Mandi

4.5K 675 70
                                    

"Chenle, give me your hand." pinta Mark saat mendekati anaknya yang sedang sibuk menundukkan kepalanya, asyik bermain. Pria itu lalu duduk, meletakkan sebuah piring kecil berisi sisa kue di sampingnya.

"Papa mau tangan kanan atau tangan kiri?" Chenle mendongakkan kepalanya sebelum memperlihatkan kedua telapak tangannya, kebingungan harus menyodorkan tangan kanan atau tangan kirinya untuk menuruti kalimat sang papa.

"Sama aja kok." jawab Mark sambil lalu, dua jarinya menyentuh benda di sampingnya, membuat kedua jarinya berlumuran krim kue. Pria itu lalu menempelkannya ke pipi Chenle, sengaja membuat putranya itu belepotan krim.

"MAMAAAAAA" Mark terbahak ketika teriakan nyaring Chenle terdengar hampir di seluruh ruangan, membuat Haechan memutar bola matanya malas.

"Bales ajalah Le." Haechan menghela napas lelah. Bukannya merasa terbantu untuk mengurusi kedua putranya, kehadiran Mark di rumah justru membuat Haechan merasa harus mengurusi tiga bayi, dua anak laki-lakinya ditambah dengan bayi besar yang hobi mengusili putra kembarnya. Kalimat pendek Haechan dituruti Chenle, yang langsung mendekat ke arah Mark dan memanjat tubuh pria yang duduk bersila di hadapannya itu. Tangan berhiaskan noda krim itu lalu tertempel di pipi sang papa, membuat noda krimnya berpindah dari tangan mungilnya menjadi menghiasi pipi Mark. Tidak kehabisan akal, Mark lalu membawa Chenle ke dalam rengkuhannya dan menempelkan pipinya ke pipi anak kembarnya itu. Membuatnya semakin berteriak kesal karena mukanya dikotori oleh krim kue. Kedua sosok itu lalu sibuk bergelung hingga terbaring di lantai, sibuk mengotori wajah satu sama lain dengan krim kue yang dibawa Mark.

"Mamaaaa tolongin. Papanya nakal."

"Jisung mandi sama Papa ya." bujuk Haechan ke arah Jisung yang berada di gendongannya, mengabaikan rengekan histeris meminta tolong dari Chenle. Yang diajak bicara langsung mengerucutkan bibirnya, tidak menyetujui tawaran sang mama. Sejak sembuh dari sakitnya beberapa waktu silam, Jisung semakin sulit dipisahkan dari Haechan. Balita itu selalu menempel kepada Haechan ke manapun sang mama pergi, hingga membuatnya bertengkar dengan Chenle, yang sama inginnya menempel kepada mama mereka. Membuat hari-hari Haechan diisi dengan adegan melerai perdebatan kedua anak kembarnya, juga Mark yang semakin terabaikan di antara ketiga anggota keluarganya.

"Sama aku?" pertengkaran Maek dan Chenle langsung terhenti ketika Mark mendongakkan kepalanya ke arah Haechan yang sudah mengarahkan pandangannya kepadanya. Pria yang lebih muda itu menganggukkan kepalanya, memberi isyarat kepada suaminya untuk mengambil alih tugas memandikan sepasang kembar kesayangan mereka.

"Kamu mau di rumah aja sama Chenle?" tanyanya ringan sambil berusaha menurunkan Jisung dari gendongannya, disambut gerutuan tidak suka dari balita itu. Meskipun demikian, Jisung tetap turun dari gendongan mamanya.

"Tidak mau Mamaaaaa. Lele mau ikut Mama ke tempat Nono, mau main." ganti Chenle membalas tidak terima. Hari sebelumnya, balita itu sempat dipameri sebuah playstation keluaran terbaru oleh Jeno. Hal yang akhirnya membuat Chenle merengek hampir seharian dan mengajak Haechan untuk berkunjung ke rumah sang nenek. Putranya itu bahkan ikut memaksa Jisung supaya ikut membujuk Haechan pergi.

"Ya mandi makanya. Dari tadi kamu susah banget disuruh mandi."

"Mama tidak ikut?" tanya Jisung, beranjak mendekati Chenle, masih belum menyerah membujuk sang mama untuk mandi bersama.

"Ikutlah. Mama mau ada perlu sama Grandma."

"Kalau begitu, kenapa Jisung tidak mandi dengan Mama saja?" Chenle mengangguk-anggukkan kepalanya setuju dengan kalimat kembarannya, memilih untuk mandi dengan sang mama dibanding dengan papa mereka. Haechan memandangi kedua putra kembarnya yang berdiri bersebelahan, menatap penuh tanya ke arahnya. Chenle bahkan meletakkan kedua tangannya di pinggang, berusaha mengintimidasi sang mama.

"Emang kenapa gak mandi sama Papa?" tanya Mark tidak terima, merasa tertolak ketika balita kembarnya tidak mau dipegangnya sama sekali. Bahkan sarapan pagi mereka hari itu juga dihabiskan dengan Jisung dan Chenle berebut untuk disuapi Haechan, yang berakhir dengan rengekan keduanya karena Haechan lebih bersikeras mengharuskan anaknya menghabiskan sarapannya sendiri.

"Maunya sama Mama." jawaban Jisung dan Chenle terdengar bersamaan, dibalas helaan napas pelan dari Haechan, lalu bersiap membalikkan badannya.

"Papa gak gigit, jadi mandi sama Papa ya." Chenle segera membuka bajunya, lalu menarik Jisung dan Mark untuk bergegas ke dalam kamar mandi. Ketakutan jika mereka akan ditinggalkan oleh Haechan. Jisung dan Mark mengikuti langkah kaki Chenle, memutuskan menuruti kalimat Haechan untuk segera mandi sebelum mereka akan pergi. Haechan membiarkan suaminya memandikan kedua anak mereka ketika dirinya sibuk menyiapkan  barang yang perlu dibawanya untuk pergi ke rumah sang mertua. Pria itu berdecak kesal setengah jam kemudian karena dirinya sudah selesai mandi tetapi belum mendapati Mark maupun kedua anak kembarnya belum juga keluar dari kamar mandi dan justru terdengar masih sibuk bercanda.

"MARKKKK LEEEEEE!!!" Teriakan peringatan Haechan memanggil suami dan kedua anaknya yang tidak juga selesai mandi langsung disambut cekikikan ringan dari ketiga sosok itu. Mark lalu buru-buru menggendong kedua anaknya sebelum teriakan suaminya menjadi semakin kencang.

"Mama. Mama kalau marah-marah, nanti Lele tidak kasih kisses." Haechan mendengus mendengar teguran yang diberikan sosok mungil Chenle. Jarinya bergoyang-goyang lucu memperingatkan dirinya, membuatnya bingung harus tetap bertahan pada kekesalannya karena sang suami terlalu lama memandikan kedua anaknya atau tertawa karena ekspresi mengerut Chenle kepadanya. Jangan lupakan Jisung yang juga mengangguk-anggukkan kepalanya setuju. Untuk urusan membujuk Haechan, Chenle dan Jisung selalu saja berhasil bekerja sama dengan baik.

"Kamu itu gak Mama kasih kisses, ngeyel terus sama Mama. Nanti kisses-nya Mama kasih buat Jisung." senyum lebar langsung tertampil di wajah balita yang beberapa menit lebih muda.

"AAAAAA MAMA, BERCANDA SAJA. JANGAN TIDAK DIKASIH KISSES" sosok mungil yang masih telanjang itu lalu berlari di belakang Haechan, mencoba bernegosiasi mengenai afeksi yang dirasanya harus diterimanya. Teriakan yang masih berlanjut hingga Haechan selesai memakaikan baju untuk kedua balitanya dan baru berhenti ketika mereka sudah bersiap untuk berangkat, dengan Haechan menghadiahi kedua balitanya masing-masing satu kecupan di pipi mereka.

***

Random Question :

Chenji kalau punya adek, kira-kira siapa? hehehehe

Close to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang