Sick

5.4K 718 39
                                    

Mark membuka matanya perlahan saat merasa tepukan di pipinya, berkali-kali, seolah memaksanya untuk segera terbangun. Mendapati satu sosok bayi memanjat tubuhnya dan sudah berada di atas dadanya, masih sibuk menepuk pipi Mark, menarik perhatian.

"Pa... Pa." Panggilan Chenle sudah hampir membuat Mark tersenyum ketika ada satu tangan mungil lain menepuk-nepuk lengannya, yang tergeletak di samping tubuhnya. Mark yang menyadari bahwa semalam kedua bayinya tidur bersamanya dan Haechan karena entah kenapa Jisung terus merengek, juga Chenle yang tidak mau melepaskan diri dari gendongan Mark. Hal yang di luar kebiasaannya sehingga membuat Haechan akhirnya membawa Jisung dan Chenle menghabiskan malam di kamar orangtuanya.

"Ma!" Celotehan Jisung menarik perhatian Mark, juga Haechan yang masih tertidur.

"Halooo Jisung." Sapa Haechan, susah payah membuka matanya dan mencoba berkomunikasi dengan putranya. Sedetik kemudian, bayinya itu langsung mendekatinya, mencoba menaiki tubuh sang mama dan mencium pipinya. Curiga dengan reaksi lemah Haechan, tangan Mark menempel pada dahi sosok di sebelahnya, yang langsung berjengit tidak suka dengan hawa dingin dari tangan Mark.

"Sayang, mamanya sakit. Sama papa dulu ya." Gerungan kesal Jisung terdengar menggema, tidak terima tubuhnya dipisahkan dari mamanya. Mark beringsut menjauh, membawa kedua bayinya di dalam gendongannya untuk keluar dari kamar. Memisahkan Chenle dan Jisung supaya tidak tertular demam sang mama. Haechan melambaikan tangannya ke arah Mark dan kedua anaknya yang menjauh darinya, mendahuluinya keluar kamar.

"Sakit kamu?" Tanya Ten, memperhatikan raut wajah pucat Haechan yang baru saja bergabung dengannya. Pantas saja kedua cucunya dibawa oleh Mark, meninggalkan Haechan yang menyusul ke ruang makan hampir satu jam kemudian. Mark bahkan sudah memandikan kedua anaknya dan membawanya bermain keluar bersama dengan Hendery.

"Iya." Jawab Haechan dengan suara serak, mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, mencari sosok tinggi besar ayahnya. "Papa mana?"

"Ke Jepang." Ten menertawakan ekspresi putra bungsunya yang mengerucutkan bibirnya kesal karena menyadari kepergian sang papa. Kebingungan membedakan sakitnya kali ini karena memang kelelahan mengurus kedua bayinya yang sudah mulai aktif berjalan ke sana kemari atau karena ditinggalkan oleh papanya.

"Sorry jadi gak bantuin mama." Ujar Haechan, merasa bersalah karena membuat Ten mengurusnya dan juga kedua buah hatinya. Ten tersenyum menenangkan, mencium dahi Haechan sekilas sembari menghidangkan semangkuk sup ke hadapan anak bungsunya. Sedetik kemudian, terdengar suara tawa riang serta langkah kaki mendekat ke arah mereka.

"Ayo cepat cepat cepat. Yang belakangan gak dapet maem dari Oma. Ayo cepat." Hendery bertepuk tangan, menyemangati kedua keponakannya yang berlomba lari dengan iming-iming makanan buatan Ten. Bukannya menggendong bayinya, Mark justru ikut berlari kecil, memotivasi Chenle dan Jisung agar segera tiba di ruang makan, memancing tawa Ten dan Haechan karena Chenle yang beberapa kali hampir terjatuh, berbeda dengan langkah mantap kembarannya.

"You smell like babies." Ujar Haechan begitu Mark duduk di sebelahnya, membaui wangi sabun bayi dari tubuh suaminya. Mark mengangguk-angguk singkat sebagai reaksinya.

"Tadi sekalian mandi bareng anak-anak." Balasnya sambil mengecup singkat pipi Haechan, menyebabkan rona merah menghiasi wajah pucat pria itu.

"Oma... Oma, mam. Mam omaaaaa." Teriakan Chenle yang sudah didudukkan di kursinya mengalihkan perhatian mereka, membuat mereka kembali tertawa karena antusiasme bayi itu. Mark lalu mengambil alih mangkuk makanan dari tangan Ten untuk menyuapi kedua bayinya, membiarkan Haechan menghabiskan makanannya sebelum meminum obat.

***

Close to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang