Better

4.9K 680 24
                                    

"Mama feel better?"

"Much better." Mark menggenggam tangan sosok yang menyandarkan kepala di bahu tegapnya. Satu tangannya yang bebas mengelus lembut surai yang terlihat lebih tipis dari terakhir kali dipegangnya, membuatnya menyadari begitu banyak waktu terlewat sejak dirinya mengamati Haechan. Meski mengeluh gemuk dan berat badannya belum turun sejak dikarunia dua buah hati, Mark justru melihat Haechan semakin kurus, jauh lebih kurus dari saat pertama kali bertemu dengannya. Juga wajah yang terlihat sayu dengan kantung mata yang terlihat jelas.

"Sayang?"

"Hmmm?" Gumaman Haechan terdengar pelan di telinga Mark, dibalas dengan elusan lembut untuk tangan di genggamannya itu.

"Tell me. Everything. Kita berdua orang tuanya Chenle sama Jisung, bukan kamu aja." Haechan merangkulkan kedua tangannya di sekeliling pinggang yang lebih tua, menyamankan dirinya memeluk dan menghirup aroma tubuhnya.

"Maaf nih ya, masih ada supirnya di sini." Potong Hendery, merasa terabaikan dengan kemesraan sepasang sejoli yang duduk di kursi tengah mobilnya. Meski berinisiatif mengantarkan sang adik untuk pergi ke dokter, karena tidak mungkin membiarkan Haechan hanya berdua saja dengan Mark, Hendery tetap saja tidak terbiasa menyaksikan dua orang yang memamerkan kemesraannya itu.

"I owe you one, Der."

"Two." Balas Hendery, mengingatkan moment di mana dirinyalah yang menjadi tumbal saat kelahiran bayi pasangan itu. Mark tertawa mengiyakan kalimat Hendery, berterimakasih dalam diam karena pria itulah yang menemani Haechan di masa sulitnya, bahkan hingga dijambak dan dicubit Haechan selama berada di ruang operasi.

"Makasih Kak Der." Suara Haechan terdengar teredam karena posisinya yang memeluk tubuh Mark, dengan wajah membenam sepenuhnya di bahu yang lebih tua, membuat napasnya menggelitik leher Mark.

"Ini... Gapapa?" Tanya Mark ragu, tapi tidak tega membangunkan Haechan yang sudah terlelap setelah sesi pertama mereka dengan dokter untuk membicarakan kondisi Haechan. Nyatanya baru saja tiba di mobil, Haechan sudah langsung tertidur pulas, tidak mempedulikan dua sosok lain yang bersama dengannya.

"Gapapa. Dia emang susah tidur akhir-akhir ini. Don't apologize." Potong Hendery cepat, menyadari perubahan ekspresi Mark dari spion tengah mobilnya. "Dia aja yang seneng mendem semuanya sendiri. Jadi semoga kamu tahan sama dia yang kayak gitu. Gak bisa direfund tuh buntelan." Mark tertawa pelan, tangannya mengusap pipi tirus Haechan yang sudah merengek tidak suka, persis seperti Chenle jika dirinya terlalu banyak bergerak.

"I really am sorry for all the pain I put him through. Dia malah lebih banyak sama lu."

"Nah it's okay, it's not that you did it on purpose. I'm not expert on this, tapi kalau kata papa gue ya Mark, semua diomongin. Jangan nebak-nebak." ujar Hendery sok bijak. Bertahun hidup dengan sang adik, Hendery menyadari bahwa meski Haechan terlihat ceria dan senang menghidupkan suasana, sosok itu justru senang menutupi suasana hatinya yang sesungguhnya.

"Yah, right." Mark mengangguk-anggukkan kepalanya setuju. Senada dengan kalimat Hendery, hasil konsultasi mereka yang berdurasi satu jam tadi, Mark dan Haechan memang diminta untuk lebih berusaha memperbaiki komunikasi mereka, terutama Haechan yang lebih banyak menyembunyikan keluhannya karena khawatir merepotkan orang lain. Yang akhirnya justru berimbas ke kondisi tubuhnya sendiri. Hendery menurunkan kecepatan mobilnya yang sudah memasuki kompleks perumahannya, membiarkan kendaraannya berhenti tepat di halaman depan, terlalu malas langsung memarkirkannya di garasi.

"Bisa gak?" Tanya Hendery saat melihat Mark sibuk memposisikan tubuh Haechan untuk dibawanya masuk ke dalam rumah.

"Bisa bisa. Thankyou Der." Ucapnya tulus, berterima kasih untuk semua hal yang sudah dilakukan Hendery untuk mereka, juga wejangan singkatnya di sepanjang perjalanan pulang mereka dari dokter.

"Anytime bro." Balasnya, meninggalkan Mark menggendong adiknya, tidak berniat sedikitpun membantu Mark. Mencukupkan tugasnya hari itu dengan menjadi supir, juga saksi kemesraan sang adik.

***

Close to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang