[25] Perfect Shot

854 179 136
                                    

Haloo, gimana kabarnya?! Melta ngegas nih, ayo jawab hehe.

Yang mau lebaran, selamat hari raya idul fitri ya. Mohon maaf kalau ada kesalahan dari melta ke kalian, hihi.

Udah siap melihat sedikit aksi Fify? Skuy.

Warning, sedikit ada kata-kata ngegas. Hehe, bacanya ngegas juga ya.

happy reading 😈

~Science 7~

Malam pun akhirnya tiba. Kelas XII IPA 7 khususnya disibukkan dengan beberapa persiapan lomba. Para anggota dancer sudah berlatih maksimal dan berusaha untuk menampilkan sebaik-baiknya. Namun belum sempat mereka tampil di atas panggung, ada saja masalah kecil yang menghambat.

"Sialan, alis gue miring. Gimana nih?"

Athilia terlihat tidak senang melihat alis kanannya miring. Ia menghentakkan kakinya karena selalu gagal membentuk alis dengan benar. Padahal kalau dinalar, tidak ada seorangpun yang memperhatikan kemiringan alisnya yang kurang dari 3 derajat itu.

"Astaga Atha, mana sini lihat. Coba gue perbaiki kalau bisa." ujar Alya gemas dengan sahabatnya itu. Athilia sudah cantik, mau alisnya miring 180 derajat pun, ia masih cantik.

"Ih bete deh kalau alis miring. Susah bener bikin alisnya." gerutu Athilia. Sebenarnya tak ada yang pernah mempermasalahkan alis Athilia. Perempuan itu sendirilah yang mempersalahkannya. Ia merasa dirinya tak begitu sempurna sedangkan di mata orang lain ia terlihat layaknya ratu saja.

"Baju kita kapan sampainya? Kok belum kelihatan sih asisten desainernya?"

XII IPA 7 mungkin menganggap sebuah perlombaan adalah hal yang sangat vital. Mereka selalu bersungguh-sungguh, melebihi apapun. Dresscode pun menjadi hal yang tak bisa dianggap sebelah mata.

"Bentar-bentar, gue telfon dulu orang dari desainernya." ujar Resya menenangkan Gwen yang terlihat emosi. Ia mengambil ponselnya dan segera menghubungi pihak perancang busana mereka.

"Eh Fify dimana?" tanya Carla mencari-cari sesosok Fify. Izly juga ikut mencari karena tak melihat batang hidung Fify.

"Jangan bilang kalau dia telat." geram Gwen. Malam ini perempuan bongsor itu terlihat emosi. Ia terpancing walau hanya dengan perkara kecil.

"Nggak, kayaknya tadi Fify udah berangkat tapi dia ke kamar mandi." ujar Tasya mengklarifikasi. Memang tadi ia melihat Fify keluar sambil membawa pembalut. Kemana lagi kalau bukan kamar mandi? Masa iya kantin? Terkadang logika itu perlu digunakan.

"Cih, nggak tau apa ini saat yang genting? Lama banget ke kamar mandinya."

Tak ada yang mau menyentil perkataan Gwen. Athilia sedang berada di suasana hati yang baik sehingga tidak mempermasalahkan keluhan Gwen. Satu ruangan itu hanya Athilia yang mampu membuat Gwen bungkam lantaran kemampuan debatnya yang mampu membuat musuh telak terdiam.

"Katanya baju kita udah di kirim di SMA. Mungkin ada di pos satpam." ujar Resya menyimpan ponselnya di dalam tas. Gwen memoleskan lip tint di bibirnya.

"Kalo begitu, suruh orang buat mengambil." ujar Gwen terdengar congkak. Barulah, Athilia menghentikan pergerakannya dan menatap Gwen dengan tidak santai.

"Lo pikir diri lo ratu gitu? Kenapa lo menyuruh orang seenaknya?"

Bukan Athilia yang berkata. Itu Stella yang baru datang ke kelas. Bersama Aliza, Rika, Chlora, ia memasuki kelas yang hanya dihuni para anggota dance, minus Fify.

"Gwen, jangan berkata kayak gitu.Kita seharusnya meminta tolong, bukan menyuruh orang seenaknya." tegur Athilia kemudian. Stella menyunggingkan senyuman sinis yang dibalas tatapan tak suka oleh Gwen.

SCIENCE 7 : UNITY IS PRIORITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang