Sedikit

2.3K 282 7
                                    

Mark berjengit kaget, sedikit memundurkan tubuhnya ke belakang ketika tiba-tiba pipinya ditangkup oleh dua tangan. Sosok di depannya terlihat susah payah menahan senyum lebarnya. Baru saja membuka pintu kamar, Mark langsung dikejutkan oleh Haechan yang merangsek ke arahnya dan juga menciumi seluruh wajahnya.

"Kenapa?" tanyanya heran.

"Ganteng. Kak Mark ganteng." pujinya sembari tersenyum lebar, menyematkan satu dua kecupan di masing-masing pipi sang suami. Yang dicium ikut tersenyum lebar, membiarkan yang lebih muda kembali mengecupi rahangnya. Mark memang belum sempat mencukur bulu halus yang tumbuh di janggutnya, membuat Haechan terkikik geli bercampur senang. Yang lebih muda selalu bingung memilih antara membiarkan Mark bercukur hingga terlihat rapi atau tidak bercukur sehingga membuatnya menyukai sensasi geli setiap kali dihadiahi ciuman oleh pria itu. Dan berdalih bahwa dirinyalah yang akan mencukur suaminya.

"Jadi mau cukurin aku gak?" tanya Mark begitu mereka sudah berada di kamar mandi, dengan Mark mendudukkan Haechan di meja wastafel yang ada di sana. Membuat posisi Haechan sedikit lebih tinggi darinya.

"Nanti." Jawaban singkat Haechan dibarengi dengan satu lagi kecupan di rahang suaminya, kembali diikuti suara kikikan karena rasa geli yang timbul akibat gesekan di antara keduanya. Haechan lalu mencium Mark, menggigiti bibir bagian bawahnya sambil sesekali membiarkan lidah Mark menginvasi bagian dalam mulutnya.

"Kamu habis minum ya?" tanya Mark ketika terselip rasa sepat di antara ciuman mereka, membuatnya yakin Haechan membuka satu botol minuman yang pernah diberi oleh Papa Johnny kepada mereka. Yang juga bercampur dengan rasa manis lip balm berperisa apel milik suaminya itu. Beberapa minggu sebelumya memang Johnny sempat menghadiahkan minuman beralkohol rendah untuk anak dan menantunya, hadiah dari pria yang baru saja menghabiskan waktu liburannya ke Eropa. Haechan bahkan kemudian meminta sebuah kulkas untuk hadiah ulang tahunnya untuk digunakannya sebagai tempat menyimpan minuman-minuman itu, yang langsung diiyakan begitu saja oleh Mark.

"Enggak." Jawab Haechan terlalu cepat, membuat Mark benar-benar yakin bahwa kondisi Haechan tidak sepenuhnya sadar. Pantas saja pria yang lebih muda itu berani menggodanya.

"Berbohong itu tidak baik Mamaaa"

"Sedikit?" jawab Haechan dengan nada bertanya, memiringkan kepalanya, matanya membulat dengan bibir sedikit mengerucut. Jari telunjuk dan ibu jarinya diacungkan ke arah Mark, memberikan gambaran dari kata yang keluar dari bibirnya. Mark lalu menatap lembut pria di hadapannya, tangannya menyapu pelan pipi yang sedikit merona merah yang Mark yakini adalah efek minuman beralkohol yang diminum suaminya itu. Merespon gerakan suaminya, Haechan justru menghisap ibu jari Mark yang sengaja berlama-lama di bibirnya, dengan mata sayu yang mengedip perlahan. Sebagai gantinya, tangan Mark yang bebas mulai masuk ke dalam kaus yang digunakan Haechan, perlahan menaikkannya ke atas sambil merabai dada Haechan. Terlalu pelan hingga membuat Haechan berdecak tidak sabar.

"Relax babe." Mark sedikit menunduk untuk menggesekkan dagunya, perlahan tapi pasti, di seluruh tubuh bagian atas Haechan, membuat rasa geli menjalar di seluruh tubuhnya.

"Jangan..." Cegah Haechan, susah payah mengatur napasnya. Meredakan rasa mulas yang berputar di perutnya, juga pusing yang melanda kepalanya.

"Jangan apa?"

"Si-ni."Balas Haechan pendek-pendek, masih kesulitan mengatur napasnya karena ulah Mark. Kepala dan perutnya terasa penuh meski yang dilakukan Mark belum sampai ke intinya. Meski nafsunya sudah meninggi, Haechan  tetap memilih untuk melakukan kegiatan malam mereka di tempat yang lebih luas. Dirinya tentu tidak mau terbangun dengan kondisi badan yang terasa pegal.

"Hmm?" Tanya Mark, tidak mengerti kode yang diberikan Haechan. Pria itu lalu kembali menciumi pundak telanjang pria yang lebih muda, dan berpindah ke bagian belakang telinga, tidak peduli dengan kedua tangan Haechan yang meremat bahunya.

"Jangan di sini. Dingin" rengek Haechan sembari memeluk tubuh Mark, mencoba menghentikan sesi make-out mereka sebelum dirinya mulai semakin kedinginan. Berbanding dengan Mark yang masih berpakaian lengkap, Haechan justru sudah telanjang bulat karena pakaiannya yang dilempar sembarangan oleh Mark, yang buru-buru ingin segera menuntaskan nafsunya. Merasa jika Haechan tidak nyaman dengan posisi mereka, Mark membiarkan Haechan beranjak turun dari tempatnya duduk dan berjalan ke kamar mereka, menarik Mark untuk mengikuti di belakangnya. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Mark meremas pantat telanjang di depannya, yang langsung dihadiahi tatapan tajam si empunya. Haechan belum sempat menempatkan posisinya dengan benar ketika tiba-tiba mendapati dirinya sudah telentang di kasurnya, ditatap sosok sang suami di atasnya, sebelum kemudian kembali menghujaninya dengan banyak ciuman di dada. Tempat favorit Mark.

"Don't you know you're beautiful?" Bisik Mark, suaranya terlampau dalam, terdengar jelas berusaha menekan nafsunya. Haechan tidak bisa tidak tersipu mendengar pujian sang suami, memutuskan untuk menarik Mark mendekat dan menciumnya demi menutupi rona merah di wajahnya.

"I know." Balas Haechan sambil lalu, sembari kembali mengerang karena sentuhan Mark di mana-mana membuat nafsunya semakin tidak bisa dikontrol.

"Babe, look at me." Ujar Mark, memaksa pandangan mereka bertemu sesaat sebelum menusukkan miliknya ke dalam Haechan, memandangi wajah cantik yang merona merah di bawahnya. Erangan kepuasan semakin keras terdengar memenuhi kamar mereka, juga rematan di sprei yang sudah semakin kusut.

"Pelan... Kak!" seru Haechan saat merasa hentakan Mark semakin kencang setiap kali masuk ke dalam tubuhnya, membuatnya tidak sempat mengambil napas panjang. Juga tidak bisa banyak bergerak karena kedua tangan Mark yang memegangi pinggangnya, mencoba mengejar pelepasannya, menyusul miliknya yang sudah lebih dulu datang. Erangan puas terdengar beberapa menit kemudian, tepat ketika Haechan merasa penuh dan hangat memenuhi lubangnya. Juga perasaan membuncah di dadanya ketika Mark mencium keningnya sekilas.

"Jangan minta anaknya berenang. Aku gak mau punya dedek lagi." gumam Haechan, sedikit bergidik geli karena kecupan-kecupan ringan yang diberikan Mark di perut hingga pinggangnya. Dibalas dengan kekehan oleh pria yang lebih tua, yang masih saja menciumi tubuh pasangannya.

"Iya sayang iya."

"KAKKK!"

* **

Haiii, selamat malam minggu :3

Close to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang