[30] Pertanyaan dan Agista

733 140 57
                                    

Satu aturan di part ini: "Apa yang kalian duga tidak selalu nyata."

happy reading 😼

~Science 7~

Abay dan Satya mengeluarkan perintah yang berbeda ketika memimpin pasukan. Satya memerintahkan untuk tidak terlalu menghajar musuh dan Abay memerintahkan untuk membantai  musuh habis-habisan. Kedua ketua utama Blade ini tengah bersitegang setelah perbedaan keputusan. Ketegangan mereka terbawa hingga ke kelas, hingga membuat Pak Gerald kebingungan dengan kondisi kelas yang senyap.

"Hei, ada apa ini? Kenapa kalian hanya diam? Biasanya kalian ribut sendiri hingga saya tak bisa mengendalaikan kelas."

Stella berdehem, tahu permasalahan yang dialami kubu kaum adam. Kalau Abay dan Satya bersitegang, kaum adam seperti dibagi menjadi dua, persis sewaktu kelas 10. Dan kaum hawa tak bisa berbuat banyak untuk menciptakan keributan karena 70% masalah diciptakan oleh teman lelaki mereka.

"Kita mau mencoba serius Pak, layaknya anak kelas unggulan pada umumnya," timpal Farel ringan. Padahal ini hanya alibinya.

Pak Gerald memicingkan matanya. "Oh iya kah? Hm, mencurigakan. Padahal saya suka dengan kepribadian kelas ini yang blak-blakan dan terus terang. Seperti saat membangun geng lama yang telah hilang."

Gwen menyahut. "Bapak kebanyakan denger gosip nih, kelas kami mana mungkin seperti itu Pak."

"Eh jangan pikir karena saya baru di sini saya tidak tahu tentang Thunderon Blade ya."

Galang berkata. "Bapak pasti dengerin gosip dari Ibu kantin, duh masih bujang kumpulannya janda, kasihan Bu Renata Pak."

Perkataan Galang barusan mengundang gelak tawa satu kelas. Fariz sukses memukul meja karena tidak kuat dengan perkataan jujur Galang. Pak Gerald hanya bisa menutup wajahnya karena kenyataannya beliau memang menjadi kesayangan Ibu kantin sekolah karena parasnya yang tampan.

"Kurang cakep apa Bu Renata Pak, Masyaallah.."

Pak Gerald langsung mengklarifikasi. "Hei saya dan Bu Renata itu sekarang hanya berteman-"

"Berteman tapi menonton di bioskop bersama ya Pak?"

Celetukan Naira membuat Pak Gerald terdiam. Lalu beliau berkata, "Kamu menonton di XXI?"

Naira mengangguk. "Iya Pak, saya di hari Sabtu ke XXI bersama-"

Ucapan Naira menggantung. Ia tersadar hampir saja keceplosan menyebutkan nama Nara. Langsung saja ia menutup wajahnya dengan buku dan membuat Pak Gerald yakin kalau Naira tidak sendirian.

"Wah hebat ya, kelas ini banyak yang suka. Cowoknya Naira dari kelas apa? Biar saya titipkan salam."

"AAACCIEEEE."

Satu kelas kompak membuat pipi Naira bersemu. Kisah cintanya dengan sang Ketua PKS memang bukan hal baru. Namun ia tetap saja malu-malu kucing kalau disoraki teman sekelasnya.

"Itu lho Pak, Ketua PKS periode kemarin."

Sebuah klu datang dari Gwen. Fariz menatapnya dengan julid dari atas ke bawah. Lelaki itu terganggu dengan sikap Gwen barusan.

"Siapa?"

"Naira nggak pakai i Pak!"

Pak Gerald menopang dagu. "Ah, Nara namanya?"

Galang berdiri. "Wah, Bapak benar," jedanya menunjuk Pak Gerald. "Seratus untuk Bapak."

Galang mengakhiri aksi epiknya dengan tepukan tangan satu kelas. Tidak semua namun mampu menciptakan gemuruh ramai yang membuat Galang merasa di atas angin melayang-layang.

SCIENCE 7 : UNITY IS PRIORITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang