Sayang

5.2K 723 37
                                    

"PAPAAAAAAAAA." Teriakan Chenle langsung membuat Mark menjauhkan ponselnya. Mengangkat panggilan video dari Haechan, Mark terkejut ketika disambut dengan lengkingan suara dan wajah putranya memenuhi layar ponselnya. Sedikit di belakangnya, Mark melihat Haechan sedang memangku Jisung.

"Iya sayang." Balasnya pelan, tertawa canggung kepada Lucas di sebelahnya yang ikut kaget mendengar teriakan Chenle. Lucas lalu ikut melambaikan tangannya saat melihat senyum lebar balita di seberang sana.

"Papa, ayam mam Lele." Jelasnya riang, mencoba memberitahu Mark menu makan malamnya. Ditinggalkan Mark yang harus pergi ke Jepang selama beberapa hari, Chenle menikmati moment melakukan video call dengan sang papa untuk menceritakan kegiatan sehari-harinya.

"Bukan gitu Le. Bilang ke papa, Papa tadi Lele makan ayam." Koreksi Haechan, tertawa karena anaknya keliru menyebutkan maksudnya. Chenle menolehkan kepalanya sekilas ke arah Haechan sebelum kembali tersenyum lebar ke arah ponsel yang dipegang Haechan.

"Gituuuuuuu Pa." Mark tertawa mendengar celotehan Chenle, yang tidak mau mengulang koreksi kalimat yang diucapkan Haechan.

"Apalagi?" Tanyanya sembari beranjak ke dalam kamar, merasa ingin segera merebahkan tubuh lelahnya tapi tetap ingin bercengkrama dengan keluarganya.

"Bi mobiy. Ama opa."

"Oh ya?" Tanya sosok yang sudah melingkupi tubuhnya menggunakan selimut, kembali memusatkan fokusnya ke layar ponsel, yang kini sudah menampilkan tiga orang kesayangannya.

"Iya. Duwa." Balasan mantap Chenle dilengkapi dengan jarinya yang mengacung ke arah sang papa.

"Kalau Jisung, gimana?"

"Mupapa" balasnya sambil menjauhkan diri dari ponsel Haechan, dan memilih untuk minta digendong oleh sang mama. Kedua lengan mungilnya mengalung di sekitar leher Haechan dengan wajah yang dibenamkan di leher pria itu. Haechan mengernyit heran sebelum meraba kening Jisung. Tidak demam, tapi sedari tadi balita itu merengek kepadanya. Bahkan Jisung tidak mau didekati oleh Chenle, membuat keduanya bertengkar hingga Chenle harus dipegang oleh Ten. Padahal biasanya Jisung-lah yang lebih banyak menempel kepada sang oma.

"Kenapa?" Tanya Mark tanpa suara, susah payah mencari wajah suaminya karena Chenle masih bersikeras mendominasi obrolan mereka dengan bercerita bagaimana mereka diajak Johnny untuk membeli mobil-mobilan, juga diminta menemani Ten menyiram bunga di kebunnya.

"Gapapa. Kecapekan, mungkin."

"Sayang.... "

"Yaaaa?" Jawaban panjang Chenle mau tidak mau memancing tawa mereka berdua. Mark merutuki kebiasaannya memanggil Haechan maupun kedua anaknya dengan cara yang sama, membuat Chenle merasa dipangggil ketika dirinya sebenarnya ingin mengajak Haechan berbicara.

"Kamu panggil yang mana?" Balas Haechan, sibuk menenangkan rengekan Jisung.

"Ma, mupapa." Potong Jisung, mendongakkan kepalanya. Haechan mengelus lembut kepala anaknya, sembari mengecupi pipi gembul putranya yang mencebik. Merasa diabaikan, Chenle lalu membalikkan tubuhnya dan ikut memanjat tubuh mamanya yang duduk. Membuat dirinya berada di sebelah kanan tubuh Haechan dengan Jisung digendong di sebelah kirinya. Mark menatap khawatir sosok di seberang layar yang terlihat kesulitan menyeimbangkan tubuhnya karena ada dua balita yang meminta untuk digendong, satu tangannya masih memegang ponselnya. Haechan tersenyum menenangkan suaminya.

"Lele juda mu papa." Kalimat Chenle yang memperjelas keinginan Jisung sedikit menohok hati Mark. Beberapa minggu terakhir dirinya disibukkan dengan kegiatan grupnya, hingga kehilangan beberapa waktu bersama keluarga kecilnya. "Mama juda nda?"

"Iya, mama juga kangen Papa. Sebentar lagi Papa pulang kok. Ya kan Pa?"

"Iya. Besok Papa pulang, jadi sekarang Chenle dan Jisung tidur dengan Mama dulu ya." Mark mencoba menenangkan, sembari mengingat berapa hari lagi hingga dirinya bisa kembali ke rumah.

"Otay." Haechan lalu memindahkan kedua balita di gendongannya untuk duduk sendiri di kasur sebelum akan beranjak untuk membuatkan asupan susu sebelum tidur keduanya.

"Sayang?" Panggil Mark pelan ke arah sosok yang sudah membelakanginya, sibuk memposisikan kedua putra mereka untuk segera tidur. Membuatnya hanya dibalas dengan gumaman pelan. "I love you." Lanjutnya, disambut tawa renyah yang diberi ucapan. Haechan menghadapkan wajahnya ke arah suaminya, mengangguk-anggukkan kepalanya sembari mencibir pelan.

"I know."

"Babeeeee." Rengeknya manja karena ucapannya tidak dibalas, membuat yang lebih muda kembali tertawa sebelum membalas kalimatnya.

"Iya sayang, iya. I love you too. Aku tinggal bikinin mereka susu dulu, see you soon." Haechan melambaikan cium jauhnya sejenak, dibalas cengiran lebar sang suami. Mematikan panggilan mereka, Haechan mendesah pelan sebelum mengusak rambut kedua anaknya sekilas, yang sudah berteriak ribut karena meminta jatah minum susu mereka. "Iyaaaa, ini dibikinin susu sama Mama. Duduk diem di sini ya."

"Iyaaa Mama."

***

Close to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang