Author kadang bingung sendiri. Plin plan T-T antara up apa kaga. Kezel deh. Klo ga nge-up cerita gabut. Mau slow update, malas up lainnya.
Happy Reading.
-----------------------------------------------------------------------
Mayat-mayat hidup terus berdatangan ke arah Soobin dan Daniel. Keduanya telah menumbangkan puluhan zombie. Namun tak habis-habis jumlah zombie yang terus-menerus datang menyerangnya.
Daniel menembaki satu per satu zombie tersebut. Namun sayangnya pelurunya habis tak bersisa. Dia berdecak kesal, mulai memukuli mayat-mayat hidup tersebut. Ia tidak perlu khawatir kalau tergigit.
Mereka kan satu spesies cuma Daniel masih punya rasa kemanusiaan untuk memusnahkan spesiesnya yang rakus. Berbeda jika Soobin yang digigit, bisa-bisa diamuk massa.
"Soobin mundur!" Perintah Daniel. Setelah itu keduanya berlari menjauh. Zombie-zombie tersebut ikut berlari walau tak secepat mereka. Soobin mengerahkan seluruh tenaganya. Dia berbelok tanpa arah.
Lorong ini seperti labirin, dia tak mengerti mengapa ada tempat ini di sebuah pabrik kasur. Sayup-sayup suara erangan zombie itu memudar membuat Soobin menghentikan langkah seribunya.
"Niel, kit-LOH DANIEL?!" Soobin terkejut karena dia hanya seorang diri di sini. Di tempat yang gelap. Untung ia membawa senter di tas pinggangnya. Soobin kelabakan sendiri saat ini.
Daniel tak ada di belakangnya. Soobin benar-benar bingung dengan keadaannya sekarang. Ia harus kembali atau mencari jalan keluar sendiri. Hati nurani nya tak bisa meninggalkan Daniel yang sudah dianggap teman.
"Aishh.. kamu merepotkan." Gerutunya kemudian terduduk di dinginnya lantai. Ia baru sadar jika tempat ini mirip seperti yang di film-film. Biasanya ada ruang rahasia, tapi Soobin tak menemukan apa-apa kecuali dinding.
Tiba-tiba tubuhnya terjatuh ke sebuah lubang. Punggungnya terasa sakit sekali karena menghantam lantai marmer. Soobin berdiri dengan susah payah. Belum reda rasa sakitnya saat dihempas oleh makhluk besar waktu itu.
Sekarang dia harus terjatuh dengan punggung yang terhantam keras. Soobin tak tahu jika ada pintu rahasia yang mirip lantai. "Tempat apa ya ini?"
"Ruang bawah tanah ya? Kok bersih? Aneh." Soobin berceloteh ria saat menyusuri tempat serba putih tersebut. Matanya terus menjelajah mencari hal-hal mencurigakan. Nampaklah sebuah pintu putih yang sangat menyatu dengan dinding.
Soobin membuka pintu itu perlahan dan memasukinya. Ruangan ini bagaikan lab. Banyak sekali cairan-cairan aneh. Lalu alat-alat seperti mikroskop, pinset, pipet, benda-benda dari kaca, dan lain-lain.
DUGH.
Keningnya menabrak sesuatu yang terbuat dari kaca. "Aneh... kenapa ditutupin kain?" Gumamnya heran. Soobin pun menyibakkan kain tersebut.
Nampaklah sebuah manusia eh bukan, zombie, tetapi tubuhnya terpasang alat-alat medis. Seperti pendeteksi alat jantung.
"Loh..detak jantung zombie ada ya?" Soobin semakin keheranan karena detektor jantung tersebut berfungsi. Dia memperhatikan zombie itu dengan seksama. Tiba-tiba mata zombie itu terbuka perlahan.
Soobin mundur beberapa langkah, takut jika zombie itu nekat meghancurkan kaca dan menerkamnya. Anehnya, zombie tersebut justru menatap Soobin dengan sayu. Tangannya terangkat seperti ingin menggapai.
"Dia kenapa ya?" Soobin perlahan memberanikan diri untuk menempelkan tangannya ke kaca. Zombie tersebut menirukan apa yang dilakukannya. Air mata menetes dari kedua mata zombie tersebut, membuat Soobin membisu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Be Afraid [Soojun]
Fanfiction[LENGKAP] Suasana yang awalnya tenang kian memburuk saat berita menyebar tentang wabah zombie yang perlahan melahap seisi kota. Apakah mereka semua selamat atau justru akan menjadi sekumpulan pemakan daging manusia itu? Soojun Shipper-!! Homophobic...