[27] Ujian Mental

665 153 94
                                    

halo!!

melta mau bilang nih. makasih lho untuk kalian yang udah mendukung cerita melta. baik yang science 7, spin-offnya, dan lain-lain.

melta seneng kalian menikmati cerita saya meskipun ceritanya nggak jelas, hehe

ayo ship saling bertarung, kekonsistenan kalian adalah pilihan terbaik buat agista, wkwk.

RoyvanAgista?

ZagaAgista?

AbayAgista!?

SatyaAgista!?

eh iya, domisili mana aja nih? kalau melta jateng. hehe.

baca chap ini jam berapa hayoooo

ciao.

~Science 7~

Kata orang, kelas XII IPA 7 itu memiliki dua sisi. Satu, mereka akan berteman saat pelajaran biasa. Dua, mereka akan bermusuhan saat ujian. Hari Senin yang cerah ini, SMA Gemilang mengadakan ujian tengah semester dimana kelas XII IPA 7 mulai mengeluarkan sisi lain mereka masing-masing.

"Aduh, waktunya tinggal tiga menit buat masuk ke ruangan. Tapi gue? Gue bahkan belum belajar apapun." ujar Gwen terdengar fiktif. Ia membolak-balikkan buku dengan tidak santai dan merefleksikan betapa paniknya dirinya saat ini.

"Tenang Gwen, jangan panik. Kalau lo panik, nanti semua materi nggak akan masuk ke otak lo." ujar Vanesa berbaik hati, bijaksana sekali. Alexa juga mendukung.

"Iya Gwen, tenang aja dulu. Jangan panik. Lo tahu kepanikan bisa mendatangkan masalah kan?"

Atas saran baik teman-temannya, Gwen pun menarik napas dengan panjang. Dia berusaha tenang diatas kejaran banteng. "Ah iya-iya, gue mencoba tenang nih." balikan di bukunya juga tak terlalu cepat seperti tadi.

"Belum belajar apanya. Dateng paling awal ngapain aja?" sindir Naira fokus membaca. Baginya Gwen hanya ingin mengendurkan pertahanannya belajar. Kalau ia percaya diri ada teman yang 'tidak' belajar, maka belajar keras pun tak perlu. Tak ada guna. Ini siasat biasa sebelum ujian.

"Tahu tuh. Belum belajar kok bilang." ujar pihak lain ikut menyindir. Gwen sangat ingin meladeninya kalau saja tak ingat beberapa detik lagi ujian dimulai.

Sementara kondisi bintang sekolah alias Aliza, ia dengan tenang membaca ringkasan yang sudah ia buat jauh-jauh hari. Tes hari ini tidak begitu menekan. Bahasa Indonesia dan Pendidikan Agama. Dua materi yang bertolak belakang dimana satunya mengarang dan lainnya menghapal.

Bintang sekolah lainnya malah belum berangkat. Yang dimaksud, Zaga. Saingan terberat Aliza. Kalau mayoritas orang berangkat pagi demi bisa belajar semepet mungkin sebelum ujian, maka Zaga berbeda. Dia lebih sering terlambat ujian seperti sekarang ini.

"Sial, Zaga mana Zaga? Kalau dia telat, kita nggak bakalan bisa ujian!"

Nasib satu ruangan dengan Zaga, alias absen 1-18 yang kena getah atas ulahnya. Zaga sudah dihapali guru pengawas kalau sering terlambat. Hal itu berimbas pada orang lain dimana mereka tidak boleh mengerjakan ujian sebelum kedatangannya. Pernah sekali, Zaga terlambat setengah jam. Hari itu Zaga sukses membuat dirinya menjadi bahan amukan satu ruangan. Apalagi, Zaga terlambat di mata pelajaran matematika.

"Ck, berulah lagi. Si Zaga emang kebiasaan ngaret kalo ujian." decak Naira menatap jam tangannya dengan kesal. Beberapa detik lagi ujian akan dimulai namun batang hidung lelaki itu tak kunjung tampak.

"Kenapa sih Zaga dateng telat? Apa dia nggak merasa kalau ujian itu penting banget?"

Ujian membagi satu kelas di dua ruangan. Ruangan 1 biasa diisi oleh absen 1-18. Dan ruangan 2 diisi sisanya karena jumlah beberapa kelas tak menentu. Ujian juga memberikan mereka teman sebangku baru yang pastinya beda tingkatan kelas. Biasanya, kelas 12 IPA bertukar dengan kelas 10 IPS.

SCIENCE 7 : UNITY IS PRIORITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang