Mau

5.4K 777 28
                                    

Mark buru-buru membereskan barang-barangnya begitu pekerjaannya selesai, dan membawa tasnya sambil setengah berlari berpamitan dengan teman-temannya. Bahkan tidak menunggu hingga acara makan mereka hingga selesai, hal yang biasa mereka lakukan ketika selesai jadwal. Ekspresi bahagianya sengaja tidak ditutupi, menghasilkan kerut kebingungan di wajah Lucas, yang sudah akan berteriak menanyai ke mana pria itu akan pergi, tepat ketika Yangyang melambaikan tangannya sekilas, memberi alasan kenapa Mark kabur dari dorm mereka malam itu.

"Hai anak gantengnya papa." sapa Mark begitu tiba di rumah Ten dan Johnny, mendapati satu bayinya berada di gendongan Haechan, yang lain digendong oleh sang oma. Pria yang didekati langsung mengernyit tidak suka saat Mark sudah akan mencium pipi Jisung, sigap memundurkan tubuhnya supaya Mark tidak berhasil memberikan ciumannya.

"Mandi dulu kamu Kak." cegahnya, semakin memundurkan tubuhnya karena Mark yang mendekat ke arahnya. Masih berusaha untuk mencium, entah suaminya ataupun bayi yang sedang digendongnya.

"Mandiin dong." Ten tertawa sambil menepuk pelan lengan Hendery, yang sudah memasang wajah ingin muntahnya, geli mendengar percakapan sepasang pengantin baru itu. Haechan melengos malu melihat ekspresi ketiga orang dewasa lain yang berada satu ruangan dengan mereka.

"Mandi. Buruan. Habis itu gantian sama Mama pegang Chenle, dia maunya sama kamu tuh." cibir Haechan, memaksudkan kebiasaan bayinya yang lebih sering merengek jika tidak ada Mark. Mark sudah akan mencubit hidung Haechan, jika tidak dihadiahi sorot mata galak yang menyuruhnya untuk segera membersihkan diri. Pria itu lalu menurut dan bergegas berlalu dari hadapan suaminya. Tidak sampai tiga puluh menit kemudian, Mark sudah kembali dengan wajah yang lebih segar. Berjalan mendekat ke arah Ten, Mark lalu meminta bayi yang berada di gendongan mertuanya itu. Benar saja, rengekan Chenle langsung berhenti begitu berada di gendongan sang papa. Haechan mencibir karena bayinya benar-benar mendengar kalimatnya dengan baik. Padahal tadinya Haechan hanya bercanda mengenai Chenle yang boleh digendong Mark, nyatanya bayinya berakhir dengan menangis begitu mereka tiba di rumah dan merasakan ketidakhadiran Mark.

"Mark boleh juga gendong anaknya." Puji Johnny, memperhatikan betapa luwesnya Mark menenangkan Chenle. Suara Mark terdengar begitu halus saat berbicara dengan bayinya, sesekali menciumi pipi bulat serupa milik sang mama.

"Haruslah, enak aja aku udah capek bawa, dia gak ada kontribusinya." balas Haechan, tidak terima jika hanya dirinya yang harus bisa menenangkan kedua putranya.

"Mamamu judes begini, kok papamu mau yaaa?" jari Johnny menjawil pipi Jisung yang berada di gendongan Haechan, dengan senyuman lebar mengejek terpampang di wajah kakek cucu dua itu.

"MAMAAAA, PAPANYAAA NAKAL NIH." Ten menghela napasnya lelah menghadapi suami dan anaknya yang sibuk bertengkar di hadapan bayi, yang tidak terpengaruh dengan suara mereka.

***

Close to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang