Kisses

5.1K 703 28
                                    

Mark mengusak rambutnya perlahan, membiarkan tetes-tetes air membasahi bahunya karena terlalu malas mengeringkan rambut basahnya. Mendapati pasangannya terduduk di ranjang mereka, sibuk memandang ke kejauhan, mengabaikan dirinya yang baru saja selesai mandi.

"Can you kiss me?" Mark mendekat ke arah Haechan, mencoba mengalihkan pandangan kosong yang memancar dari mata indah suaminya. Menempatkan dirinya di samping Haechan, Mark merangkulkan kedua lengannya, melingkupi tubuh Haechan dengan tubuh setengah telanjangnya.

"So, Mama needs kisses?" Balasnya pelan, mengecupi pipi tirus Haechan, dibalas dengan sebuah helaan napas pelan.

"Kadang aku mikir, kamu tuh sayang sama aku gak?" Haechan menolehkan kepalanya, membuat tatapannya berhadapan langsung dengan Mark, yang terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba itu.

"Kok Mama nanyanya gitu?"

"Gapapa." Haechan menggerakkan bahunya, merasa risih dengan kulit Mark yang menempel langsung dengan miliknya.

"Kamu udah janji buat cerita semuanya. Kamu boleh cerita apapun ke aku, jangan dipendem sendiri." Bujukan pelan Mark membuat Haechan berpikir untuk membagi sedikit kekhawatirannya.

"Kamu sering nyiumin Chenle sama Jisung, sama aku enggak." Haechan menggigit bibirnya terat. setelah kalimatnya selesai diucapkan. Ekspresi suram langsung muncul di wajah tampan pria kelahiran Agustus itu, tidak menyangka kekhawatiran suaminya masih melekat erat. Yang lebih tua lalu kembali menghadiahi ciuman di pipi dan hidung. Juga ucapan cinta di setiap ciuman yang disematkannya.

"You'll never know how much I love you." Bisiknya pelan, ciumannya sudah berpindah ke leher, menghasilkan erangan dan geraman keluar dari bibir keduanya.

"Jangan." Tangan Haechan menempel di dada Mark, menghentikan pria itu dari menciumnya lebih jauh. Juga tangan yang hampir mulai meraba tubuh bagian atasnya, mencoba melepaskan kaus yang dikenakan Haechan. Gerutuan tidak terima muncul saat bibir Mark yang sudah berpindah dari leher lalu ke dada Haechan, merasa terganggu karena kesenangannya dihentikan. Padahal di hari biasa, dirinya sudah kalah oleh kedua bayinya, yang tentu saja mendominasi Haechan sebagai sumber makanan.

"Kenapa?" Suara serak Mark yang kentara benar sudah di ujung nafsunya, sedikit menahan diri karena gerakan tangan yang lebih muda. Haechan langsung menutupi tubuhnya menggunakan kedua tangannya karena Mark yang berusaha melepaskan kausnya.

"Jelek." Bisiknya pelan, merasa tidak percaya diri jika harus memperlihatkan tubuhnya yang dihiasi bekas operasi. Tatapan mata Mark menghujam ke dua manik bulat yang menatapnya, hampir menangis. Mark lalu memindahkan tubuhnya sedikit ke bawah, memaksa yang lebih muda menuruti kemauannya.

"This beautiful scars, bringing two angels to me." Ucapnya begitu berhasil menaikkan kaus yang dikenakan Haechan, menyematkan kecupan-kecupan ringan di bekas luka yang dikhawatirkan Haechan. Sesenggukan bercampur dengan erangan menggema begitu tangan Mark menyentuh pinggangnya, perbedaan suhu di antara keduanya membuat Haechan sedikit bergidik.

"Capek." Mark tertawa mendengar keluhan yang lebih muda, menciumi hidung dan pipi bersemu merah cantik di hadapannya, terkulai lemah di pelukannya satu jam kemudian. "Aku cuma minta cium." rengeknya sembari membenamkan wajahnya di dada bidang Mark, malu setengah mati karena dirinya mendapatkan lebih dari yang diminta. Tidak berhenti, Mark lalu menciumi puncak kepala Haechan berkali-kali, sebagai pengganti ciuman di pipi dan hidung.

***

Close to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang