Banyak sekali plothole, maaf ya. Tapi aku pikir ini udah lebih dari nyambung.
Selamat membaca
~Science 7~
"LHO, KENAPA SANDI WIFI DIGANTI SIALLLL."
Pagi-pagi buta Gwen sudah berangkat demi mengunduh drama Thailand yang sedang booming dan menarik. Review bagus dari penonton membuatnya semangat berkibar-kibar untuk berangkat ke sekolah demi menonton drama tersebut. Namun nasib berkata lain, ia dihadapkan dengan sandi baru wifi sekolah yang mana artinya, ia tak bisa mengunduh drama tersebut.
"HAH APA LO BILANG?!"
Galang yang datang pagi karena paketannya habis semalam, ikut terkejut saat mendengar ucapan Gwen. Baru saja masuk kelas, ia sudah mendapat kesialan pertama. "Eh jangan bercanda lu, Gwen. Ada angin apa sekolah tiba-tiba ganti sandi wifi."
Gwen yang tak mau merasa salah, langsung memaparkan bukti nyata. "Nih lihat, dari tadi gue ngga bisa sambungin hp ke wifi. Nih!"
Gwen menyodorkan ponselnya tepat di depan muka Galang. Lelaki itu mengambil jarak. Tak mempercayai begitu saja, Galang mengecek ponselnya. "Eh iya bener, waduh."
Gwen menyilangkan tangannya, merasa bangga karena dirinya terbukti benar. Biasanya, Galang akan mengeluarkan seribu alasan untuk membantahnya, namun kali ini dia begitu penurut.
"Ini mesti nunggu Fian buat bobol wifi sekolah."
Sebenarnya, ada dua wifi yang memancarkan sinyal ke tiap ruang kelas. Namun wifi yang satunya sangat lambat karena diakses oleh seluruh siswa. Sedangkan wifi yang satunya memiliki kecepatan sinyal yang baik karena hanya bisa diakses oleh beberapa orang. Tentunya, kelas unggulan itu memiliki kartu aksesnya tepat sebelum sandi wifi diganti pagi ini.
Satu persatu siswa mulai berdatangan ke kelas. Mereka mengeluhkan hal yang sama seperti halnya Gwen dan Galang yakni tidak bisa mengakses wifi.
Ketika Fian dan Azka datang beriringan, sontak saja mereka langsung diserbu oleh penghuni kelas.
"Azka, Fian, tolong bobol keamanan wifi sekolah dong dan kasih tahu sandinya."
"Iya nih, padahal kemarin belum diganti. Kesambet apa sih operator sekolah ganti sandi wifi."
"Fian, Azka, please."
Dulu kelas itu memang tidak menormalisasi aksi bobol alat elektronik sekolah. Teringat di kelas 10 mereka menentang keras pembobolan CCTV saat bertengkar. Namun sekarang, mereka mulai terbuka dengan kelebihan yang dimiliki programmer kelas.
"Oh, oke."
Fian mengeluarkan laptopnya dan Azka mengeluarkan iPadnya. Mereka berdua bekerja dalam diam seakan semua percakapan tersalur lewat batin. Sebenarnya, mereka terbiasa bekerja sama sehingga mereka jadi tahu kebiasaan dan langkah yang akan diambil masing-masing.
"Udah. Sandinya nomor telepon sekolah ini. 021-566-721."
"Makasih Fian, Azka!"
"Makasih bro."
Galang menepuk pundak kedua temannya. "Ternyata jago juga kalian bobolnya cepet."
"Keamanannya masih sama. Cuman ganti sandi."
"Oalah, pantes."
Brak!
Abay memasuki kelas dengan sedikit drama. Entah ia tidak melihat atau bagaimana, ia menabrak pintu kelas. Tatanan rambutnya yang acak, garis hitam dibawah mata pertanda ia kurang tidur, dan seragam yang kusut menjadi penampilan biasanya hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCIENCE 7 : UNITY IS PRIORITY
Novela JuvenilIni masih tentang kelas XII IPA 7 yang sudah melepas gelar Silvernya dan menyandang gelar Diamond, suatu gelar paling tinggi yang pernah SMA Gemilang berikan. Ini bukan lagi masalah besar, melainkan pertikaian antaranggota yang tak bisa dihindarkan...