Yow halo!
Bagaimana kabar kalian? Sehat? Semoga yang kurang sehat diberi kesehatan kembali ya.
Kangen tidak? Kangen dong, asksks. Melta pikir votenya nggak akan sampai 90 mengingat Melta up nya lamaaaaaaaaa banget.
Tapi rupanya, wow. Kalian mendobrak ekspetasi Melta. Makasih lho yang udah vote.
Yang sudah sampai sini tapi belum vote, balik kanan gih vote dulu buat Melta, hehe.
Oiya, Melta baru aja publish ceritanya si kutub es dari Xerga, alias Azka. Dibaca yow, asyik kok, wkwk.
happy reading ❤
~Science 7~
SMA Gemilang memulangkan para siswa lebih awal satu jam untuk persiapan nanti malam, dimana malam puncak penampilan para peserta lomba dance. Setelah penilaian kebersihan selesai, seluruh siswa boleh meninggalkan area kelas mereka.
Sayangnya hal itu sangat menguntungkan bagi kaum adam, dimana kencan mereka dengan beberapa anak sekolah tetangga bisa dipercepat. Thunderon Blade mengukir sejarah baru dengan geng motor yang sering memenangkan tawuran dalam kurun waktu beberapa bulan belakangan.
"Lo yakin mau tawuran sama STM itu?" tanya Galang kepada Satya. Pengalaman tawuran dengan anak STM yang dimaksud, tidak terlalu menyenangkan. Mereka sangat keras, terkadang membawa alat bantuan. Entah batu, kayu, maupun besi. Sedangkan Thunderon Blade lebih suka tangan kosong.
"Gue harus, supaya Abay terlindungi. Kita kan udah sepakat bersama. Suka duka harus dilalui bersama-sama dong." ujar Satya melepas jam tangan dan juga bed kelasnya. Saat ini ia memilih memakai kalung saja sebagai aksesorisnya. Abay hanya meliriknya sekilas mendengar perkataannya barusan.
"Tapi Sat," ujar Hendra hendak mengutarakan instingnya. Ia memiliki rasa yang aneh soal pertarungan kali ini. Entahlah, rasanya begitu mengganjil. Ia tidak tahu kenapa. Tapi kalau instingnya sudah berkata demikian, pasti ada hal yang buruk akan terjadi.
"Tapi apalagi? Kalo lo takut, mending balik aja ke markas. Kita dengan senang hati memperbolehkannya." ujar Juan menyela. Ia gemas karena sikap pengecut Hendra. Hendra hanya bisa menghela napas dan menatap teman-temannya dengan lemah.
"Itu mereka dateng." ujar Kenan menginterupsi. Lapangan bebas yang digunakan tawuran memang sudah direncanakan. Kedua belah pihak memang berencana baku hantam.
"Akhirnya pecundang dateng juga." ujar Abay meludah sesaat setelah berkata demikian. Ia melihat sesosok laki-laki yang terlihat menonjol di garis depan. Abay tahu siapa dia.
"Yo, pecundang teriak pecundang. Balik ngaca sana anak Mama!" sahut sesosok itu. Abay memiringkan kepalanya hingga rambutnya terlihat jatuh dan terpantul, menambah kesan badass saja bagi yang melihatnya. Terlebih lagi tatapan tajam khas elangnya. Kalau sudah di sana, beberapa perempuan pasti meleyot melihatnya.
"Bay, jangan terpancing." peringat Satya mengantisipasi emosi Abay. Abay membalas perkataannya dengan amat sarkas.
"Jangan berlagak sok dewasa lo. Masih labil aja sok-sokan." sinisnya. Satya mendelik. Ditatapnya Abay dengan jengkel. Sahabat masa kecilnya itu tidak akan pernah berubah dan selalu mengejeknya di setiap kesempatan.
"Jangan ribut. Kalian nggak mau musuh senang atas perkelahian intraanggota, kan?" ujar Azka melerai. Kalau saat genting seperti ini, ucapannya bisa panjang juga. Azka bertindak sebagai penengah yang baik, saat penengah yang lain kehilangan kendalinya.
"Cih, kalo nggak ada Azka, udah gue smackdown lo sampe ke perut bumi." ujar Satya memalingkan wajahnya kesal. Abay mengerlingkan matanya menyadari kalau Satya tengah melakonkan drama.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCIENCE 7 : UNITY IS PRIORITY
Ficção AdolescenteIni masih tentang kelas XII IPA 7 yang sudah melepas gelar Silvernya dan menyandang gelar Diamond, suatu gelar paling tinggi yang pernah SMA Gemilang berikan. Ini bukan lagi masalah besar, melainkan pertikaian antaranggota yang tak bisa dihindarkan...