Gwen. Rika mengerjapkan matanya.

"Gosip?" beonya. "Hei, siapa juga yang diam-diaman."

"Aelah, merasa paling berguna dan berkorban banyak itu gimana sih? Enak banget ya?" ucap Resya menyindir. Alexa menyela.

"Eh yang merasa paling berkorban banyak itu kalian ya. Kita udah bagus membiarkan kalian sampai sejauh ini." selanya tak terima. Beberapa orang di dekat Alexa mencoba menenangkannya. Terutama Indira.

"Alah, mau jadi protagonis segitu amat usahanya." ucap Fify membubuhi. "Biar apa sih kayak gitu? Mau jadi wonderwoman? Atau superman biar ganti kelamin sekalian?" ucapnya sambil menatap kuku yang berpoleskan cat. Perkataan sarkasnya itu menyulut api beberapa orang.

"Eh kalian dulu ya yang menyulut kita. Kan memang kesepakatan awalnya—" ucapan Stella terputus saat disela oleh Tasya.

"Maaf nih, kita nggak bahas masalah itu. Kenapa kalian mengungkit lagi? Apa iya kalian memang yang salah atas semua ini?" ucapnya dengan nada agak rendah. Beberapa orang yang tak paham tentang permasalahan ini hanya bisa melihat bolak-balik ekspresi kubu itu saling menyerang dan bersahutan. Seperti Nadine, Naira, dan Larissa.

"Nggak usah sok suci ya lo. Kalian semua yang buat masalah ini! Udah dikasih susu malah dibalas tuba!" ucap Stella penuh emosional. Aliza hanya menatap perdebatan itu tanpa ingin ikut campur. Hingga..

"Kalau gue dikasih susu, ntar gue balas makasih. Lumayan gratisan. Iya nggak Van?" ucap Farel dengan polosnya mengutak-atik rubrik milik Royvan. Seketika keadaan langsung menghening.

"Sehat otak lo Rel?" ucap Juan memutar telunjuknya di sebelah kepala. Farel memancarkan aura polos yang kentara. Royvan mengabaikan keberadaannya.

"Emang lagi bahas apa sih? Susu bukan? Kalau boleh, gue juga minta satu lah. Yang coklat kalau ada." ujarnya tanpa dosa. Abay langsung melemparinya buku karena ketololannya.

"Mendingan diem aja lo a*u. Dasar perusak suasana." ucap Satya kesal karena ucapan Farel tidak berada dikondisi yang tepat. Farel hanya bisa menampilkan ekspresi polosnya saat satu kelas seakan menghujat dirinya lewat tatapan mata.

"Apa ini cara anak dance untuk bertindak egois?"

Athilia tetap diam, enggan berkomentar atas nama dance. Hingga Stella mengucapkan sebuah kalimat yang mampu membuat anak dance merasa emosi bukan main.

SCIENCE 7 : UNITY IS PRIORITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang