Kalau kelas IPA 7 nggak berbuat kenakalan, berarti itu bukan mereka.
~Pak Gerald~
"Gengs! Gue denger lomba menata kelas bakalan diadain tahun ini!"
Gwen mengawali gosip dengan enerjik. Ia memasuki kelas dengan sekantung bahan gibahan yang ia dapat dari kelas lain dan kabar burung yang menguar. Gwen memang ahli dalam hal pergibahan.
"Serius Gwen?" balas Stella memakan bakwan tanpa cabai. "Emang lo tahu dari mana?"
Melsa pun menyahut. "Yang bener Gwen? Lomba nya kapan coba?"
Gwen duduk di bangkunya dan menyilangkan kakinya. Seketika perempuan yang ada di sana mencuri pandang ke arah Gwen meskipun mereka terlihat sibuk makan siang.
"Iya gengs, tadi gue nggak sengaja denger di ruang TU kalau lomba kebersihan diadakan untuk menyambut ultah sekolah."
Naira menyeletuk. "Iya sih emang, dulu seharusnya ada lomba. Tapi karena kelasnya polos kek pantat bayi, makanya lombanya di tunda."
"Lha kenapa nggak tahun lalu ya? Pas kita kelas sebelas?"
Nadine membalas. "Ada pekan raya SMA, makanya ditunda lagi. Akhirnya wacana dulu, baru terealisasikan sekarang."
"Oalah, jadi tahun ini kita bakalan ikut lomba menghias kelas?!" ujar Chlora semakin meninggikan nadanya.
"Iya Ra. Gue juga ingat kalau dulu Bu Clarista bilang lombanya ditunda sampai tahun depan." ujar Rika menambahi. Perempuan dengan kekuatan daya ingat yang amat tajam ini terlihat meyakinkan. Sudah bukan rahasia umum kalau Rika sangat tajam dalam mengingat. Bahkan, Rika mampu mengingat masa-masa kecilnya dengan teliti. Tapi ia agak kesulitan mengingat pelajaran selain yang berkaitan dengan sejarah kehidupan.
"Tapi nyatanya tahun depan ditunda lagi sampai tahun depannya."
Ucapan Resya mengundang gelak tawa diantara mereka. Athilia bahkan tertawa dengan terbahak-bahak.
"Eh kalo ada lomba menata kelas, masa temanya masih kayak dulu? Emang ada yang ingat?" ujar Carla membuat mereka berpikir. Mereka sudah bertekad menjadi kelas terbaik di SMA Gemilang, apapun yang terjadi.
"Kalau masalah itu mah gampang, ada Aliza nih. Dia masih punya catatan dua tahun yang lalu. Iya kan Al?" ujar Stella meminta persetujuan Aliza. Perempuan bermata hijau itu berdehem singkat dan fokus menyatat matematika yang ia pinjam dari kakak kelas.
"Tapi kan ini belum diumumkan sama sekolah gengs. Jangan berasumsi dulu." ujar Alexa memakan kacang. "Kita tunggu dulu arahan dari sekolah saja."
"Hei Lexa, kalau bisa memulai lebih awal, kenapa harus menunggu untuk hal yang sudah jelas?" ujar Fify sibuk berdandan. Hal itu karena sehabis istirahat ini nanti jamnya Pak Gerald. Jadi boleh dong ia tampil lebih cantik dan shining sendiri.
"Tapi kalau akhirnya kita buat terus event nya nggak jadi gimana? Jadi sia-sia dong semua kerja keras kita nanti." ujar Tasya menyuarakan isi hatinya.
"Sudah-sudah jangan ribut. Kalian masalah ginian aja kayak memancing percikan api. Sudahlah," ujar Agista melerai. Ia dapat mencium bau-bau pertikaian antara teman mereka yang bersitegang hanya karena memperdebatkan hal kecil seperti itu.
"Eh Ta, nitip sampah!"
Agista yang baru berjalan melewati bangku Stella seketika terhenti kala perempuan itu menyerukan namanya dan meminta bantuan. "Makasih ya Ta." ujar Stella kemudian.
"Eh Ta nitip juga dong." ujar Indira tersenyum dengan meringis. Agista tak keberatan, ia mengambil sampah Indira dengan tenang. "Makasih yha Ta."
"Eh nitip dong,"
KAMU SEDANG MEMBACA
SCIENCE 7 : UNITY IS PRIORITY
Teen FictionIni masih tentang kelas XII IPA 7 yang sudah melepas gelar Silvernya dan menyandang gelar Diamond, suatu gelar paling tinggi yang pernah SMA Gemilang berikan. Ini bukan lagi masalah besar, melainkan pertikaian antaranggota yang tak bisa dihindarkan...