Gagal

4.9K 685 26
                                    

"Icung, itu ada Papa. Ayo cepat bilang." Haechan mengulum senyumnya saat kedua putranya tidak juga tertidur meski malam sudah semakin larut. Sejak makan malam, Jisung dan Chenle justru semakin aktif, membuat Mark kesulitan untuk menidurkan keduanya dan menagih jatahnya. Saat ini bahkan Jisung dan Chenle asyik bermain Lego, hasil pemberian Uncle Dery, mengabaikan ajakan Mark dan bujukan segelas susu sebelum tidur. Haechan bahkan terkagum dengan kesabaran Mark menghadapi dua bocah yang tidak lelah sedikitpun meski sudah seharian beraktivitas.

"Kenapa Le?" Tanya Mark begitu sosok yang menatapnya dengan senyuman lebar, menimbulkan kecurigaan dari pria itu. Chenle lalu menyikut lengan kembarannya, dua bocah kembar itu lalu membalikkan tubuhnya untuk menghadap ke arah orang tuanya. Dua-duanya duduk bersila dengan tangan yang diletakkan di pangkuan, senyum lebar menghiasi wajah keduanya.

"Papa, kami mau doggo." Ucap kedua anak kembarnya secara bersamaan setelah saling melemparkan lirikan mata singkat.

"Sudah tanya Mama?" Ekspresi kedua bocah di hadapannya langsung berubah, dua-duanya mengerucutkan bibirnya dan menggerutu tidak jelas. Jika urusannya harus bertanya pada sang mama, sudah jelas permintaan mereka akan ditolak mentah-mentah.

"Mama bilang tidak ada doggo, makanya kami tanya Papa. Supaya Papa bilang sama Mama." Haechan tertawa mendengar negosiasi Jisung dan Mark, yang berbicara seakan-akan dirinya tidak berada di ruangan yang sama dengan mereka. Seperti biasa, Chenle mengangguk-anggukkan kepalanya. Menyetujui perkataan Jisung kepada papa mereka. Membujuk Papa mereka memang akan lebih mudah daripada membujuk Mama.

"Kata Mama gak ada doggo nih. Adik aja mau?" Dua pasang mata langsung berbinar menatap ke arah sepasang orang dewasa yang memasang ekspresi berbeda. Satu dengan senyuman jahil dengan yang lain tersenyum kecut, enggan menyetujui kalimat yang disampaikan suaminya sebagai bujukan kepada anak mereka.

"Betul ada adik? Mama, ayo jawab Lele. Jangan berbohong." Desak Chenle begitu Haechan hanya diam saja memperhatikan perdebatan suami dan kedua putra kembarnya. Haechan lalu menggoyangkan jarinya ke arah Chenle dan Jisung yang masih menatapnya penuh harap. Meski sudah beberapa waktu berlalu, putra kembarnya ternyata masih menyimpan keinginan untuk memiliki anjing dan hanya menunggu waktu yang tepat untuk membujuk orang tuanya.

"Tidak. Tidak ada adik, tidak ada doggo." Balas Haechan singkat, menghilangkan raut wajah bersinar penuh harap pada kedua putranha.

"Ahhhh Mama, nanti Lele bilang Papa kalau Mama sering digangguin mamanya Jane."

"Sama mamanya Tiff." Timpal Jisung, mendukung pernyataan saudaranya. Dua bersaudara itu bersatu padu mengadu kepada sang papa, persis seperti suruhan opa dan uncle mereka.

"Mamanya Tiff siapa?" Alis Mark menaut, bingung dengan nama yang terdengar tidak terlalu asking di telinganya. Sepertinya dirinya pernah mendengar Jisung maupun Chenle menyebut nama-nama itu

"Mamanya temennya Icung. Sukanya bilang kalau papanya Icung ganteng, kayak artis." Haechan kembali tertawa geli ketika kedua putra kembarnya justru mengadukan kelakuan orang tua teman-temannya di sekolah.

"Papanya Jisung sama Chenle kan memang ganteng, artis juga." Mark meraih Jisung ke arahnya untuk kemudian dibawanya duduk di pangkuannya. Haechan mendecih mendengar kalimat percaya diri suaminya yang tidak menyadari jika yang dimaksud kedua putra mereka adalah dirinya. Beberapa kali menjemput putranya sekolah, Haechan mendapati orang tua teman anaknya sering membicarakannya. Sebagian bahkan terang-terangan menyapanya dengan cukup frontal, membuatnya yakin bahwa mereka memang melemparkan sinyal tertarik kepdanya.

"Maksudnya mamanya Tiff tuh mama. Katanya mama tuh ganteng banget, mana masih muda. Padahal kan ini mamanya Lele." Protes Chenle, tangannya menepuk-nepuk lutut Haechan, membantah kalimat Mark yang sebelumnya mengira dirinyalah yang dibicarakan oleh orang tua teman-teman anaknya. Haechan memamerkan senyum mengejek ke arah suaminya, yang tidak terima jika pria yang setahun lebih muda darinya itu disebut-sebut tampan.

"Jadi Mama dan Papa akan membeli adik untuk kami? Sebagai ganti doggo?" Pertanyaan Jisung mengembalikan fokus mereka ke topik mereka sebelumnya.

"Tidur makanya. Biar Papa sama Mama bisa bikin adik buat kalian." Jisung terkekeh saat Mark meniupi hidungnya, meminta putra kembarnya itu untuk segera tidur. Bagaimanapun pria itu masih belum menyerah menidurkan keduanya, supaya bisa menagih penawaran Haechan kepadanya.

"Tidak mau." Bantahnya cepat, terkekeh geli karena cubitan Mark di pipinya dan juga kelitikan di perutnya.

"Baik Papa, Lele akan tidur." Balas Chenle dengan manis, berkebalikan dengan saudara kembarnya. Bocah itu bahkan sempat memamerkan senyum lebarnya sebelum kemudian menggenggam tangan Haechan, yang membelalakkan matanya terkejut. "Ayo Mama, kita tidur. Biarin aja Papa sama Icung."

"Gak gitu Le. Kamu tidur sama Jisung, Papa sama Mama. Kan tadi katanya mau adik?" Protes Mark saat Chenle masih berusaha menarik Haechan dari posisi duduknya. Yang lebih tua melemparkan senyumnya, terbahak dalam hati karena Mark yang terlihat kecewa.

"Tidak usah. Kan kata Mama tidak ada doggo dan tidak ada adik. Jadi hari ini Lele akan tidur dengan Mama saja." Balasan Chenle membuat Mark mengumpat dalam hati setelah melihat Haechan yang sudah mengikuti langkah kaki putranya untuk masuk ke kamar. Membuatnya kehilangan kesempatan untuk bermesraan dengan pria itu karena sepasang anak kembar mereka akan menjajah tempat tidur mereka untuk tidur bersama kedua orang tuanya. Sedetik kemudian, ganti Jisung yang menarik tangannya, mengajaknya menyusul Haechan dan Chenle yang lebih dulu masuk ke dalam kamar.

***

Close to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang