Seorang anak kecil berlari ke arah yeoja yang terlihat masih muda. Tangan mungil tersebut menarik-narik celana panjang yang di kenakan oleh yeoja itu.
"Eomma.. Aku mau main sama Vernon..." Pinta anak itu sembari mengerucutkan bibirnya. "Soobin sayang.. kamu lupa hm? Vernon lagi ke rumah neneknya..sayang." Ucap si ibu dengan mengelus kepala Soobin.
Bocah 5 tahun itu adalah Soobin. Jika anak seusianya menempuh pendidikan di Taman Kanak-kanak. Berbeda dengan dirinya yang telah menginjak bangku Sekolah Dasar, kelas 2 tepatnya.
Umurnya yang terlalu muda menyebabkan dirinya mendapatkan pembully-an. Sayangnya itu tak berpengaruh kepada Soobin. Ia hanya acuh atau membalas perbuatan yang sudah keterlaluan baginya.
"Eomma..." Soobin kembali memanggil dengan wajah tertekuk. Kakinya dihentak-hentakkan tanda dia tengah marah. Ibu nya menghela napas dan masuk ke dalam rumah.
Soobin mengikuti ibunya masuk dengan rasa penasaran menyelimutinya. Dia melihat yeoja tersebut menelpon seseorang. Senyuman senantiasa terpancar meskipun yang disebrang sana tak mengetahuinya.
Sang ibu meletakkan benda pipih tersebut dan mendekati anaknya. "Vernon pulang sebentar lagi.." Katanya. Soobin tersenyum senang dan melompat-lompat kegirangan.
"YEAY.. MAIN SAMA VERNON!!" Serunya. Dia tak menyadari sang pemilik nama tengah menatapnya bingung. Kedua tangannya dilipat ke depan dada. Alisnya naik sebelah menatap Soobin yang melompat-lompat senang.
Si ibu hanya tersenyum dan meninggalkan anaknya untuk memasak makan siang. Soobin masih belum menyadari keberadaan Vernon. Dia hanya meliukkan tubuhnya, berjoget ala kadarnya.
Namun Vernon melihat Soobin layaknya cacing kepanasan. "Ya!! Soobinie.. apa kamu lakukan?" Soobin menoleh ke arah Vernon dan menerjang tubuh bocah yang lebih tua darinya. "Yeay.. Vernon!" Serunya.
"Dasar bocah kelinci."
"Ngaca ya.. kamu juga bocah."
"Lebih bocah kamu!!"
"Berarti aku lebih tampan juga."
"Mana ada orang mengakui dirinya tampan."
"Ada!!"
"Siapa?"
"Aku lah..hehehe.."
Vernon tersenyum dan mulai mengejar Soobin yang berlari duluan. Keduanya memutari seisi rumah. Bahkan barang-barang yang seharusnya di situ telah pindah ke tempat lain. Ibu Soobin hanya menggelengkan kepalanya.
"Soobin.."
.
.
.
.
"Soobin.."
"YA!! Bangun!!"
Soobin mengerjapkan matanya. Dia menatap sekitar yang masih remang-remang. Pandangannya yang kabur perlahan membaik. Ia melihat Daniel di sampingnya.
"Aishh.. ini dimana?"
"Di lorong."
Daniel membantu Soobin untuk terduduk. "Tadi kamu mimpi apasih? Manggil-manggil si bule keparat itu." Tanyanya sembari mengumpat. "Ahh.. sahabatku.." Jawab Soobin lirih, kedua matanya kembali berkaca-kaca.
"Dia jahat ya.. membunuh orang yang dia anggap ibu sendiri." Gumam Soobin seraya mengusap air matanya yang seenak jidatnya turun membasahi pipinya. Daniel mengelus pucuk kepala Soobin menenangkan.
"Percaya tidak jika dia itu terhasut?"
Soobin memicingkan matanya dan menatap Daniel. "Terhasut?" Daniel mengangguk, lalu menjelaskan. "Tahu tidak? Kalau kita sedang berhadapan dengan orang licik. Mungkin saja Vernon terhasut bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Be Afraid [Soojun]
Fanfiction[LENGKAP] Suasana yang awalnya tenang kian memburuk saat berita menyebar tentang wabah zombie yang perlahan melahap seisi kota. Apakah mereka semua selamat atau justru akan menjadi sekumpulan pemakan daging manusia itu? Soojun Shipper-!! Homophobic...