Ikut

5.2K 722 21
                                    

"Mama, mu mana?" celetuk Chenle saat melihat Haechan merapikan barang-barang miliknya dan Jisung. Mencoba menuntaskan rasa penasarannya, Chenle lalu duduk di sebelah Haechan, tangan mungilnya menarik salah satu bajunya yang sudah dirapikan, mencoba membantu Haechan untuk segera menyelesaikan pekerjaannya. Tertawa karena anaknya justru menghambat pekerjaannya, Haechan lalu memberitahu pelan-pelan bagaimana cara melipat bajunya. Padahal Haechan sudah sengaja memilih waktu malam hari untuk merapikan barang-barang mereka, supaya tidak direcoki oleh kedua anaknya. Mengingat hanya tinggal barang merekalah yang belum selesai dibereskan.

"Nih, gini Le." Jelas Haechan, memberi contoh melipat baju mungil Chenle sebelum menempatkannya ke dalam kopernya.

"Otay." balasnya antusias, lalu memusatkan perhatiannya untuk membantu Haechan merapikan bajunya, alisnya mengerut penuh konsentrasi. Tidak sampai tiga detik, suara balita itu kembali memecah keheningan di antara mereka. "Mama, mu mana?"

"Bukan mamamu yang mau pergi. Itu baju-baju kamu diberesin, soalnya kamu mau dikasih ke orang." jawab Ten, yang baru saja masuk ke kamar untuk mengecek persiapan anaknya. Setelah beberapa tahun tinggal bersama dengan kedua orangtuanya, Haechan dan Mark akhirnya memutuskan untuk pindah ke rumah mereka, rumah yang sebenarnya sudah disiapkan Mark untuk keluarga kecilnya. Membuat dua balita kembar di rumah itu bingung karena barang-barang mereka dirapikan dan sebagian sudah masuk ke dalam kardus, siap untuk diangkut.

"Mama, 'sih olang apa?" tanyanya lagi, bingung dengan kalimat panjang yang diberikan Ten.

"Ya kamu nanti tinggal sama orang lain, enggak sama mama papa lagi." ekspresi Chenle langsung berubah menjadi sendu, memikirkan kemungkinan dirinya berpisah dengan keluarganya. Haechan bersusah payah menahan tawanya saat melihat salah satu anak kembarnya hampir menitikkan air matanya.

"Oma nda itut?"

"Kalau Oma ikut, nanti namanya liburan dong Le. Jadi enggak, Oma gak ikut, kamu sendiri aja." Haechan memperhatikan pertengkaran kedua orang di hadapannya dalam diam, matanya terfokus kepada Chenle yang sudah mulai meneteskan air mata.

"ICUNG?"

"Jisung juga enggak. Nanti dia sama Oma." Jawab Ten, masih melanjutkan sandiwaranya.

"Baju Icung ada." Tunjuknya ke arah koper yang berisi bajunya dan baju Jisung. Memastikan sekali lagi bahwa bukan hanya dirinya saja yang akan pergi, kepalanya mendongak untuk berhadapan dengan sosok yang menatapnya dengan pandangan mengiyakan bahwa Jisung tidak akan ikut. Chenle lalu melepaskan tangisnya, akhirnya benar-benar yakin jika hanya dirinyalah yang akan pergi dari rumah.

"Aduh sayang, Oma cuma bercanda. Nanti perginya bareng-bareng kok. Chenle, Jisung, Papa, Mama." Bujuk Haechan buru-buru, tidak tega melihat anaknya berubah sebegitu cepatnya, sesenggukan hingga wajahnya memerah. Matanya menatap sang mama panik.

"Benelan?"

"Iya sayang, iya." Tangan Haechan mengusapi air mata yang membanjiri wajah mungil anaknya.

"Oma nda itut?"

"Nanti Oma anterin aja ya. Maaf ya sayangnya Oma, tadi bercanda kok." Ucap Ten, berjongkok untuk menyamakan pandangannya, meminta maaf untuk ucapannya yang membuat sang cucu menangis. Pria itu lalu mengecup hidung memerah Chenle, juga meminta maaf sekali lagi. Mengangguk, Chenle lalu membalas ciuman Ten di pipi kiri pria itu.

"Oma sih." Tegur Haechan, padahal masih sama tertawanya dengan sang mama. Menertawakan ekspresi menggemaskan Chenle yang justru menciumi pipi Ten, sebagai tanda sudah berdamai dengan sang oma.

"Mama, 'antuk." Satu suara menginterupsi obrolan mereka. Haechan menolehkan kepalanya, mendapati Jisung berdiri di depan pintu, mengucek matanya perlahan, juga menguap karena memang sudah memasuki waktu tidurnya.

"Oke. Mama buatkan susu dulu ya, Jisung naik ke kasur. Chenle juga mau bobok?"

"Mawuuuu. Bobok ama Icung." Balasnya antusias sambil segera berdiri, menarik kembarannya untuk segera berbaring di kasur mereka. Ten menggeleng-gelengkan kepalanya, bingung dengan cucunya yang berkata ingin tidur tapi masih berteriak dengan semangat menanggapi sang mama. Mengusak rambut kedua cucunya perlahan, Ten menyematkan masing-masing kecupan sebelum mengucapkan selamat tidur kepada keduanya.

"Ut nait Oma." Ten tertawa mendengar kalimat Jisung yang tidak terlalu jelas, hasil meniru kedua orang tuanya.

"Iya, goodnight Jisung, goodnight Chenle."

***

Close to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang