Sayang

4.7K 663 14
                                    

"Ma?" panggil Haechan pelan ke arah sang mama, tangannya sibuk mengganti popok yang digunakan Chenle. Memasuki jam makan siang mereka, Chenle justru menghadiahi Haechan dengan poop-nya, membuatnya harus dipegang Ten karena Haechan sudah bersiap menyuapi anaknya dengan buah.

"Kenapa?"

"Kak Mark tuh sayang sama aku gak ya sebenernya?" Ten mengernyit heran mendengar kalimat anak bungsunya, yang terdengar penuh dengan keraguan.

"Kok anak mama nanyanya gitu?" balas Ten tidak suka.

"Ya gitu. Kak Mark kalau udah di rumah, ketemunya sama Jisung, sama Chenle." balasnya sambil lalu, terlihat tidak terlalu ingin untuk bercerita. Tangannya masih sibuk menyuapi buah pisang untuk Jisung.

"Sayang..."

"Ma. Gimana Mama dulu bisa ngurus aku sendirian? Capek gak?" tanya Haechan cepat, mencoba mengalihkan pembicaraan sebelum mamanya mengasihaninya.

"Menurut kamu, capek gak ngurus anak beruang?" Haechan tertawa mendengar panggilan sang mama kepadanya. Menurut pengakuan papanya, dirinya terlahir dengan postur tubuh yang cukup besar. Membuatnya cukup menyusahkan Ten di masa kehamilannya. Alasan kenapa dirinya sering dipanggil anak beruang oleh sang mama. "Capek itu pasti, but I'm happy having you. Toh papa kamu juga bantu banyak."

"Mereka baru enam bulan, aku udah capek banget." keluhnya sambil menyuapi Jisung dengan pisang untuk terakhir kali, karena sudah pasti mamanya tidak akan membantunya sama sekali jika sudah berkaitan dengan buah-buahan. Sedangkan Chenle, lebih suka alpukat sebagai makanan pendamping asinya.

"Papamu dulu tuh, gak akan ambil kerjaan yang perlu keluar kota sampai kamu sekitar umur tujuh atau delapan bulan. Malah mama yang ambil kerjaan keluar kota, sampe keluar negeri." ekspresi Haechan berbanding terbalik dengan rasa iri di dalam hatinya yang membuncah. Meski sudah termasuk sering membantunya, Mark tetap saja lebih sering absen karena kegiatannya. Terutama jika suaminya itu mempunyai jadwal bersama grupnya yang mengharuskannya pergi keluar kota ataupun keluar negeri selama beberapa hari. Membuatnya harus bekerja ekstra keras untuk mengurus kedua bayinya. Beruntung dirinya ditemani Ten, karena ternyata, meski sudah ditemani oleh pria itu, Haechan masih merasa kurang tidur. Belum lagi rambutnya yang semakin tipis karena mengalami kerontokan, juga kantung matanya yang terlihat semakin jelas.

"Enak gak? Enak kan ya? Sekarang sudah dulu ya, besok lagi supaya kamu gak kekenyangan." perhatian Haechan teralih ke arah Jisung yang mengerucutkan bibirnya kesal karena Haechan berhenti menyuapinya. Bibir mungil bayinya itu menyembur-nyemburkan air ludahnya, mencari perhatian sang mama untuk kembali memberinya makanan. Tertawa, Haechan lalu mencubit pipi putranya sekilas sebelum beranjak ke dapur untuk ganti mengambil makanan Chenle.

"Kamu gantian sama Oma ya, biar Kakak Le makan sama Mama. Oke?" bujuk Ten, menahan dirinya dari tertawa geli saat melihat ekspresi di wajah cucunya yang sudah mengerti jika sang mama tidak akan melanjutkan makan siangnya.

***

Close to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang