"SOOBINNN!"
Soobin menghentikan serangannya di udara. Tatapan matanya yang dingin perlahan memancarkan kehangatan seperti tatapan dirinya dulu. Salah satu tangannya memegangi kepalanya yang berdenyut.
"Shh.. kenapa.." Dia menurunkan tangannya yang menggenggam pisau, kemudian menatap Vernon dan bergumam maaf. Soobin tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Ia sebelumnya hanya merasakan rematan di dada kirinya serta tubuhnya yang memanas tiba-tiba.
Setelah itu Soobin menoleh. Netranya melihat Yeonjun yang dalam bahaya. Dua zombie tersebut berlarian dengan cepat ke arah si rubah. Namja kelinci itu bergerak cepat, pedang lasernya muncul dan berayun. Dua kepala zombie itu menggelinding seketika.
Yeonjun yang tadi memejamkan matanya pun perlahan membukanya. Menatap kedua netra Soobin yang memandangnya dengan kehangatan. Dia memeluk tubuh kekasihnya itu. "Maaf..maaf.." Soobin bergumam sambil membalas pelukan Yeonjun.
"Untuk apa?" tanya Yeonjun.
"Karena tidak bisa melindungi mu dengan baik...hiks.." Soobin terisak dalam pelukan Yeonjun. Dia menyandarkan kepalanya pada bahu kekasihnya itu. "Hei.. kalau kamu tidak melindungi ku dengan benar, mungkin saat ini aku hanya tinggal nama." Yeonjun berkata jujur, jika seandainya dia masih dalam bayang-bayang ketakutan. Ia mungkin telah mati dan menjadi zombie.
Akan tetapi berkat Soobin lah dia mempunyai keberanian untuk membunuh zombie dan manusia yang mengancam hidupnya. Setiap kata penenang Soobin selalu mengalun dipikirannya. "Don't be afraid. Kamu selalu mengatakan hal itu ketika aku ketakutan. Itu seperti sebuah mantra bagi ku." Yeonjun mengecup daun telinga Soobin.
"Benarkah?" tanya Soobin seraya mengangkat wajahnya. Yeonjun menganggukkan kepala lucu, kemudian menyambung ucapannya "Meskipun tadi rada ngeri gitu, ngeliat kamu kehilangan kesadaran.."
Soobin mengerucutkan bibirnya, "Huh.. emang aku kehilangan kesadaran?" tanyanya sembari memiringkan kepala. "Aigo.. siapa ini yang jadi ukenya hm?" Yeonjun gemas sama kelakuan kekasihnya. "Kamu tadi kehilangan kesadaran dan itu sangat menyeramkan bahkan kami ketakutan," sambungnya.
Mendengar kata "kami" membuat Soobin langsung mengedarkan pandangan. Ia melihat yang lainnya saling berpelukan. "YA! KALIAN MENIRU KAMI?!" teriaknya.
"KALO IYA NAPA!" balas Hyunjin sembari memeluk Dita. Mereka semua memiliki pasangan masing-masing dan melupakan Jungsoo yang duduk anteng di dalam minibus sambil melihat lainnya berpelukan mesra. Dia kan pingin dipeluk eommanya dan mendusel di dada empuknya. Jungsoo tidak mesum ya.. dia kan masih polos.
"HABIS KALIAN BERASA DUNIA MILIK BERDUA YA! MASA KAMI NGGAK BOLEH!" seru Beomgyu seraya mengunyel-ngunyel pipi Taehyun yang langsung di tabok oleh kekasihnya. Soobin menggelengkan kepalanya, kemudian matanya menatap bibir Yeonjun yang terluka.
Ia mendekatkan wajahnya, menjilat pelan bibir berisi itu membuat kedua pipi Yeonjun bersemu merah. Matanya melihat manik kekasihnya yang memancarkan perasaan familiar. Perlahan Yeonjun mengecup bibir Soobin.
Namja kelinci tersebut tersenyum sekilas. Kemudian melumat bibir Yeonjun lembut menyalurkan perasaan sayangnya melalui pangutan tersebut. "Yeee.. mereka malah ciuman nggak tahu tempat.." cibir Changbin seraya melipat kedua tangannya. "LAH..LAH MALAH LANJUT!" seru Hyunjin ketika melihat ciuman kedua insan tersebut semakin memanas.
Soobin memegang tengkuk Yeonjun dan menekannya. Ia memperdalamkan ciumannya saat kedua mata kekasihnya itu menutup. Dihisap belahan bibir bagian bawah Yeonjun. "Shhh.." si empu mendesih lirih. Bibirnya yang agak terluka dihisap oleh Soobin sedikit kuat.
"Maaf.." Soobin melepaskan tautan bibirnya sejenak, kemudian kembali merasakan manisnya bibir Yeonjun. "Mmhhh.." Desahan Yeonjun tertahan, kedua tangannya mengalung pada leher Soobin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Be Afraid [Soojun]
Fanfiction[LENGKAP] Suasana yang awalnya tenang kian memburuk saat berita menyebar tentang wabah zombie yang perlahan melahap seisi kota. Apakah mereka semua selamat atau justru akan menjadi sekumpulan pemakan daging manusia itu? Soojun Shipper-!! Homophobic...