Udah Gede

3.6K 505 10
                                    

"Babe?" Panggil Mark pelan kepada pria yang sibuk mengamati layar ponselnya.

"Hmm?"

"Kamu nge-gym ya?" tanya Mark, tangannya memeluk Haechan dari belakang, mengelusnya perlahan dari arah luar kaus yang dikenakannya. Mark lalu membawa Haechan duduk di sofa, menciumi pundak pria itu sembari menikmati wanginya.

"Iya, kemarin nemenin Jeno sama Nana." Balasnya ringan, membiarkan tubuhnya dimonopoli oleh sang suami, membuatnya berada di pelukan erat pria itu.

"Gak mungkin kalau cuma sekali bisa jadi kayak gini."

"Lupa berapa kali. Minggir ah tangannya." Usir Haechan sambil menyingkirkan tangan Mark yang sibuk mencubiti perutnya. Merasa geli karena tangan Mark mulai bergerilya di balik kausnya.

"Gak enak Babeeee. Keras, gak bisa buat tiduran." Haechan memutar bola matanya malas mendengar rengekan suaminya. "Besok lagi jangan mau diajak Jeno ngegym."

"Ya jangan tidur di situ. Aku mau beli ini ya Kak." balas Haechan tidak peduli dengan rengekan suaminya, tangannya mengarahkan ponselnya, menunjukkan sepasang sepatu yang ingin dibelinya. Mark mengangguk, mengiyakan permintaan Haechan sambil tetap mengelusi perut suaminya, menyesali hilangnya perut bulat pria yang lebih muda.

"Mama mau beli apa?" Haechan menengok ke samping, mendapati ada sosok yang menatapnya ingin tahu.

"Sepatu."

"Lele mau juga dong." Senyuman lebar mengiringi permintaan singkat Chenle. Haechan lalu menautkan alisnya bingung.

"Mau apa?"

"Sepatu juga. Seperti mama." Angguknya mantap, mengerling ke arah saudaranya sekilas, mencari bantuan membujuk orang tuanya.

"Enggak boleh Chenle."

"Mama boleh beli sepatu baru, Lele tidak." Mark menatap lurus ke arah Chenle yang memicing tajam.

"Mama kan beli pakai uang mama sendiri, gak minta papa. Sepatunya juga dipakai bekerja. Sepatu Lele memang sudah rusak?"

"Tapi Lele mau sepatu juga." Balasnya, masih sama keras kepalanya mengingini benda yang sama dengan sang mama.

"Kan kemarin udah beli sepatu, yang itu kan masih bagus." Haechan mengingatkan Chenle yang belum lama ini membeli sepatu, persis dengan milik sang papa dan saudaranya.

"PAPAAAAAAA" teriakan tidak terima Chenle memenuhi ruangan, bahkan terdengar bergema ke hampir seluruh rumah. Haechan menghela napas panjang menyaksikan putranya sudah terbaring di lantai, berteriak nyaring karena kesal permintaannya tidak dipenuhi Haechan.

"Kenapa malah nangis Le?" Tanya Haechan, heran melihat tingkah laku Chenle yang tidak biasa. Biasanya Chenle cukup menurut jika Mark ataupun Haechan tidak memperbolehkannya.

"MAMAAAAAAA" melirik dari sudut matanya, Haechan mendapati Mark mencoba mendekati Chenle untuk membujuknya bangun dari lantai.

"Jisung juga mau sepatu baru?" Tanya Haechan ke arah putra kembarnya yang lain, yang sedari tadi memperhatikan perdebatan saudaranya dengan sang mama.

"Tidak, sepatu Jisung masih bagus."

"TADI ICUNG BILANG MAU JUGA SEPERTI MAMA" Haechan kembali mengernyitkan alisnya saat Chenle semakin menaikkan nada suaranya, ditambah dengan berguling ke kanan dan ke kiri.

"Tidak kok."

"BOHOOONG. MAMAAAAA" Teriakan Chenle diiringi dengan tendangan bocah itu ke arah wajah Mark, yang tidak sempat menghindar saat mendekati sang putra. Membuatnya sedikit terhuyung ke belakang karena tenaganya yang tidak main-main.

"CHENLE!" Sentak Haechan panik melihat suaminya sudah terduduk, mengibaskan tangannya cepat ke arahnya sebagai tanda bahwa dirinya baik-baik saja, meski terlihat sedikit kesakitan karena tendangan yang mampir ke wajahnya.

"Mau sama kayak mama." Cicitnya pelan, menyadari raut muka Haechan yang hampir marah kepadanya.

"Belum sebulan lho kamu beli sepatu. Waktu itu katanya mau sepatu yang kayak punya papa aja." Haechan menyebutkan permintaan Chenle sebelumnya saat berkata ingin sepatu baru, kembar dengan milik sang papa. Dan langsung diiyakan oleh Mark tanpa ragu.

"Sekarang mau kayak mama aja."

"Gak bisa begitu Chenle, sepatu yang kemarin beli masih bagus, masih cukup. Itu dulu dipakai ya." Balas Mark pelan, memberi pengertian kepada putranya bahwa mereka tidak bisa sembarangan meminta sesuatu, terutama yang belum mereka butuhkan.

"Mama jangan marah, Lele mau hugs sama kisses." Rengeknya saat melihat ekspresi Haechan kembali mengeras. Tangan Mark mengelus lembut siku suaminya, mengisyaratkan yang lebih muda untuk meredam emosinya.

"Udah minta maaf sama papa belum? Lihat, papa jadi gak ganteng lagi." Jari Haechan sedikit memiringkan wajah Mark supaya pipi sebelah kanan terlihat oleh kedua anaknya. Tidak tega melihat wajah suaminya terluka, karena Haechan tahu pasti tendangan Chenle cukup kuat hingga meninggalkan bekas. Juga tidak tega melihat ekspresi kedua putranya. Satu panik dan yang lain khawatir.

"Ih merah merah gara-gara Chenle." Tunjuk Jisung ke arah Mark, mencoba membuat saudaranya semakin merasa bersalah.

"AAAAA PAPAAAA MAAF." Teriak Chenle sembari buru-buru bangun dari posisinya dan memeluk sang papa yang berjongkok di depannya. Chenle lalu mencium pipi Mark yang terlihat sedikit memerah karena ulahnya.

"Manja banget anak papa, katanya udah gede?" balas Mark, tertawa sambil menepuk-nepuk pelan pantat Chenle di pelukannya.

"Icung yang udah gede, Lele belum."

"Chenle itu seumuran sama Jisung." Balas Jisung tidak terima dengan kalimat Chenle. Membuat Haechan terkekeh geli dengan pertengkaran kedua putra kembarnya.

*

"Masih sakit?" Tanya Haechan, menyentuh pipi kanan Mark dengan hati-hati, khawatir jika bekas lukanya masih terasa sakit. Yang ditanya langsung memasang ekspresi mengernyit.

"A little bit. Just kiss it, so it would feels better."

"Tadi kan udah dicium Chenle." Balas Haechan gemas, sedikit mencubit pipi suaminya, menyesal sudah mengkhawatirkan pria itu, yang langsung benar-benar merengek kesakitan.

"Kan kamu belum." Jawab Mark, mencoba peruntungannya meminta ciuman dari Haechan. Bersiap jika ditolak oleh pria itu.

Cup

"Lagi. Masih sakit."  Mata Mark membelalak terkejut, tidak menyangka Haechan akan semudah itu mengabulkan permintaannya.

Cup

"Lagi." Mark lalu memejamkan matanya, menikmati elusan tangan di pipinya yang kemudian kembali berganti menjadi hembusan napas hangat.

Cup

"Kamu yang bayarin sepatu aku ya."

"Babeeeeeee." Haechan tergelak setelah berhasil memastikan Mark akan membelikannya sepasang sepatu incarannya.

***

Close to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang