[3] Nilai Rapor

1.1K 170 54
                                    

Sebenernya kita itu kawan atau lawan sih?

~Chlora~

Mari melihat bagaimana semua orang bertukar rapor mereka hanya untuk melihat nilai temannya dan mengukur tingkat kepintaran mereka.

"Eh Al, lihatin rapor lo dong." ujar Chlora membawa rapornya sendiri di tangan. Aliza menatapnya malas.

"Buat apa?" tanya Aliza. Sekali ambis tetaplah ambis. Chlora membalas,

"Buat pembanding aja sama rapor gue. Secarakan nilai lo yang paling tinggi di sekolah." ujar Chlora terkekeh. Berusaha ramah dan bertekad melihat isi rapor pemegang peringkat paralel satu SMA Gemilang yang melegenda.

Aliza mengambil rapor dari tasnya lalu menyodorkannya. "Nih."

"Asyik makasih Al."

Saat Chlora membuka rapor Aliza, rasanya ada sebuah sinar yang menyilaukan. Mereka sontak berkerumun karena penasaran melihat rapor seorang jenius.

"Ini rapor jenis apa wey?"

Mata Chlora menelisik lebih dalam. Seluruh kolom mata pelajaran baik umum, peminatan, dan lintas minat mendapatkan predikat A. Semuanya mendapat nilai diatas sembilan puluh. Tak ayal, ini membuat air liur Chlora hampir menetes melihatnya.

"OH MY GOSH! NILAI APAAN INI ANJIM!"

Gwen berteriak syok saat melihat nilai Aliza yang sangat sempurna. Nyaris tak ada celah kejelekannya. Paling jelek hanya Seni Budaya yang mencapai nilai 90.

"ALIZA? LO MANUSIA APA BUKAN?"

Mereka semua berdecak kagum. Grafik nilai Aliza sangatlah tinggi dan berstandar jauh diatas mereka. Kecuali untuk,

"Gimana kabar rapornya Zaga ya?" ujar Melsa menopang dagunya berpikir keras.

"Iya juga ya. Dia kan ranking dua sehabis Aliza." ucap Fify menaikkan alisnya sebelah.

Sebagian lain sibuk saling bertukar rapor, sebagian lain sibuk melihat rapor bintang sekolah. Sementara sang bintang sekolah tidak tertarik melihat rapor orang lain, kecuali milik Zaga seorang. Saingan terberatnya.

Zaga memasuki kelas selang beberapa menit unboxing rapor dilaksanakan. Sesosok lelaki berbandana putih itu berjalan acuh melewati gerombolan kaum hawa di depan kelas. Lalu ia meletakkan tasnya di paling pojok kelas. Tempat favoritnya. Katakanlah Zaga sendirian, tapi ia amat menyukai hal itu. Zaga tidak suka berbagi meja dengan orang lain.

"Eh itu orangnya," tunjuk Melsa berbisik. Telinga Zaga yang sensitif langsung tersentil.

"Minta gih, gue kagak berani sama dia." ujar Rika menyenggol Chlora.

"Ah lo aja."

"Lo aja."

"Etdah main dorong-dorongan malah."

"Eh tuh Aliza udah minta."

Aliza menghampiri bangku Zaga dengan gaya khasnya yang elegan. "Ga, boleh minjem rapor?"

Zaga mengernyit melihat kedatangan Aliza ke tempatnya. "Nggak."

"Kenapa?" ujar Aliza mendadak tersinggung mendengar penolakan Zaga. Lelaki itu menampilkan senyum berderetnya.

"Ya karena gue nggak bawa rapor. Mau gue pinjemin apa lo?"

"Zaga! Serius lo nggak bawa rapor?" ujar Resya berteriak syok. "Jangan ngadi-ngadi lah lo. Hari pertama udah bikin masalah aja."

"Masalah-masalah gue kenapa lo yang terbebani?"

Mereka mendadak mengatupkan mulutnya mendengar nada dingin Zaga. Namun lelaki itu tak menggubris.

SCIENCE 7 : UNITY IS PRIORITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang