Lama

5.2K 728 28
                                    

"Jisung Jisung. Nih Papa pulang." Panggil Haechan ke arah kedua anaknya yang sibuk memainkan alat musik mainan mereka. Bukannya menengok, Jisung justru melengos, memalingkan wajahnya dari pria yang baru saja bergabung. Terutama karena melihat sang papa baru saja mencium dahi mamanya. Mark yang siang itu baru saja pulang dan membersihkan diri, langsung ikut duduk di sebelah Haechan yang memperhatikan anaknya bermain.

"Jisung, sini sama Papa." Mark ikut membujuk anaknya untuk mendekat padanya setelah ungkapan rindunya beberapa waktu silam.

"Gak jadi mau sama Papa?" Haechan memastikan sekali lagi kepada sosok yang membelakanginya.

"Yama. Papa yama. Mu Mama ja." Balasnya tanpa menengok, bibirnya mengerucut sebal karena pada akhirnya papanya baru pulang setelah dua hari sejak janjinya untuk pulang. Membuatnya dan Chenle hanya tidur bertiga dengan sang mama di ranjang besar orang tua mereka.

"Kan papanya kerja. Ini sudah pulang, ayo sini." Ajaknya sekali lagi, meminta kedua putranya untuk bergabung dengannya dan sang suami. Haechan lalu memundurkan tubuhnya menjadi setengah bersandar ke sofa tempatnya duduk, membuatnya menempel erat dengan tubuh Mark di sebelahnya. Tangan kiri pria itu sudah merangkul pundak sempit Haechan, sambil sesekali mencium puncak kepala sosok di sebelahnya.

"Oma juda kelja, malen Icung itut." Balas Chenle cepat, memaksudkan keikutsertaan Jisung pergi bekerja dengan sang oma, persis seperti Haechan bertahun silam. Jisung akan menempel pada Ten dan menemani pria itu mengurus sekolah dance-nya, sedangkan Chenle lebih menempel pada Johnny. Balita yang beberapa menit lebih tua itu memang lebih memilih untuk ikut opanya jika pria itu akan pergi bekerja. Haechan tidak tega melihat ekspresi merana di wajah suaminya yang ditolak oleh kedua anaknya, lalu memutuskan untuk menepuk pelan pipi tirus pria di sampingnya.

"How's your day?" Tanya Mark pelan, memperhatikan kantung mata suaminya yang sudah terlihat jauh membaik, juga tubuhnya yang semakin montok di beberapa bagian. Jauh berbeda dari kondisinya saat awal memiliki dua anak mereka. Mark menatap jemari mereka yang saling bertaut, sedikit mengelus dan memberinya pijatan yang menyamankan keduanya. Terlihat jelas dari mata Haechan yang sudah setengah menutup.

"Ya biasa, ngurusin dua anak. Ditinggal Papa Mama kerja, Kak Dery kuliah. Kalau bosen karena di rumah sendirian ya ke rumah Jaemin. Oh, Jisung seneng ikut Mama ke studio, udah kayak cacing dia, hobinya joget-joget." Tawa Haechan mengudara, mengingat bagaimana Jisung seringkali merusuhi kelas di studio dance sang oma. Mengganggu kelas dance anak-anak yang berusia jauh lebih tua dengan gerakan-gerakan tidak teraturnya. Beruntung pengajar di kelas itu sudah mengenali balita yang hampir setiap minggu mengikuti Ten, sehingga membiarkan saja Jisung berada di kelas mereka karena kadang gerakan Jisung cukup bagus untuk balita seusianya.

"Tuuuu. Tuuuuu, Papa ma Mama tlus." Haechan terbahak ketika Chenle menunjuk ke arah Mark, memberitahu kembarannya bahwa papa mereka justru menempeli sang mama. Dan ekspresinya langsung berubah ketika balitanya itu berderap mendekati mereka dan langsung memukul kaki Mark yang bisa dijangkau tangan mungilnya.

"Jisung, sayang. Kok gitu sama papanya?" tanya Haechan sembari menyamakan pandangan matanya dengan balita yang cemberut di hadapannya. Tangannya mengelus pelan pipi Jisung yang terdiam beberapa saat sebelum menjawab pertanyaannya.

"Nda suka."

"Tapi tetap gak boleh kayak gitu ya sayang. Jisung kalau gak suka bilang, kalau pukul, nanti papanya sakit. Kalau Papa sakit, nanti gak bisa main sama Jisung." raut muka Haechan berubah menjadi sedih, berusaha membuat anaknya mengerti bahwa tindakannya tidak dibenarkan. Jisung lalu menatap ke arah Mark, mencari tahu apa benar papa muda itu benar-benar kesakitan seperti yang dikatakan sang mama. "Bilang apa sama Papa?"

"Paaaa, mafin Icung ya." Mark buru-buru mengangkat Jisung dan mendudukkannya di pangkuannya. Balita itu menundukkan kepalanya dalam-dalam, merasa tidak enak menatap wajah sang papa.

"Cium dulu dong." Pinta Mark sambil memajukan sebelah wajahnya, meminta imbalan sebagai permintaan maaf anaknya. Jisung mendongakkan kepalanya perlahan, berhadapan dengan wajah sang papa yang sudah tersenyum ke arahnya. Menurut, Jisung lalu ikut memajukan wajahnya untuk mendaratkan satu kecupan di pipi pria yang menggendongnya.

"Muah." Pipi Mark basah karena dua kecupan yang diberikan putranya, satu di tiap pipinya.

"Besok jangan diulangi lagi ya sayang."

"Mama... Mama.... Mau juda. Lele mau ciyum juda." teriakan heboh Chenle menginterupsi kalimat Haechan yang sedang menasehati Jisung. Sedetik kemudian suara kecupan dan kikikan bergantian memenuhi ruangan tempat mereka berada.

***

Close to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang